Night Destiny

"Bagaimana bisa wanita yang merebut tunangan orang dikatakan wanita baik-baik . Apalagi sampai hamil kalau dia bukan wanita mu*rahan!!!."

Semua wartawan menatap Salwa yang berjalan ke arah Azka. Pria itu menggeram marah. Dimana para penjaga sehingga membiarkan Salwa masuk begitu saja.

"Benarkah jika hubungan kalian kandas karena pak Azka selingkuh?."

Salwa tersenyum, "Azka tidak selingkuh. Tapi wanita itu yang merayu tunanganku!."

Azka mengepalkan tangan, dia meminta para penjaga masuk kedalam aula dan memperketat penjagaan. Dia juga menarik Salwa turun dari podium. Suasana menjadi riuh karena narasumber meninggalkan tempat begitu saja.

"Lepaskan, Ka. Sakit!!."

"Kamu selalu membuat masalah!."

Salwa menatap Azka, "Aku membuat masalah? Aku hanya meluruskan masalah yang terjadi!."

"Hubungan kita sudah berakhir Sal, aku sudah menikah. Kamu harus menerima itu!."

"Tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerimanya. Kamu tunanganku dan akan menjadi suamiku. Ceraikan istrimu sekarang!."

"Kamu gila!!."

"Aku memang gila!! Aku gila karena terlalu mencintai kamu, Ka.

"Hentikan Sal. Jangan menyakiti dirimu sendiri!."

"Dia yang menyakiti aku. Istrimu!! Dia sudah merebutmu dariku. Dia menghancurkan semua impianku!!."

Azka menggeram frustasi, "Kamu bukan lagi Salwa yang aku kenal!."

"Ya, kamu benar. Aku memang bukan Salwa yang dulu lagi. Salwa yang dulu sudah mati. Dan Salwa yang berapa didepanmu sekarang akan melakukan apapun demi bisa bersama denganmu!."

"Kamu benar-benar tidak waras. Aku tegaskan, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Salsa!."

"Kalau kamu tidak mau menceraikannya. Aku siap menjadi yang kedua!."

Azka terperangah, "Itu tidak akan pernah terjadi!."

"Kalau begitu, aku akan mengatakan pada istrimu kalau kita akan segera menikah!."

"Mas!," Azka menatap Salsa yang datang bersama Bundanya. Gita akhirnya mengantar Salsa menemui Azka setelah wanita itu merengek dan memelas. Sedangkan Dirga masih mengurus media untuk menghentikan pemberitaan tentang Azka.

Salwa memberikan senyuman sinis, "Bagus kalau kamu ada disini. Aku dan Azka akan menikah!."

"Jangan ngawur Sal. Aku tidak akan pernah menikahimu!," ucap Azka tegas.

Salsa mendekati suaminya, begitupun dengan Gita.

"Kamu mau menikah dengan Mas Azka?," tanya Salsa pada Salwa.

"Tentu saja. Sejak awal, akulah calon istrinya!," jawab Salwa angkuh

Salsa tersenyum, "Aku tidak akan melarang kalian menikah. Itupun, kalau suamiku mau menikahimu!!."

"Kau!!," teriak Salwa marah. Wajahnya sudah memerah menahan emosi. Azka berada didepan istrinya, melindungi Salsa bila tiba-tiba Salwa menyerangnya.

"Berhenti menyakiti diri sendiri, Sal. Kamu cantik, Tante yakin banyak pria yang lebih baik dari Azka yang akan mencintaimu dengan tulus!."

"Aku hanya mau Azka!."

Gita menghela nafas, "Kamu mau merebut suami orang?."

Salwa menatap wanita paruh baya itu dengan sendu, "Bukan aku. Tapi dia!," tunjuknya pada Salsa. "Dia yang merebut Azka dariku. Dia perempuan mu*rahan yang menyerahkan tubuhnya hanya demi uang. Aku yakin anak dalam perutnya bukan anak Azka!."

"Salwa!! Kau sudah keterlaluan!!," teriak Azka marah. Semua orang terkejut dengan teriakan Azka.

"Mas, tenangkan dirimu!," Salsa mengusap lengan suaminya. Ia hanya tidak mau Azka menyakiti Salwa.

"Semua ini gara-gara kamu!! Dasar wanita si*alan!!." Perempuan itu kalap, dia berusaha menarik Salsa yang berada dibelakang Azka. Sementara Gita berusaha menahan Salwa yang mengamuk,

"Kau akan menyesal karena mengusik hidupku, wanita ja*lang!!."

"Ka, bawa Salsa pergi!."

Belum sempat menjauh, Salwa berhasil menarik bahu Salsa.

"Awk ....!,"

"Salsa!," Azka reflek mendorong Salwa. Perempuan itu jatuh tersungkur bertepatan dengan datangnya Danar dan Anya.

"Salwa!!." Danar dan Anya berlari menghampiri putrinya, lalu membantu Salwa berdiri. Salwa menatap iri pada Salsa yang mendapat perhatian dari Azka. Gadis itu seketika menangis deras. Danar-pun ikut memandang Azka dengan geram. "Azka, apa yang lakukan pada putriku?."

Azka tak memperdulikan ucapan Danar, dia memeriksa bahu Salsa, bekas cakaran terlihat jelas dibahu mulus istrinya. Dia membuka jasnya dan akan menutupi bahu Salsa yang terekspos,

"Dasar ba*jingan!," Danar berjalan ke arah Azka dengan emosi, tangannya terkepal erat.

"Mas jangan!," cegah Anya. Namun terlambat, Danar terlanjur mengayunkan pukulannya, Salsa yang melihat itu langsung mendorong Azka hingga dirinya-lah yang terkena pukulan Danar.

Bruk

"Salsa!!," ucap Azka terkejut

Perempuan hamil itu jatuh tersungkur, Danar yang menyadari telah salah pukul membeku seketika begitupun dengan yang lainnya.

"Apa yang kau lakukan pada menantuku?!," Dirga yang baru datang langsung memukul balik Danar, pria itu pasrah tak melawan. Gita dan Anya berusaha melerai keduanya, sedangkan Salwa hanya mematung melihat darah keluar dari kaki Salsa.

Azka menggendong istrinya yang meringis kesakitan, "Ka, p-perutku sakit," rintihnya pelan

Mata Azka membulat melihat darah dari kaki istrinya, "Bertahanlah Sal, aku akan membawamu kerumah sakit! Ayah, Bunda, Salsa pendarahan!."

Deg

Danar menatap istri Azka yang sudah memucat, jantungnya berdetak cepat. Hatinya sakit melihat perempuan itu kesakitan.

Azka menatap Danar dengan tajam, "Kalau sampai terjadi apa-apa pada anakku. Aku akan memburumu sampai ke neraka sekalipun!!."