David Ferrero
adalah seorang pengusaha muda yang berbakat dan tampan namun sayang ketampanannya tertutup oleh sikap dingin dan galaknya sebagai CEO dari Ferrero grup. sikapnya yang dingin membuat para wanita takut untuk sekedar menyapa atau meliriknya
Bela diana putri
adalah wanita sederhana yang berasal dari desa terpencil. bela memiliki karakter ceria, ramah dan sangat baik terhadap semua orang, walaupun bela berasal dari desa terpencil tapi otaknya sangat cepat tanggap dalam menerima sesuatu yang berkaitan dengan ilmu atau perusahaan. oleh sebab itulah bela direkomendasikan bekerja oleh kampusnya di perusahaan terkenal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
"ehem,,, apa aku mengganggu?" goda riki sambil meletakkan makanan di atas meja dekat sofa
"sangat, untuk apa datang kemari" jawab david ketus
"hiss kenapa kau tidak pernah tersenyum sedikitpun" ucap riki kesal karena walaupun dia membawa makanan dari restoran nya david tetap acuh
"aku tidak meminta mu datang" kata david
"tuan apa yang anda bawa?" tanya bela memutar kepalanya menghadap riki
"naah pertanyaan yang bagus" riki langsung menarik paksa bela turun dari meja lalu membawanya duduk lesehan didekat sofa
"lihat aku membawa menu baru, silahkan dicicip" kata riki dengan antusias
"mm sepertinya enak, saya akan mencoba" ujar bela langsung mengambil sendok dan mencoba menu baru yang dikatakan oleh riki
"wow ini sempurna tuan, enak sekali" ucap bela kembali memakan makanan itu
"sepertinya aku perlu menarik saham ku direstoran mu" saut david menatap keduanya
riki membulatkan mata dan langsung meraih sendok yang bela pegang
"ada apa tuan?" tanya bela dengan polos
"ti,,, tidak aku harus kembali, maaf rantangnya ku bawa" jawab riki dengan cepat kilat membersihkan meja
"demi apapun nyali ku menciut mendekati adiknya" bisik riki ditelinga bela
"semangat tuan, memangnya syifa belum tau jika tuan menyukainya?" tanya bela ikut berbisik
"jangankan tau, mengenal ku saja tidak" jawab riki putus asa
"lalu darimana anda tau syifa tuan?" tanya bela lagi
"aku menjadi dosen dikampus nya tapi yaah aku tidak memiliki jam di mata kuliahnya jadi terpaksa harus melihatnya dari jauh" jawab riki semakin putus asa melihat gadisnya
"aiih tuan se,,,"
"keluar atau aku akan benar-benar menguras saham ku diperusahaan mu!" ucap david tidak tahan melihat bela terlalu dekat dengan riki
riki berdecak kesal melihat david sangat overprotektif, bahkan dia tidak bisa mengorek info dari bela tentang syifa. riki langsung keluar dari ruangan
"kemari kenapa diam saja" ucap david
bela tidak ingin bicara, dia diam saja mengikuti seluruh ucapan david
"duduk!" titah david
bela kembali duduk di atas meja dengan patuh. bosan sebenarnya hanya saja tidak ada kesempatan untuk menolak
"tanganmu" ujar david mengulurkan tangannya didepan bela
"untuk apa tuan?" tanya bela sambil memberikan tangannya
"tidak ada, hanya ingin memegang" jawab david datar
bela mengeryitkan dahi mendengar jawaban david
"saya tidak akan kemana-mana tuan" ucap bela
"ck bisa tidak jangan melawan atau membantah. calon istri macam apa yang selalu menjawab perkataan calon suami" ujar david kesal
bela membulatkan matanya karena ucapan david tanpa sensor
"ca,,,calon istri??" tanya bela menatap kebawah kearah david
"lalu apa?? calon babu?" tanya david balik
"ti,, tidak bukan begitu tuan, tapii mm bukannya ada syarat? jika kita saling mencintai maka pernikahan ini tidak akan terjadi" tutur bela
"maka cintai aku apa susahnya" jawab david dengan gampangnya
cihh manusia seperti mu tidak pantas punya cinta. kadang aku ragu kau ini manusia atau robot, sangat kaku lagipula siapa yang ingin menikah denganmu. batin bela
"kenapa diam?" tanya david masih setia memegang tangan bela
"mm mencintai seseorang itu bukan hal main main tuan, saya tidak berani mencintai seseorang" jawab bela menunduk
"untuk apa berkata seperti itu?" tanya david lagi
"hahh tuan saya hanya sekertaris biasa untuk anda, saya berasal dari keluarga yang tidak mampu, apa kata rekan bisnis anda jika tau seorang David Ferrero menikahi gadis desa yang biasa biasa saja. bukankah itu memalukan?" tutur bela tersenyum sinis melihat nasibnya
David diam sejenak mencerna perkataan bela yang tidak pernah ia sangka sangka