NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:400
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Paham

"Lo cukup ...."

"Cukup apa?"

Tania melirik Nico. Dia tersenyum jahil. Melihat senyum Tania seolah memberikan peringatan bahaya pada Nico. Dia sedikit memundurkan duduknya saat Tania merangsek maju.

"Bilang gue cantik."

"Apa? Gila lo, ya?"

Tania berdecak sebal. "Iya udah, lo punya hutang budi ke gue. Dan gue bakal—"

"Iya! Iya!" ujar Nico.

Tania tersenyum senang. Dia melirik Amanda yang sudah memberikan pelototan tajam padanya. Tujuannya adalah membuat Amanda cemburu.

"Ayo ngomong," desak Tania.

"Tania cantik, makasih ya."

"Yang ikhlas, dong."

"Ini gue udah ikhlas lapang dada," ujar Nico sembari memukul-mukul dadanya.

Tania berdecak. "Pokoknya nadanya yang terdengar halus!" desaknya.

Nico menggeram kesal. Dia bersumpah tidak akan menjadikan Tania sebagai perantara hubungannya lagi. "Tania cantik, makasih ya," ujar Nico dengan nada halus.

Tania jadi tersipu malu mendengarnya. Dia senyum-senyum sendiri membuat Nico bergidik ngeri dan langsung meninggalkan tribun lapangan.

"Dasar gila," umpat Nico.

Bertepatan dengan itu seseorang melihat apa yang dilakukan Tania dan Nico pada segmen akhir. Aldo mengepalkan tangannya kuat. Bima yang tahu-tahu ada di belakangnya berbisik lirih, "Benar, 'kan? Selimut tetangga lebih anget."

Aldo langsung menoleh ke arah Bima. "Ngapain lo?"tanyanya dengan nada ketus.

"Aelah, santai aja kali. Gue tuh ke sini niatnya mau nyamperin Nico. Eh, tahu-tahunya dia gitu."

"Lo juga tahu 'kan tentang mereka?"

Bima tercekat. "Ya-i-ya, sedikit," ujarnya gugup. Bagaimana jika drama klise yang dia perankan berjalan buruk? Habislah sudah dia oleh Aldo dan Nico.

Aldo langsung menarik lengan Bima agar sedikit menjauh dari area tribun.

"Sejak kapan mereka dekat?"

Bima berpikir. "Gue sih tahunya mereka dekat baru-baru ini."

Aldo mengangguk. Dia menepuk-nepuk bahu Bima sebelum pergi meninggalkan pria itu.

"Eh, Aldo mau ke mana?" teriak Bima.

"Menyelesaikan urusan dengan cara jantan."

"Ebusettt, ini mah gue yang habis. Oy, Aldo!"

Kalau diibaratkan, ini seperti gali lubang buat mangsa tetapi dia sendiri yang masuk ke lubang itu. Bima segera mengejar Aldo dan menjelaskan semuanya sebelum wajah Nico habis babak belur.

...******...

Amanda dan Nabilla naik ke atas tribun lapangan. Amanda berdecak sebal dan menatap tajam Tania yang sedang melipat tangan dan kakinya.

"Lo tadi ngomong apa sama Nico?" tanya Amanda.

"Enggak apa-apa. Gue mau cerita nih sama kalian."

"Jawab dulu, tadi lo ngomong apa sama pacar gue?" desak Amanda.

"Ih, Amanda! Dibilang enggak ngomong apa-apa."

"Tapi tadi lo mesem-mesem."

"Ya ... itu karena dia bilang makasih ke gue karena udah jadi perantaranya," jelas Tania.

"Masa?"

"Aduh, udah deh Amanda. Enggak usah overprotektif berlebihan. Lo tahu 'kan kisahnya di film-film itu? Nanti pertemanan kita lagi taruhannya," ujar Nabilla disusul acungan jempol Tania.

Amanda memutar bola matanya jengkel. "Lo mau cerita apa?"

"Eumph ... di kantin enak kali, ya?"

...******...

Wajah Amanda dan Nabilla mendadak berubah jadi cengo setelah mendengar cerita Tania. Mereka sama-sama membuka mulut dan menggantungkan sendok di udara.

"Serius? Dia bilang janji kehidupan?" tanya Nabilla.

Tania mengangguk.

"Dia juga bilang lo selalu jadi prioritas utama?" tanya Amanda.

Tania mengangguk sembari tersenyum malu. Pipi gadis itu mendadak jadi blush. "Iya. Sweet banget, 'kan?"

Alih-alih mendapatkan respons yang sama dari kedua sahabatnya, Amanda justru menoyor jidat Tania. "Lo masih SMA."

"Terus?"

"Ngapain ngomongin janji kehidupan?"

"Cemburu yaaa? Karena Nico nggak pernah ngomong sejauh itu," ledek Tania.

Amanda berdecih. Menurutnya cerita Tania soal Kevin itu berkesan menjijikkan. Entahlah, dia jadi iri pada hubungan Kevin dan Tania. Nico tidak bisa bersikap romantis ataupun mengucapkan kata-kata manis. Paling-paling jika sudah didesak Amanda dan di waktu-waktu tertentu.

