NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23.Gelisah

Pertanyaan Aruna membuat tersentak, dan Norman yang tadinya menunduk kini mengangkat wajahnya, menatap Aruna dengan ekspresi terkejut. Arza, yang duduk di samping Aruna, juga sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, namun ia tetap diam, membiarkan Aruna mengungkapkan perasaannya.

Naila terlihat gelisah. "Tidak, Nak. Tidak akan ada pernikahan. Ami... Ami tidak akan mau bersama dia."

Naila melirik Norman sekilas, lalu kembali menatap Aruna. "Ini hanya... hanya demi Anara. Norman ingin menghabiskan sisa waktunya sebagai seorang ayah untuk Anara. Hanya itu."

Aruna menghela napas, merasa sedikit lega, namun pertanyaan lain segera muncul. "Lalu, bagaimana dengan Ibu Susan?" tanyanya, menyebut nama kakak Naila yang adalah istri sah Norman.

Norman langsung menegang mendengar nama Susan disebut. Wajahnya semakin pucat. Naila juga tampak sangat tidak nyaman.

"mbak susan... dia tidak tahu mas Norman ada di sini," Naila mengakui, suaranya merendah, penuh beban. "mas Norman... dia tidak ingin Susan tahu tentang Anara atau tentang dia yang ada di sini. Dia bilang dia tidak ingin menyakiti Susan lebih jauh."

Aruna menatap Naila dengan pandangan tidak percaya. "Jadi... ayah menyembunyikan ini dari Ibu Susan? Dan Ami setuju dengan itu? Ini tidak benar, Ami. Ini akan menyakiti Ibu Susan jika dia tahu."

Naila menunduk, tidak bisa menatap mata Aruna. "Ami tahu ini berat, Aruna. Tapi... Mas Norman memohon. Dia bilang dia tidak punya waktu lagi, dan dia hanya ingin memastikan Anara memiliki masa depan yang terjamin, serta mendapatkan sedikit pengampunan dari kami sebelum dia pergi."

Aruna merasa pusing dengan semua kerumitan ini. Ia menyayangi Ami dan Anara, namun ia tidak bisa membenarkan cara ini. Kebohongan yang tersimpan akan selalu meledak suatu saat nanti, dan ia tidak ingin Ami serta Anara terlibat dalam drama yang lebih besar lagi.

Aruna menatap Ami dengan tatapan penuh kekhawatiran. Meskipun ia mulai memahami alasan Ami menerima Norman, ada satu hal yang tidak bisa ia toleransi. Pengalaman masa lalu dan status mereka yang belum sah, membuatnya merasa wajib untuk mengingatkan tantenya.

"Ami," ucap Aruna, suaranya kini terdengar lebih serius. Ia menunjuk ke arah Norman dengan dagunya. "Aku mengerti Ami ingin memaafkan dia dan membiarkan Anara mengenal ayahnya. Tapi... Ami dan dia... kalian tidak terikat dalam pernikahan yang sah."

Naila tampak sedikit terkejut mendengar Aruna membahas hal ini secara langsung. Norman juga mengalihkan pandangannya, tampak tidak nyaman.

"Aku mohon, Ami," lanjut Aruna, nadanya memohon. "Jangan sampai terjadi kesalahan yang sama lagi. Ami dan dia... tinggal di bawah atap yang sama saat ini, tanpa ikatan pernikahan. Aku tidak ingin Ami kembali jatuh dalam situasi yang sama seperti dulu."

Aruna menatap Naila dengan mata memohon. "Aku tahu Ami sudah dewasa dan tahu apa yang terbaik. Tapi, demi Ami sendiri, demi Anara, tolong pikirkan ini baik-baik. Ada batasan yang harus dijaga. Ini bukan hanya tentang pandangan orang lain, tapi juga tentang Ami dan apa yang benar."

Naila menunduk, menghela napas. Ia tahu Aruna benar. Hatinya memang sudah memaafkan Norman, dan niatnya hanya untuk Anara. Namun, ia tidak memikirkan aspek ini secara mendalam.

"Aruna benar," tambah Arza, mendukung perkataan istrinya. "Saya rasa sangat penting untuk menjaga batasan yang jelas, terutama untuk kebaikan semua pihak. Masyarakat desa ini juga sangat menjunjung adat dan norma."

Norman akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Saya... saya mengerti kekhawatiran Aruna dan Dokter Arza. Saya tidak akan melakukan hal bodoh lagi. Tujuan saya di sini hanya untuk menebus kesalahan dan memastikan Anara baik-baik saja."

Naila mengangkat wajahnya, menatap Aruna dengan mata berkaca-kaca. "Ami mengerti, Nak. Terima kasih sudah mengingatkan. Ami janji akan berhati-hati. Ami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."

Aruna menghela napas lega.setelah mendengar penuturan Tante nya,dia berharap semua nya benar seperti yang dikatakan.

Di tengah suasana yang sedikit mereda setelah peringatan Aruna, Norman masih berdiri di sudut ruangan. Ia mengamati Aruna, Arza, dan Naila yang kini mulai terlibat dalam percakapan ringan dengan Anara. Senyum penyesalan yang ia tunjukkan tadi kini perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi lain yang lebih gelap.

Di balik punggung mereka, tanpa disadari siapa pun, senyum licik terukir di bibir Norman. Kilatan jahat muncul di matanya. Sandiwaranya berhasil. Aruna, yang tadinya penuh amarah, kini mulai menunjukkan belas kasihan. Tipuan soal penyakit parah dan penyesalan itu berjalan sesuai rencana.

