NovelToon NovelToon
Larasati Untuk Arjuna

Larasati Untuk Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami ideal
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eed Reniati

Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.

Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"

"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.

"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.

"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.

Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Putri Yang Kembali

Dengan mengendarai motor sportnya, Juna mengantar Laras ke rumah dinas Rio, dan bener dugaan Juna di pintu gerbang mereka sempat di berhentikan.

"Pacar Letnan Juna, mana?" tanya seorang tentara muda, yang menyapa Juna saat Juna mau pulang dan masih berdiri diatas motor.

"Untuk sekarang masih belum ada statusnya, do'akan ya secepatnya mau di ajak ke pengajuan." canda Juna.

"Apa yang aku ucapkan barusan, wah gawat kalau ada yang laporin ke Mayjen Rio."sesal Juna, dengan ucapannya.

"Jadi perempuan tadi bukan pacar, Letnan.Juna? Lah, tapi kok ditinggal?"

Juna tersenyum," Saya, ke sini emang mau nganter dia, pulang."

"Maksud Letnan, nganter dia pulang?"

"Iya, dia anak Mayjen Rio."

"Kalau dia anaknya Mayjen Rio, lalu nona Sherly, siapa dong?"

Juna tersenyum dan menggeleng pelan, bertepatan dengan mobil dinas Rio yang masuk ke halaman rumah. Membuat Juna dan tentara muda yang menyapa Juna, langsung bersikap hormat.

"Loh Jun, kok ada disini. Ada perlu sama, om?"

"Bukan om. Saya nganter Laras." Jawab Juna, menyesuaikan tempat karena sudah di luar jam dinas.

"Laras ada di dalam?" tanya Rio tidak percaya.

"Iya, menemui kakek dari Semarang yang tadi baru datang."

"Kamu mau pulang, tidak masuk dulu."

"Sudah om, tadi sudah nyapa beliau juga. Ini mau pulang."

"Makasih ya, Jun." ucap Rio dengan tersenyum lebar, sebelum berjalan masuk ke dalam rumah. Hanum memang sudah memberi kabar, kalau ayahnya mau datang dan meminta Laras untuk pulang ke rumah dinas, tapi Rio tidak yakin Laras akan pulang.

"Letnan Juna, akrab juga ya, sama bapak?"

"Kebetulan orang tua kami saling berteman." bohong Juna, karena tidak mau bilang masih keluarga. "Sudah ya, mau balik dulu."

"Letnan, jika mbak yang tadi anak Mayjen, lalu nona Sherly siapan, dong."

Juna tersenyum, "Nanti kamu akan tahu, sendiri." ucap Juna sebelum berjalan pergi meninggalkan rumah dinas Rio.

**

Jika biasanya habis sholat subuh, Laras memilih tidur kembali, maka pagi ini Laras memilih untuk tidak tidur kembali. Kekek orang yang tidak suka melihat anak cucunya tidur setelah sholat subuh, kecuali jika malam tidak tidur alias bergadang. Daripada cari masalah dengan kakek, Laras memilih keluar dari kamar meski belum tahu mau ngapain.

"Sudah bangun, sayang." ucap Hanum, yang melihat Laras berjalan kearah pintu utama rumah.

"Iya, ma." ucap Laras datar tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Baju di lemari itu semua baju baru, yang selalu papamu beli untukmu."

"Hmm," ucap Laras sambil membuka pintu, dan berjalan keluar setelah menutup pintu.

"Sudah bangun cucu kakek," ucap kakek, yang juga hendak masuk ke dalam rumah, setelah selesai sholat jamah di mushola yang ada di dalam rumah dinas. "Ayo temanin kakek keliling."

Laras tersenyum dan langsung berjalan beriringan dengan kakek, meninggalkan Rio. Meski di abaikan oleh Laras, tapi Rio sudah cukup bahagia karena Laras mau pulang, dan tinggal bersama lagi dengannya, meski hanya sementara.

"Laras pergi, mas?" tanya Hanum yang menyambut Rio, begitu masuk ke dalam rumah.

"Hmmm." ucap Rio, sambil terus berjalan masuk kedalam yang diikuti oleh Hanum.

"Mas tolong jangan bersikap dingin padaku, aku tidak mau ayah tahu kondisi rumah tangga kita." sedih Hanum, membuat langkah kaki Rio langsung berhenti.

"Kamu takut ayah tahu kondisi rumah tangga kita, atau kamu takut ayah tahu kebusukan masa lalumu." sinis Rio. Rio, tahu bagaimana sifat ayah Hanum, ayah Hanum sangat memegang teguh kejujuran, dan tidak pandang bulu meski itu anak sendiri.

"Mas, aku tahu aku salah, tapi apa kamu tidak bisa memaafkan aku. Nurul sudah meninggal, dan sekarang aku yang jadi istrimu, bukan Nurul. Apa kamu tidak merasa berdosa dan bersalah padaku, dengan sikapmu selama ini." teriak Hanum, melampiaskan amarahnya.

"Aku bisa memaafkanmu, jika Laras juga sudah memaafkan aku. Mengenai bagaimana sikapku kepada kamu, tidak usah kamu pikirkan, aku siap menanggung dosaku, dan kamu tanggung jawab dengan dosamu sendiri."

