Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISI hati Divan
Malam ini begitu gelap, air hujan turun dengan derasnya di temani angin dingin, yang begitu menusuk ke kulit, membuat semua orang memilih berdiam diri di rumah masing-masing.
begitu pula dengan Dito, pria itu nampak termenung di teras belakang rumah, angin malam yang begitu dingin, tak membuat mantan Risa Olivia itu beranjak untuk masuk kedalam.
Pria itu nampak begitu aneh akhir-akhir ini, tepatnya setelah kepulangan sang mantan istri, sang kembang desa keponakan dari salah satu petinggi TNI, membuat seluruh kampung begitu kagum, ketika kedua anak keluarga terpandang itu melangsungkan pernikahan.
"Mau sampai kapan kamu disini?"Tanya seseorang dari belakang, membuat Dito tersadar dan menengok ke arah sumber suara.
Raut wajah seketika berubah menjadi masam, melihat sang istri berdiri di depan pintu, entahlah dia begitu menyesal ketika membandingkan Risa dan ayu, sungguh jauh secara fisik dan kepribadian.
"Apa kamu tidak dengar?"Tanya ayu ketika tak mendapat jawaban dari sang suami, dia begitu kesal dengan perubahan sikap sang suami.
Dito yang sangat perhatian dan romantis, mendadak menjadi dingin dan cuek terlebih kepada sang anak, pria itu nampak acuh tak acuh.
"Aku hanya ingin sendiri"Jawab Dito dengan datar, dengan pandangan fokus ke depan melihat Rintih hujan.
"Apa kamu memikirkan wanita ****** itu mas?"Tanya ayu dengan sedikit keras, langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang suami.
Entahlah Dito merasa tak terima ketika Risa di hina, apalagi seorang ayu yang menghina seorang pelakor tak tahu diri.
"Jaga mulut!!!!!!!!!" Bentak Dito bangkit dari duduknya dan berdiri di depan sang istri, dengan tatapan tajam.
Bukannya takut, wanita itu malah tersenyum meremehkan, wanita itu berjalan mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, dengan deru nafas saling mengenai satu sama lain.
"Kenapa?, bukanya kamu sendiri yang menyebut dia ******, kamu sendiri yang menyebut dia lebih buruk dari pada aku, apa kamu lupa hah!!!!!?" tanya ayu balik membentak dan mencoba mengintimidasi kembali.
Dan itu sedikit berhasil, Dito terdiam beberapa saat dan mencoba menyusun kata, agar dia menyangkal ucapan sang istri, yang dia juga tau bahwa kata kata itu pernah keluar dari mulutnya.
"Terserah apa katamu, terserah apa mau mu, aku sudah muak"
.
.
.
.
.
Rumah keluarga Risa.
"Divan sini sayang"Bujuk Risa kepada sang putra, bocah itu sedang ngambek ketika keseruan di siang hari tadi harus batal, dengan alasan yang dia sendiri tak tau.
"Divan apa kamu mau liat mama sedih?"Tanya Risa kembali dengan raut wajah berubah sedih, Divan nampak melirik dan sedikit terkejut melihat sang mama bersedih.
"No mama, Ivan endak sedih kok suel" ucap Divan dengan mengangkat dua jari, wajah nya pun nampak begitu serius membuat Risa gemas melihat wajah lucu sang putra.
Dengan cepat Risa membawa sang buah hati kedalam dekapannya, dia pun menghadiahi ciuman berkali-kali di pipi gembul sang anak.
"Stop, Ivan geli" ucap Divan memberontak, dengan tangan mencoba menghalangi bibir sexy sang mama.
"bilang dulu sama mama, mama maaf yaaa gitu" Perintah Risa berhenti sejenak menjahili sang anak.
"Mama maaf yaaa" ucap Divan dengan gemas nya, membuat sang mama tertawa dan gemas melihat anak semata wayangnya.
Risa pun memeluk Divan dan menyelimutinya, cuaca dingin malam ini di tambah suara Rintih hujan, membuat mamah muda itu mempercepat kegiatan tidurnya, sedangkan bude Retno beliau sudah tidur dari sore tadi.
Detik demi detik telah berlalu, Risa pun sudah terlelap namun tidak dengan Divan, bocah itu masih tetap terjaga dan termenung entah memikirkan apa.