Ini baru awal, batin Norman, puas. Ia telah berhasil mendapatkan kakinya kembali di rumah ini, di dekat Naila dan Anara.

Namun, pikirannya tidak berhenti di situ. Matanya terpaku pada Aruna yang kini sedang tersenyum ceria sambil memeluk Anara. Ada sesuatu yang lain yang ia inginkan, sesuatu yang lebih busuk dari sekadar pengampunan.

pandangannya menyapu tubuh Aruna dengan tatapan menjijikkan. sandiwara ini dia lakukan untuk mendapatkan Aruna dan menjadikan dia pela cur pemua s nafs u nya.

Kehadiran Arza, suami Aruna, sama sekali tidak menggentarkan niat busuknya. Bagi Norman, Aruna adalah mangsa yang sudah lama ia incar. Kesempatannya kini terbuka kembali, dan ia akan menggunakan setiap celah untuk mencapai tujuan bejatnya. Di balik dinding rumah yang tampak hangat, Norman telah merancang rencana kotor, siap untuk melancarkan serangan berikutnya pada Aruna, yang sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengintainya.

Siang berganti sore, dan Naila mengajak mereka untuk makan siang bersama. Meskipun ada Anara yang riang mengisi kekosongan, suasana di meja makan tetap terasa canggung, terutama bagi Aruna. Ia berusaha bersikap normal, berinteraksi dengan Anara dan sesekali menjawab pertanyaan Naila.

Namun, setiap kali matanya tak sengaja berpapasan dengan Norman yang duduk di seberangnya, Aruna merasakan gelombang jijik dan kecurigaan. Ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Norman, tapi instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.

Norman sendiri terlihat tenang, sesekali berbicara dengan Naila atau Anara, memainkan peran sebagai sosok ayah yang menyesal. Ia bahkan sempat menawarkan diri untuk membantu Aruna mengambilkan lauk, namun Aruna dengan halus menolaknya, memilih untuk mengambil sendiri.

Arza yang duduk di samping Aruna, sesekali menggenggam tangan istrinya di bawah meja, memberikan dukungan tanpa perlu berkata-kata. Ia bisa merasakan ketidaknyamanan Aruna, dan ia tahu bahwa kehadiran Norman adalah sumbernya.

Naila, di sisi lain, tampak berusaha menjaga suasana tetap positif. Ia bercerita tentang Anara, Tawa Anara yang renyah menjadi satu-satunya hal yang benar-benar tulus di antara mereka, sedikit meredakan ketegangan yang menggantung.

Setelah makan siang usai, Arza dan Aruna bersiap untuk pamit. Aruna memeluk Anara erat, berjanji akan sering berkunjung. Saat Aruna dan Arza hendak melangkah keluar, Norman tiba-tiba mendekat.

"Aruna... Dokter Arza..." panggil Norman, suaranya terdengar lemah dan penuh permohonan. "Bisakah kalian... bisakah kalian mempertimbangkan untuk tinggal di sini malam ini? ayah... ayah tidak tahu berapa banyak waktu lagi yang ayah miliki. Ayah ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Anara, dan juga dengan aruna."

Aruna terkejut mendengar permohonan Norman. Ia menatap Arza, yang juga tampak mempertimbangkan. Naila memandang mereka dengan tatapan berharap.

"Anara juga pasti senang kalau Aruna dan Dokter Arza menginap," timpal Naila lembut.

Aruna bimbang. Di satu sisi, ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ami dan Anara. Di sisi lain, ide untuk tinggal semalam lagi di bawah atap yang sama dengan Norman, setelah mengetahui niat busuk pria itu,dan saat ini pun ia masih merasakan, membuat Aruna merinding. Ia melirik Arza, mencari jawaban dan kekuatan. Arza bisa merasakan kekhawatiran Aruna.

"Ami..." kata Arza, beralih menatap Naila. "Kami tentu ingin menghabiskan lebih banyak waktu, tapi saya juga punya jadwal di Puskesmas besok pagi."

"Tidak masalah, Dokter Arza," potong Norman cepat. "Besok pagi kalian bisa kembali ke Puskesmas lebih awal. Ini hanya satu malam saja."

Aruna menatap Norman tajam, mencoba membaca pikiran di balik permintaannya. Apakah ini bagian dari rencana liciknya? Rasa takut merayapi hatinya, namun ia juga tidak ingin mengecewakan Ami dan Anara.

Arza melihat kegelisahan di mata Aruna. Ia tahu istrinya tidak nyaman, namun ia juga mengerti keinginan Ami dan Anara. Setelah berpikir sejenak, Arza akhirnya membuat keputusan.

"Baiklah, Ami," kata Arza, menatap Naila. "Kami akan tinggal malam ini. Tapi besok pagi pagi sekali, kami harus kembali."

Naila tersenyum lebar, "Terima kasih banyak, Dokter Arza! Aruna!"

Anara melonjak kegirangan, "Hore! Kak Aruna menginap!"

Aruna mencoba tersenyum, memaksakan diri agar tidak terlihat khawatir. Ia tahu ia harus hati-hati. Tatapannya kembali bertemu dengan Norman, yang kini menyunggingkan senyum tipis yang entah mengapa, terasa sangat mengerikan bagi Aruna. Ia tahu, malam ini tidak akan mudah. Ia harus waspada.

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!