My Bos Is My Husband

Tiba di kediaman Bayu, jantung Yasmin berdetak kencang. Entah mengapa. Mungkin karena Bayu mengajaknya makan malam bersama ke dua orang tuanya. Rasanya Yasmin ingin balik kanan saja mencari alasan apa saja agar acara makan malam itu tidak terjadi. Tapi sayang mobil fortuner Bayu sudah berhenti di depan rumahnya.

“Ayo, turun,” ajak Bayu.

Yasmin masing mematung dengan bacaan doa-doa di dalam hatinya.

“Yasmin!!,” panggil Bayu lagi.

“Eh...oh iya,” Yasmin jadi gugup tidak karuan.

“Kamu kenapa? Kok jadi gugup begitu?,” tanya Bayu tersenyum.

“Habisnya Pak Bayu kok nggak bilang-bilang,” jawab Yasmin manyun.

“Kalau aku bilang dulu, pasti kamu nggak mau. Iya, kan?,” ulang Bayu seperti ucapannya di mobil tadi.

“Tenang aja mami papiku nggak galak, kok,” lanjut Bayu mengajak Yasmin masuk ke dalam rumah.

“Baiklah,” kata Yasmin lemah sambil mengiringi langkah kaki Bayu.

***

'Yasmin kelihatan gugup sekali setelah tahu aku mengajaknya makan malam di rumah Papi. Malam ini aku ingin mengenalkannya kepada mami dan papi bahwa dialah wanita yang ku cintai selama ini,' batin Bayu sambil melirik Yasmin.

“Assalamualaikum,” Bayu membuka pintu lalu mengajak Yasmin.

“Waalaikumsalam,” terdengar suara mami Bayu menyahut dari dalam.

“Mami dan Papi. Ini Yasmin, sekretarisku,” ujar Bayu mengenalkan Yasmin. Mami Bayu tersenyum melihat Yasmin.

“Saya Yasmin Aprillia, Om dan Tante,” ucap Yasmin mengenalkan dirinya.

“Saya Mahendra, papinya Bayu,” balas Mahendra.

“Pak Mahendra? Bukannya pemilik Golden Corp?,” tanya Yasmin bingung.

'Oh ya. Mungkin dia belum pernah bertemu papi, karena papi juga jarang di kantor,' batin Bayu baru ingat kenapa Yasmin tampak bingung melihat papinya.

“Iya, betul sekali,” jawab Mahendra sambil tertawa kecil.

“Jadi kamulah gadis istimewa bagi Bayu” gumam Mahendra lalu melirik ke arah Bayu.

“Ma...maksud, Om?,” tanya Yasmin belum nyambung.

'Huh, kok nggak peka banget ni anak. Apa karena terlalu gugup sehingga membuatnya nggak connect,' omel Bayu dalam hati.

“Eh...udah dulu. Ayo, kita makan. Nanti keburu dingin makanannya,” ajak Mami Bayu.

“Baiklah ayo kita ke meja makan,” ajak Mahendra kepada Bayu dan Yasmin.

“Tante, biar saya ambil sendiri saja,” tolak Yasmin ketika mami Bayu mau mengambilkannya nasi beserta lauknya.

“Nggak apa. Kamu kan tamu di sini,” kata mami Bayu memaksa. Bayu melihat Yasmin hanya tersenyum, dia merasa tidak enak.

“Bay, katanya ada yang mau kamu sampaikan dengan mami dan papi,” ujar Mahendra disela mereka makan malam bersama.

“Oh iya, Pi. Sebenarnya aku mengajak Yasmin bertemu Mami dan Papi untuk mengenalkannya bukan hanya sebagai sekretaris tapi juga sebagai calon istriku,” ujar Bayu sambil melirik Yasmin.

Yasmin melihat Bayu dengan raut muka sangat terkejut. Hampir saja dia tersedak mendengarkan ucapan Bayu. Yasmin lalu menghentikan aktivitas makannya. Bayu memang sengaja ingin membuat kejutan untuk Yasmin.

“Oh ya? Mami senang sekali mendengarnya. Akhirnya ada juga gadis yang bisa membuat anak mami ini jatuh cinta,” ucap mami Bayu tersenyum lebar sambil melihat mereka berdua.

“Yasmin, kenapa? Kok, bingung kayak gitu?” sambung mami Bayu melihat ekspresi wajah Yasmin begitu.

“Eng...Pak Bayu belum pernah bilang sebelumnya soal itu. Saya agak kaget saja, Tante,” jawab Yasmin kikuk.

“Oalah, Bay. Masa Yasmin nggak tau soal ini. Kamu ini Bay, kalau Yasmin ternyata menolak kamu bagaimana?” sela Mahendra geleng kepala.

“Nggak mungkinlah Yasmin menolak laki-laki sepertiku,” ujar Bayu Pede sambil melirik Yasmin agar suasana menjadi cair. Soalnya Bayu lihat Yasmin begitu tegang sekali.