Lama kelamaan Divan merasa bosan, dia pun berusaha memisahkan diri dari sama mama, namun sayang lilitan Risa begitu kuat hingga tenaga bocah itu tak bisa melampaui nya, Divan pun terus berusaha dan tak patah semangat, namun sayang dia gagal dan yang paling naas Risa terganggu dan terbangun dari tidurnya.
"Hmmm, Divan belom bobok?" tanya Risa dengan kondisi nyawa belum sepenuhnya kembali.
Dia pun merapatkan pelukan dan menepuk pelan pantat Divan, berharap sang anak mengantuk dan tertidur, namun sebaliknya bocah itu masih terjaga.
"Mama" Panggil Divan dengan binar mata sendu, menandakan sang bocah akan mengeluarkan air mata.
Risa yang hafal betul dengan sikap sang anak, nampak heran dengan apa yang membuat sang putra bersedih, apa karena kejadian tadi siang dia rasa Divan sudah tak mempersoalkan, tapi entahlah terkadang pikiran anak kecil sang berbeda dengan pemikiran orang dewasa.
"Divan kenapa hemm?"Tanya Risa dengan lembut dengan tangan mengelus pelan puncak kepala sang putra, dia tau ada sedikit Masalah dalam pikiran sang anak.
"Ivan kangen papa"
Deg
Sebuah kata paling Risa takutkan, kata yang dia sendiri bingung bagaimana merealisasikan keinginan Sang anak, namun akal sehatnya seketika tersadar ada dua orang yang Divan sebut papa, semoga saja Divan memikirkan apa yang sedang dia pikirkan.
"Besok kita ketemu papa Nino yaa, kan papa sudah janji akan kesini sore hari" ucap Risa mencoba menenangkan sang anak.
"No Ivan mau papa Dito" ucap Divan dengan lirih ditambah gelengan kepala.
Seketika bola mata Risa terasa panas, dadanya begitu sesak melihat kenyataan, bahwa sang anak masih butuh ayah kandungnya, dia bisa saja mempertemukan namun dia takut akan meningkatkan masalah, seperti yang kita ketahui keluarga nya dan keluarga sang mantan tidak baik baik saja.
"Iya besok kita ketemu papa Dito yaa, mama izin dulu sama istri papa dulu, nanti kalo mama udah izin baru ketemu, Divan paham?" Ucap Risa mencoba memberi penjelasan sang anak, dia berharap sang anak melupakan keinginan nya itu, bukan berniat menjauhkan namun dia mencoba meminimalisir pertengkaran.
.
.
.
.
.
Sebuah villa mewah.
"Apa Lo sudah menemukan siapa mereka?" tanya Rama kepada citak dan para anak buahnya.
Rupanya kejadian tadi siang sampai ke telinga sang tuan muda, membuat dia tak bisa tinggal diam ketika ada yang berani mengusik keluarga nya, apalagi tadi Maria sendiri yang memerintahkan agar Rama membantu mengusutnya, percayalah kekuatan bocah berumur hampir 20 tahun itu, lebih besar dari penegak hukum di negara ini.
"Saya rasa bukan dari anak buah Puput atau pun Richard, mereka seperti orang orang dari anggota penegak hukum di negara kita" jelas Citak berdasarkan investigasi para anak buahnya.
Rama nampak berfikir dengan keras, siapa musuh baru keluarga paling berpengaruh itu, dia juga yakin tidak pernah berurusan dengan penegak hukum
"Gue gak mau tau siapa mereka, gue perintah kan kalian untuk mengusut sampai tuntas, kita beritahu mereka siapa keluarga Wijaya sebenarnya, ingat jika kita tak bisa membawa mereka secara utuh, setidaknya kepalanya sampai di hadapan ku" Perintah Rama di hadapan puluhan anak buahnya, membuat semua nya mengangguk tanda siap melaksanakan tugas.
Tanpa berpamitan, Rama meninggalkan ruang meeting dan berlalu ke lantai atas, tempat di mana kamar pribadinya berada dan yang pasti ada pangeran kecil di dalam nya.
"Hay baby boy, apa kamu sudah tidur"Panggil Rama kepada sang putra yang tengah tertidur dengan pulas nya, bayi itu berada satu kasur dengan sang papa, membuat Rama dengan mudah mengawasi nya.
bersambung........
jangan lupa like coment and favorit