Jingga Ariana menjadi sosok gadis cuek dan anti terhadap makhluk yang namanya laki-laki semenjak dikhianati oleh tunangannya saat dirinya hendak memberikan kejutan ulang tahun.
Langit Putra Ramadhan anak pertama dari Sebastian Putra dan Mutia Arini menjadi sosok mahasiswa yang cuek dan dingin pada wanita, dan kemana-mana selalu ada Bintang di sampingnya.
Akankah takdir menemukan kedua insan muda itu? Kutub ketemu kutub saling tarik menarik ataukah saling tolak menolak?
Cerita ini masih satu rentetan dengan @wanita itu ibu anakku dan Tulisan Tinta Tania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Terduga
Ada tiga kampus ternama yang didaftar oleh Jingga sebelumnya. Dan kebetulan saja Jingga diterima di kampus yang ada di London.
Waktu tinggal beberapa hari untuk mempersiapkan keberangkatan.
"Paspor kamu sudah siap belum?" tanya ayah Pramono.
"Sudah yah, visa pun juga telah keluar" bilang Jingga.
"Teman kamu ada yang ketrima di sana nggak?" tanya ayah yang sedikit kuatir. Putrinya akan tinggal nan jauh di sana. Di negeri orang.
"Jangan kuatir yah, Jingga akan jaga diri baik-baik" tukas Jingga menenangkan ayah nya.
"Kita doakan Yah, semoga semua lancar di sana" sela mama yang barusan gabung duduk bersama suami dan putrinya.
"Jingga sudah dewasa, sudah pantas untuk menentukan masa depannya. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Semoga diberikan hasil terbaik" imbuh mama.
"He...he...padahal ayah kan juga ingin punya menantu Mah" gurau ayah menimpali.
"Yaaaaaaccchhhh kalau itu mah masih panjang Yah" kata Jingga menimpali.
Ayah Pramono mengelus kepala Jingga dengan lembut.
"Kamu tetap saja putri kecil ayah dan mama nak" ucap ayah dengan sabar.
Jingga sosok manja jika sudah bersama dengan ayahnya.
"Yah, nanti kalau aku kangen ayah mau nyusulin ke sana nggak?" tanya Jingga.
"Heeemmmm, mahal nggak kira-kira ya? Ayah nabung berapa tahun untuk ke sana?" gurau ayah.
Jingga kebetulan adalah penerima beasiswa sekaligus biaya di sana sudah ditanggung oleh pemberi beasiswa. Jadi Jingga tak perlu memikirkan biaya dan akomodasi selama kegiatan perkuliahan.
Hari-hari terakhir di negara ini, dimanfaatkan benar oleh Jingga untuk bermanja dengan kedua orang tuanya.
Sehari menjelang keberangkatan, semua barang yang akan dibawa telah dipacking dengan ringkas oleh mama dibantu Jingga.
Ayah yang baru pulang dari kantor, menghampiri kedua orang yang sangat disayanginya itu.
"Sudah siap semua?" tanya ayah.
"Belum" jawab singkat Jingga.
"Kok belum?" kata ayah heran.
"Ya jelas saja belum, nyatanya Jingga masih di rumah" kata Jingga mencoba bergurau.
Terdengar ketukan pintu dari luar.
"Siapa?" tanya ayah.
"Ya mana tahu kalau tak dilihat" kata mama menimpali.
Mama beranjak untuk melihat siapa yang datang.
Sementara ayah duduk mengambil minum dan Jingga membereskan yang belum diselesaikan.
Mama yang belum kembali dari melihat siapa yang datang membuat ayah menyusul ke depan.
"Siapa Mah?" seru ayah dari balik tembok pemisah ruangan.
Mama tak menjawab, membuat ayah penasaran juga untuk melihat siapa yang datang.
Melihat siapa yang datang, ayah lumayan terkejut. Tak menyangka jika yang datang adalah orang dari masa lalu putrinya.
"Untuk apa kamu ke sini? Tak cukup kah kamu membuat luka hati untuk putriku" hardik ayah yang ikutan kecewa dengan orang yang baru datang tadi.
"Maaf kan aku Om" katanya singkat.
