NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09

Daisy merenggangkan lehernya yang kaku sembari melirik jam dinding. Sudah pukul setengah sembilan malam.

Biasanya ia menyelesaikan dalam waktu tiga hari untuk satu episode cerita. Belum lagi ia harus mencicil papan cerita untuk episode selanjutnya. Sempat terpikir untuk mencari seorang asisten yang membantunya untuk coloring―pewarnaan pada gambar.

Tahu-tahu hidungnya mencium bau mi rebus. Di apartemennya? Setahunya ia tak punya stok mi instan. Oh, tidak! Ia meninggalkan pen tablet, dan gegas keluar dari ruangan kerjanya. Mungkin sebentar lagi aroma mi rebus itu bisa mematahkan program dietnya.

Daisy menghampiri Singgih yang tengah menikmati semangkuk mie rebus. Ia bahkan bisa melihat kepulan uap panas dari mie yang tengah ditiup Singgih.

"Tadi aku beli mie. Mau?" tawar Singgih saat Daisy sudah mengambil duduk di seberangnya.

Di atas jam tujuh..." mata Daisy melirik ke mangkuk mie di depannya, "...aku udah nggak makan."

Singgih mengangguk paham, lalu ia mengukir senyum tipis.

"Enak?"

Oh, tidak! Air liur Daisy nyaris menetes. Mie dalam mangkuk seakan berteriak nyaring menggodanya. "Makan aku, Daisy. Makan, akuuu..."

Singgih memperhatikan pandang Daisy yang terus mengarah ke mangkuk mie-nya.

"Satu suapan kayaknya nggak masalah."

"Yang benar?" Daisy tergoda dengan bujukan Singgih.

"Mau kubuatkan?" tawar Singgih sekali lagi.

Daisy mengangguk girang. "Telurnya dicampur. Tapi kuningnya jangan sampai pecah," pintanya penuh semangat.

Bibir Singgih mengulas senyum. Ulasan senyum sekilas yang memesona di mata Daisy. Terlampau lama gadis itu tak merasakan hangat yang mendesir di dadanya.

Dan, tak perlu menunggu lama bagi Daisy untuk segera menikmati mie rebus dengan telur. Satu suapan sudah masuk ke mulutnya, lalu sesuap lagi, lagi, dan lagi.

"Aaarrgh!!" Daisy mengempas sendok dan garpu ke mangkuk. Menatap kaget sekaligus tak percaya bahwa ia menghabiskan semangkuk mie hingga kuahnya tandas. "Kenapa kumakan semuanya? Kok kamu malah ngebiarin aku?" sewotnya pada Singgih. "Aduh, gimana ini?" ia menekap kedua pipi dalam telapak tangan.

"Makan sekali-kali nggak bakal bikin gemuk." Singgih menuangkan air putih dari teko kaca ke gelas, lalu menyodorkannya ke Daisy. "Yang berlebihan itu yang nggak baik."

Daisy menerima gelas yang terulur sembari mengangguk paham. "Mulai besok sampai satu bulan ke depan, jangan sampai ada aroma mie di apartemenku. Paham?"

Singgih hanya menyahut dalam ulasan senyum―yang lagi-lagi membuat Daisy terpesona. Oh, ia seperti berada dalam lagu Glenn Fredly dan Audy. Terpesona kupada pandangan pertama.

"Kerjaanmu sudah selesai?" Singgih menyingkirkan mangkuk kotor ke pembasuhan.

"Kerjaanku mana pernah selesai. Selesai satu, yang lain masih menunggu. Sama seperti baju yang kita pakai. Kotor, cuci, pakai. Kotor, cuci, pakai. Gitulah siklusnya. Nggak akan ada habisnya. Yaa, kecuali aku nikah sama konglomerat. Baru deh hidupku bisa ongkang-ongkang kaki doang."

"Kekayaan Ekadanta Grup apa nggak mencukupimu?" Singgih mencuci mangkuk.

Bunyi kucuran air dari keran menyamarkan suara Daisy.

"Memangnya dari mana aku membayarmu dua ratus juta kalau bukan dari kantong papa."

"Tujuh juta?"

"Lima puluh." Daisy mengangkat kelima jari di udara. "Lima puluh." Dan mengangkat kelima jari tangan satunya ke udara. "Gajiku ditambah kontrak webtun," ia menggeleng, mana cukup membayarmu. "Lagian ya, papa juga sedang nyari bodyguard handal buat ngejaga aku. Jadi ya, sekalian aja."

Singgih mematikan keran air. Tangannya mengibas-ibas kecil di pembasuhan, lalu kembali menempati kursinya tadi.

"Mungkin kalau aku kerja di Ekadanta Grup seperti dua kakakku, pasti aku dapat gaji yang lebih besar dari gaji yang kudapat sekarang." Daisy kemudian menggeleng kecil. "Sayangnya aku nggak tertarik sama bisnis. Nggak punya bakat memimpin juga."

"Bayar saja semampumu."

"Bayaran kecil, bekerja pun jadi setengah hati. Kalau aku bayar mahal, siapa pun yang bekerja denganku pasti akan bekerja maksimal."

Selama ini pun Singgih bekerja dengan sepenuh hati. Hanya saja pekerjaan tak pernah berpihak padanya. Tapi gadis ini tetap mempertahankannya meski tahu ia seorang mantan napi.

"Anak-anak kaya seperti kalian ada perkumpulannya nggak?"

"Kalau yang kamu maksud grup sosialita, mungkin ada. Tapi aku nggak ikut. Yaa ampun, mana sempat lagi. Udahlah kerjaan numpuk. Pacar nggak ada. Sedih banget sih hidupku sebagai generasi ketiga di Ekadanta Grup. Kak Evan aja―"

Singgih mengerut dahi.

"―kakak pertamaku. Yang megang Ekaroyal." Daisy menjelaskan singkat. "Kak Evan aja masih bisa liburan ke luar negeri bareng anak-bininya. Sedangkan aku? Mentok-mentoknya liburan ke hutan. Itu pun juga karena diculik."

"Berapa uang tebusanmu?"

"Hm?"

"Kamu aja sanggup membayarku dua ratus juta. Uang tebusanmu pasti lebih dari itu."

"Kenapa? Mau menculikku?" Daisy mengulas senyum jenaka. "Culik aja tuh Sofie. Dek Sofie minta diculik hatinya sama Babang tamvan katanya." Kekehnya geli.

Singgih gagal paham dengan guyonan Daisy.

"Kamu tahu Sofie, kan?"

"Temanmu."

"Ada teve kan, di rumah?" Daisy keheranan.

Pasalnya, dari apa yang dilihat Daisy tadi siang, tampak Singgih sama sekali tidak merespons―tepatnya tidak memiliki ketertarikan pada Sofie Nugraheni yang seorang selebritas―untuk sekadar tanya basa-basi; sekadar foto bareng; atau sekadar tebar pesona. Wajah lempeng Singgih menyiratkan bahwa bodyguard-nya ini tidak mengenal Sofie.

Gelengan kepala Singgih menambah syok Daisy.

"Kamu hidup di zaman apa, sih? Neolitikum? Megalitikum? Flinston? Kingston?"

"Nek Ipon juga nggak punya teve."

"Ntar kalau aku berkunjung ke rumah Nek Ipon, kubeliin teve. Kupasangi sekalian wifi. Biar kalian nggak jadi fakir kuota."

"Yang dibutuhin Nek Ipon... anak-anaknya."

"Yang kubutuhin sekarang―" Daisy menopangkan sebelah tangan di dagu, "―cinta."

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!