“Ihh, Pede banget,” gumam Yasmin tersenyum.

“Oke, bapak-bapak. Makan malam sudah selesai. Silahkan pindah ke tempat duduk di ruang tengah, ya,” ujar Mami Bayu mengusir anak dan suaminya sambil membereskan piring bekas makan mereka.

Bayu dan papinya lalu berjalan ke ruang tengah, sementara Yasmin ikut membantu mami Bayu membereskan meja makan.

***

Yasmin benar-benar tidak tahu kalau  Bayu akan mengenalkannya kepada kedua orang tuanya sebagai calon istrinya. Yasmin benar-benar kaget, shock entah apalagi yang bisa mengambarkan perasaannya yang campur aduk. Dia masih tidak percaya, apa mungkin Bayu hanya bergurau di depan orang tuanya. Secara pribadi Bayu memang belum mengutarakan perasaannya langsung kepada Yasmin.

Yasmin juga baru tahu bahwa Mahendra, pemilik Golden Corp adalah papinya. Yasmin tidak menyangka kalau perusahaan itu adalah milik papi Bayu. Karena yang Yasmin dengar dari karyawan perusahaan itu milik pengusaha bernama Mahendra. Sayangnya dia memang belum pernah berjumpa dengan Mahendra sebelumnya. Sementara nama belakang Bayu yang ada Mahendra-nya, Yasmin pikir hanyalah kebetulan saja sama. Oh, ternyata...

Yasmin begitu gugup dan tegang, takut kalau kedua orang tua Bayu tidak menerimanya. Apalagi kalau tahu Yasmin hanyalah gadis dari keluarga biasa. Selesai makan mami Bayu membereskan piring, Yasmin pun ikut membantunya.

“Tante, biar saya saja yang mencuci piringnya,” tawar Yasmin.

“Eh, nggak usah. Ini hanya mau dibereskan saja. Nanti ada bibi yang mencucinya,” tolak mami Bayu.

“Nggak apa, Tante. Tidak baik juga meninggalkan piring kotor kalau sudah malam. Lagi pula saya sudah biasa, kok,” kata Yasmin menuju wastafel dan mengambil air sabun pencuci piring.

“Baiklah kalau Yasmin memaksa, mami bisa apa,” ujar mami Bayu pasrah.

“Tante...” panggil Yasmin memberanikan diri, disela dia sedang mencuci piring.

“Ya, ada apa?,” sahut mami Bayu.

“Saya minta maaf.  Mungkin Tante tidak berkenan dengan saya. Tante belum tahu siapa keluarga saya. Pak Bayu mungkin hanya bercanda soal tadi,” ujar Yasmin sambil membasuh piring.

“Yasmin, apa yang kamu pikirkan. Mami kenal sekali dengan Bayu. Apa yang dia ucapkan tidak pernah main-main. Kami memang pernah menjodohkan Bayu dengan anak-anak relasi mami dan papi. Tapi Bayu tidak pernah mau. Dia ingin mencari istri yang sesuai dengan keinginannya bukan keinginan kami. Dan ternyata gadis itu kamu, Yasmin,” jelas mami Bayu membuat hati Yasmin pun  bergetar.

“Tante, piringnya sudah selesai,” toleh Yasmin sambil mengelap tangan dan melirik jam di tangannya.

'Ya tuhan, sudah jam 10 malam. Umi pasti marah kalau aku pulang kemalaman,' teriak hati Yasmin.

“Terima kasih, Yasmin,” ucap mami Bayu.

“Tante, saya minta maaf. Saya mau pamit pulang. Umi saya sudah berpesan, pulangnya jangan terlalu malam,” ujar Yasmin tesenyum tidak enak memberitahu mami Bayu.

“Hmm...umi kamu pasti cemas karena kamu pergi dengan seorang laki-laki,” ucap mami Bayu tersenyum mengerti.

Yasmin dan Adeline berjalan menuju ke ruang tengah. Yasmin melihat anak dan bapak itu tampak sedang asyik mengobrol. Entah mereka sedang membicarakan apa. Mereka berdua pun berhenti bicara ketika melihat Yasmin dan Adeline  menghampiri mereka.

“Bay, antarlah Yasmin pulang. Sudah malam, nanti uminya cemas kenapa anak gadisnya belum pulang,” perintah Adeline

“Iya, Mi. Pi, Bayu mengantar Yasmin pulang dulu,” ujar Bayu meminta izin kepada Mahendra. Laki-laki paruh baya itu pun mengangguk.

“Assalamulaikum, Om dan Tante,” pamit Yasmin.

“Waalaikumsalam." jawab mereka serempak.

Orang tua Bayu menatap kepergian Bayu dan Yasmin sambil tersenyum. Kemudian mereka saling pandang karena tidak lama lagi mereka akan mempunyai menantu.