"Cih, sebagai saudara kita sudah memaafkan jauh sebelum kamu meminta maaf Rima" seru ayah mulai menampakkan emosi nya.
"Lantas, untuk apa kamu ke sini?" mama ikutan menyela.
"Aku bersalah pada Jingga Om. Sudah selayaknya aku minta maaf padanya" ujar Rima.
"Kenapa baru sekarang kamu lakukan?" tukas ayah.
"Aku telah dapat karma nya Om. Kenzo telah meninggalkan aku saat usia pernikahan kami berjalan dua tahun. Setelah dia tahu kalau anak yang aku kandung bukan lah anaknya" kata Rima terbata. Air mata telah berderai dari sudut mata Rima.
"Siapa sih Yah Mah?" tanya Jingga yang barusan datang menyusul.
Jingga tertegun kala melihat Rima duduk bersimpuh di depan kedua orang tua nya.
"Ada apa ini?" tanya Jingga menyela semuanya.
Rima menghambur memeluk Jingga.
"Maafkan aku Jingga, maafkanlah" ucap Rima di tengah isak tangisnya.
Kedua alis Jingga saling menaut sembari menatap sang ayah. "Ada apa?" kata Jingga dengan bahasa isyarat kepada ayah Pramono.
Sementara ayah Pramono mengangkat kedua bahunya, karena tak tahu maksud Rima yang datang tiba-tiba.
Jingga tak membalas pelukan Rima, karena masih belum paham situasi yang ada.
"Maafkan aku Jingga" ucap ulang Rima.
"Kak, bangunlah. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku sudah bahagia dengan hidup aku" tukas Jingga.
"Kenzo meninggalkan aku Jingga. Mungkin itu hadiah dari dosa yang telah aku lakukan padamu" kata Rima mulai menjelaskan.
"Apa maksud kakak?" tanya Jingga tanpa bermaksud kepo.
"Iya, Kenzo meninggalkan aku kala tahu kalau anak yang aku kandung bukanlah anaknya" lanjut Rima.
"Whattt?" kaget juga Jingga mendengar penuturan Rima.
"Benar Jingga" tandas Rima.
"Terus, anak kalian?" tanya Jingga.
"Anakku. Bukan anak Kenzo" tandas Rima.
"Kurasa itu bukan menjadi urusan aku lagi kak" kata Jingga ingin segera mengakhiri obrolan ini.
Sementara ayah dan mama telah kembali masuk karena itu sudah menjadi urusan Jingga.
"Kenzo masih mencarimu sampai sekarang" seru Rima menambahkan.
"Ya biarkan saja. Untuk apa aku repot memikirkan itu" sergah Jingga.
Hidupnya sudah enjoy tanpa gangguan laki manapun. Semenjak pengkhianatan Kenzo, Jingga menjadi sosok yang cuek terhadap laki manapun. Itu juga yang menjadi ayah kuatir, apa Jingga akan menjomblo seumur hidupnya.
"Apa kabar anak kamu kak?" tanya Jingga yang tak melihat kehadiran anak kecil di sisi Rima. Harusnya anak Rima sudah berusia sekitar empat tahunan.
"Meninggal saat berumur dua tahun. Kala itu lah Kenzo tahu bahwasanya aku telah berbohong padanya" jelas Rima.
"Oke kak, aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Silahkan!" potong Jingga ingin mengakhiri pembicaraan ini.
Rima beranjak. Pengusiran Jingga membuat dirinya merasa memang sudah saat nya dia pergi sekarang. Pemberian maaf oleh Jingga sudah dirasa cukup bagi Rima.
"Makasih" kata Rima sekaligus pamitan.
Jingga menghela nafas panjang kala Rima sudah tak terlihat.
"Hhhmmm ada-ada saja" keluh Jingga dan kembali beranjak untuk menyusul keberadaan ayah dan mama nya.
"Sudah pulang si Rima?" tanya mama saat Jingga menghampirinya.
"Heemmm" gumam Jingga.
"Untung aku akan pergi jauh Mah. Kalau nggak pasti akan datang kembali gangguan dari Kenzo" seru Jingga.
"Ya, Tuhan pasti kasih jalan yang terbaik buat kamu" tukas mama bijak.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued, happy reading