"Oh iya, kalian tahu nggak sih kalau nama belakang gue dan Jean itu sama?"

"Tahu."

"Serius, Bil?"

"Iya, tadi lo bilang."

Tania menghela napas berat.

"Kenapa bisa sama?" tanya Amanda.

"Justru itu, gue juga nggak tahu."

"Enggak heran sih, setahu gue dia ganti nama tuh."

Ucapan Nabilla mampu membuat mata Amanda dan Tania tertuju ke arahnya.

"Seriously?" tanya Amanda.

"Iya, dulu Jean itu teman TK gue. Nama dia sebelumnya tuh, Jean Putri Arumijaya. Tapi, tiba-tiba ganti nama jadi Jean Putri Ardian Sanjaya," jelas Nabilla.

Tania mengernyit. "Kenapa bisa gitu?"

Nabilla mengedikkan bahu. "Mana gue tahu."

Tania diam, berpikir lebih keras, ini menjadi sangat misterius. Sedangkan Amanda, gadis itu sudah bisa menebak alurnya. Tetapi, dia enggan mengutarakannya setelah melihat Tania menghela napas panjang dan memainkan sendoknya.

Amanda sedikit tahu masa lalu Tania selain Kevin. Jadi, dia mengerti bagaimana perasaan Tania.

"AMANDA! COWOK LO SEKARAT!"

...******...

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Aldo menghajar Nico habis-habisan membuat cowok itu terkulai tak berdaya. Wajahnya penuh lebam karena Aldo yang duduk di atasnya dengan sorot mata nyalang tidak memiliki belas kasih terhadap wajah tampannya ini.

"Aldo, kenapa lo pukul gue?" tanya Nico. Dia sama sekali tidak membalas pukulan Aldo. Karena jika dia membalasnya, artinya dia sama anehnya seperti Aldo yang mendadak memukul orang tanpa sebab jelas.

"Kenapa lo khianatin gue?!" balas Aldo.

Kali ini Nico tidak tinggal diam. Bisa-bisa kalau dia biarkan Aldo memukul wajah tampannya, dia bakal pingsan. Dengan sekuat tenaga Nico membalik posisi. Dia duduk di atas Aldo dan mencengkeram kerahnya. Setelah itu tanpa aba-aba Nico meninju rahang Aldo saat pria itu hendak bangkit berdiri.

Bugh!

"Oy! Berhenti, oy! Kalian salah paham!"

Aldo dan Nico serempak menoleh ke arah Bima dan tiga cewek yang datang dengan wajah terkejut.

...******...

Sinar matahari sore merambat melalui ventilasi udara dan memantul dari kaca UKS. Bima sedang berdiri di depan dua orang yang sedang duduk di atas bankar. Wajahnya berubah tegang. Amanda mengobati luka Nico. Dia duduk di antara Aldo dan Nico. Dan sekarang, dua pria itu masih saling adu tatap.

"Kalian tuh kayak anak kecil tahu, enggak?" sarkas Amanda.

"Mereka udah besar," celetuk Bima.

"Diem lo!" bentak Amanda. "Sekarang coba jelasin, kenapa kalian berantem?"

Sontak telunjuk Aldo dan Nico mengarah pada orang yang berdiri di antara Nabilla dan Tania—Bima. Merasa tertunjuk, pria itu meneguk ludahnya yang menjelma jadi batu.

Sekarang Amanda menatapnya nyalang. "Lo buat mereka berantem?"

Ditatap Amanda sama saja seperti diterkam singa. Gadis itu tidak ada tandingannya jika sudah berlakon antagonis.

"Gara-gara dia, gue jadi korban!" ujar Nico. "Lo juga. Mudah banget kehasut dia." Nico menunjuk Aldo.

"Maksudnya apa?" Aldo hendak berdiri namun Amanda mencegahnya. Dia akan menjadi tameng untuk kekasihnya. Dia sudah iba melihat wajah Nico seperti panci gosong.

"Coba jelasin yang benar," ujar Nabilla lalu menarik kursi untuk duduk.

Semua mata tertuju ke arah Bima. Pria itu mengatur napas sebelum akhirnya menjelaskan semuanya. "Jadi, Nico itu sebetulnya suka sama Amanda, bukan Tania. Dan, lo salah paham waktu itu, Do."

Aldo mengernyit bingung.

Bima menarik kursi. "Sebetulnya waktu di rumah lo, gue lihat lo lagi ngintipin Nico teleponan sama Amanda. Gue heran dong. Terus gue dengar lo sebutin nama Tania. Di situ gue nyangka kalau lo salah paham duluan sama Nico."

"Kenapa bawa-bawa gue?"

"Tanya aja sama Aldo."

Sekarang semua mata tertuju ke arahnya.

Bagaimana Aldo akan menjelaskan semuanya. Dia dan Tania tidak ada unsur apa-apa. Kalau dia jelaskan, kesannya dia suka sama Tania. Tetapi kalau dia tidak jelaskan, masalah ini menggantung.

"Sebetulnya—"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!