Garda Arkasa, CEO Rajasa Group. Sosok ambisius, ia selalu mendapat apa yang ia mau. Pun begitu juga dengan pasangan hidup. Garda membuat seorang gadis yang sudah memiliki kekasih untuk menikah dengannya. Bagi Sofi, lamaran dari Garda adalah nasib buruk yang harus ia hindari.
Tidak mau menjadi istri dari CEO terkaya itu, Sofi nekat kabur di hari pernikahannya.
Apa Sofi bisa menghindar dari jeratan sang CEO yang sudah terlanjur menginginkan tubuhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jinak
Dipaksa Menikah Bagian 23
Oleh Sept
Rate 18 +
Mungkin lampu hijau sedang menyala untuk Garda. Ingin memastikan lebih jelas, Garda pun merendahkan wajahnya. Dan wanita itu, seolah mempersilahkan dirinya untuk bermain-main di dalam sana.
Pria itu pun tak akan menyia-nyiakan moment seperti ini. Jarang, bahkan tak pernah Sofi menyerah semudah ini. Istrinya itu selalu menolak bila ia menyentuhnya. Tidak perlu waktu lama, ia pun langsung masuk dan menyelami bibir ranum itu. Sembari memegang pipi Sofi yang terasa hangat.
Ada sesuatu yang mulai terbakar di dalam sana. Dua-duanya merasakan sensasi gerah yang mulai menjalar di tubuh mereka. Sambil berjalan, tautan bibir itu masih tak terlepas. Seperti vacuum cleaner, begitulah aksi keduanya.
Semakin lama, efek sesapan yang mendalam itu membuat Garda mulai tidak bisa menguasai diri. Tidak tahan, pria dengan ribuan gejolak di hatinya itu langsung merebahkan Sofi di atas sofa.
Wanita itu malah tidak menolak, ia menerima setiap apa yang suaminya lakukan pada dirinya. Garda membuainyaa begitu lembut, meski otaknya menolak, tubuhnya berhianat.
Bukankah semula ia membenci suaminya itu? Ia bahkan selalu merutuki Garda setiap saat. Lalu mengapa kini ia malah menyerahkan dirinya dengan suka rela dan pasrah? Sofi jadi dilema. Dan ketika Garda memberi jeda untuk mereka mengambil napas, Sofi malah seperti menyesal. Ia malah melingkarkan lengannya pada leher pria yang terlihat gagah perkasa tersebut.
Jelas saja suaminya sedikit terkejut, ada apa dengan Sofi? Kenapa jadi aggressive? Namun, dari pada memikirkan hal yang tak penting, ia memilih hanyut kembali dalam lautan asmaranya malam ini. Mumpung Sofi sedang loyal.
Dua sejoli yang lagi gerah itu kini saling memuaskan. Memeluk dengan erat, di bawah cahaya lampu yang temaram. Timpang tindih di atas sofa.
[Malam ini, kamu milikku!]
Garda mengusap bibir Sofi setelah menyesapnya lama. Ia usap dengan jarinya tangannya. Kemudian kembali menciiumnya. Terasa berbeda, Sofi bahkan membalas permainan lidahnya.
Ya, malam ini sepertinya Sofi miliknya. Tanpa dijajah, tanpa dipaksa. Sang istri menyerahkan diri dengan suka rela dan sepenuhnya. Persis seperti apa yang Garda inginkan selama ini. Memilih jiwa raga istrinya itu.
Apalagi saat ia mengabsen seluruh tubuh tanpa penutup itu, Sofi sepertinya terlena. Begitu juga dengan Garda. Karena dirasa pemanasan sudah cukup, akhirnya Garda pun mulai pada bagian inti.
Sofi yang kini berbaring di atas sofa, hanya tinggal menunggu bagaimana Garda mulai membawanya traveling ke surga dunia. Sempat terhenyak sesaat ketika melihat lobak impor yang sepertinya siap menusuk dirinya. Tidak tajam, tapi bisa menusuk begitu dalam.
Sementara itu, Garda yang sudah siap, langsung saja menembak tepat sasaran. Yakin, lobak impor sudah masuk sedikit, ia dengan pelan mengerakkan tubuhnya. Naik turun dan gerakan itu lama-lama semakin cepat.
Semakin lama, semakin bergejolak. Hingga Garda tidak tahan lagi karena ada yang mau meledak. Hitungan detik, gerakan yang cepat itu langsung terhenti. Dan suara-suara khas di malam syahdu pun terdengar.
Bersama dengan itu, Sofi merasa sesuatu yang hangat mengalir dalam bagian intinya. Tanpa sadar, tangannya mencengkram punggung Garda.
Garda yang sudah mandi keringat, dengan napas yang sudah senin kemis, akhirnya merasa lega. Ini adalah pelepasan pertama mereka tanpa paksaan. Ini adalah malam bersejarah, di mana Sofi menikmati permainan mereka berdua. Malam syahdu di mana mandi keringat bersama-sama.
***
Pagi hari.
Garda mengerjap, ia membuka mata perlahan. Setelah itu menatap wanita yang kini pulas dalam pelukannya. Gadis berontak itu kini sudah jinak, bahkan kini tanpa disuruh, Sofi memeluk lengannya dengan erat.
Dua orang itu asik menikmati tidur mereka setelah malam panjang. Sedangkan di luar sana, ada beberapa penjaga yang sudah stand by di depan kamar itu.
Mungkin semalam mereka mendengar suara-suara aneh dari dalam kamar yang mereka jaga. Pastinya sangat mengusik, tapi mereka harus professional. Menjaga keduanya adalah tugas mereka semua.
***
Drettt ... Drett ...
Tiba-tiba ponsel Garda bergetar, masih sambil memeluk Sofi, ia pun melihat siapa yang telpon.
Ada apa sekertaris pribadinya itu menelpon pagi-pagi. Tidak ingin menebak-nebak, ia pun menekan tombol hijau lalu mengesernya.
"Ya!"
Setelah bicara sebentar dengan sekretarisnya, Garda perlahan langsung bangkit. Dengan hati-hati ia menarik tangannya. Kemudian memakai kemejanya kembali.
Semalam ia kelewat panik karena Sofi tidak ada lagi, sampai belum menganti pakaian kantornya. Belum lagi semalam, ada pergulatan di ring tinju yang tak terencana. Bila mengingat kejadian semalam, bibirnya langsung menggembang. Ia tersenyum puas.
Tidak ingin membangunkan istrinya yang masih pulas, ia membuka pintu dengan pelan.
Tap tap tap ...
Garda melangkah begitu cepat menuju kamarnya. Selanjutnya ia bergegas mandi dan memakai pakaian yang sudah siap di pakai di dalam lemari gantungan. Ia terlihat sangat buru-buru saat sekertarisnya menelpon.
Dengan ditemani sopir pribadinya, pria itu minta diantar ke bandara.
"Tolong tambah kecepatannya!" titahnya pada sang sopir. Garda duduk di bangku belakang. Wajahnya terlihat gelisah. Sepertinya ia berpikir begitu keras.
BERSAMBUNG