"Tidak mungkin Laras memaafkan aku, sedangkan Laras masih mengagapku sebagai pembunuh ibunya..." ucap Hanum lirih. "Tapi jika hari itu kamu menikah dengan Nurul, kamu belum tentu bisa jadi seorang jenderal hari ini."

"Ya, mungkin kamu benar, tapi mungkin juga tidak. Aku bisa ada di posisi ini karena kerja kerasku, bukan pemberian seseorang."

"Tapi, kamu akan kena sangsi jika ketahuan atasanmu."

"Mungkin aku akan mengalami sangsi kedisiplinan dan penundaan kenaikan pangkat, tapi jika sekarang ketahuan, kamu akan di benci keluargamu dan aku di pecat secara tidak terhormat. Menurutmu lebih parah mana, efek yang kamu akibatkan."

"Tidak mungkin, bukannya jasamu banyak, lagian kamu punya kuasa, aku yakin kamu bisa menutupi kejadian yang sebenarnya terjadi."

"Kapan kamu bener-bener sadar, Num." ucap kecewa Rio, sambil menatap tajam Hanum. "Kekuasaan bukan untuk menutupi aib, jabatan dan kekuasaan itu adalah amanah yang harus di pertanggung jawabkan." ujar Rio yang langsung berjalan masuk ke dalam kamar, meninggalkan Hanum di ruang tamu.

Setelah sekian lama, akhirnya hari ini Laras duduk sarapan dengan keluarganya, minus Radja. Meski ada tambahan orang Sherly dan kakek, tapi suasana meja makan tetap sunyi, hanya sesekali terdengar suara sendok bertabrakan dengan piring, menjadi musik yang menemani suasana sarapan meja makan itu.

"Laras, sudah selesai sarapan mau berangkat ke rumah sakit, dulu." ucap Laras, sambil berdiri yang kemudian mencium punggung tangan orang yang lebih tua, dan yang terakhir ada mencium punggung tangan Rio.

"Papa antar ya, pagi ini?" ucap Rio lirih, sambil mengusap kepala Laras yang sudah mencium tangannya.

"Tidak usah, aku bisa berangkat sendri. Assalamu'alaikum!"

"Walaikumsalam," ucap Rio dengan membersihkan bibirnya. "Ayah aku berangkat dulu," pamit Rio pada mertuanya.

Rio segera berjalan cepat untuk menyusul Laras, "Ras, tunggu papa mau bicara." ucap Rio, lumayan kerasa yang sudah di halaman rumah.

Laras berhenti dan menarik nafas panjang, sebelum berbalik. Bisa aja dia pura-pura tidak denger dan mengabaikan Rio, tapi Laras tidak mau melakukan itu karena bisa membuat Rio kehilangan wibawanya, di depan anak buahnya.

"Kamu naik apa, jika tidak mau di anter bawa saja mobil yang ada di rumah paling tidak, dari sini ke jalan raya lumayan jauh."

"Aku bisa naik ojek online, tenang aja."

"Kenapa tidak membawa kendaraan aja? Ada kakek di sini, apa yang akan di pikirannya jika kamu naik kendaraan umum."

"Baiklah," ucap Laras akhirnya, berjalan di Garasi, yang diikuti Rio.

Nampak di Garasi ada 3 motor, yang Laras tahu, salah satu adalah miliknya saat sekolah SMA, satu punya Radja dan satu lagi milik Rio serta ada 4 mobil pribadi dan satu mobil dinas.

"Mobil itu milikmu, papa sengaja beli saat kamu menyelesaikan pendidikan spesialis kamu." ucap Rio, sambil menujukan sebuah mobil rakitan dari negeri sakura.

"Aku bawa motor lamaku aja?" ucap Laras, sambil berjalan kearah motor yang dulu selalu menemaninya waktu sekolah.

"Putriku telah kembali, tolong bilang buat yang lainnya untuk menjaga dan menuruti keinginan putriku." ucap Rio pada ajudannya, dengan melihat Laras yang sedang memakai helmnya, ucapan Rio seolah menjadi sebuah perintah, bahwa semua yang ada di rumah itu harus mematuhi putrinya, dan penegasan siapa putrinya.

1
Rita Rita
anak dan emak sama sama ular
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
Nene di Oon
semangat KK author
eed: Semangat kakak, terimakasih 🙏💕
total 1 replies
Nene di Oon
ceritanya seru dan tidak bertele²👍👍👍
Nene di Oon
menurut sy ceritanya seru tidak bertele² semangat terus author
eed: Terima kasih, kak 🙏💕.
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
Hanum masih aja bloon dan jahat
kalea rizuky
jahat bgt Hanum
Rita Rita
gimana kalo Arjuna tau Laras ikut di tim dokter yg jelas " berbahaya. 🤔🤭
Rita Rita
Juna pergi untuk pendidikan dan pulang setelah selesai langsung nikah sama Laras,,
Rita Rita
suka banget dengan sikap tegas Juna. ga tau malu banget si Cindy . udah ibu Juna dihancurkan mau nikahin lagi anaknya dengan anak sendiri
dasar jalang
Rita Rita
keknya paling banyak ulet bulu disini 🤔🤭
Rita Rita
wah taktik licik nih kalo ketahuan bakalan hancur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!