MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Terbangun karena cekikan yang membuatnya susah bernapas. Athena mendapati dirinya ternyata masuk ke dalam novel yang dia baca sebelum dia tidur. Ternyata dia menjadi seorang pemeran antagonis yang lemah dan manja yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Bisakah Athena bertahan di dunia yang asing itu baginya? bagaimana caranya dia kembali? apa saja dia temui di sana? adakah cinta yang mengubah dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Seorang dokter yang muda dan tampan
“Arabella, apa yang terjadi padamu?” tanya Beverly yang langsung berlari melihat keadaan Arabella yang tampak lemas di lantai. Dia bisa melihat Arabella memegangi dadanya dengan erat. Beverly mencoba untuk mengangkat tubuh Arabella, mendudukannya di lantai itu dengan topangannya.
“Beverly, tolong panggilkan dokter yang ada di sini karena jantungku sekarang terasa sakit sekali,” ujar Arabella yang tampak sesak. Terus saja menekan dada kirinya yang terasa nyeri yang menusuk.
“Baiklah, Hei! Kau panggilkan dokter yang ada di klinik universitas ini!” ujar Beverly yang memerintahkan salah satu bawahannya yang memang ada di luar ruang kelas itu.
Athena hanya geleng-geleng kepala dan tidak bisa menahan ketawanya melihat akting Arabella yang begitu murahan baginya. Athena tertawa begitu keras hingga membuat semua orang mengerutkan dahinya melihat kelakukan dari Athena. Beverly saja sampai melihatnya dengan sangat sinis.
“Kenapa kau malah tertawa?” tanya Bervely melihat betapa puasnya Athena tertawa.
“Entahlah, apakah kau masih percaya dengan hal ini. Ah, bagiku itu terlihat seperti akting yang sangat buruk,” ujar Athena sambil berjalan mengitari Arabella.
“Kau memang wanita yang tidak punya hati!” ujar Beverly dengan kesalnya.
Athena hanya menaikkan pundaknya menandakan arti terserah apakah dia ingin percaya atau tidak. Athena lebih memilih untuk keluar dari kelas ini. Dia sudah malas untuk melihat drama yang akan ditunjukkan oleh mereka.
Tak lama bawahan Beverly segera datang membawa seorang dokter yang memang bekerja di klinik yang ada di universitas itu. Semua orang langsung memandang ke arah dokter pria yang mendekati mereka dengan gayanya yang tampak sedikit malas. Dokter itu masih terlihat sangat muda, wajahnya tampan dengan kulitnya yang putih. Sekilas terlihat seperti artis-artis yang sering terlihat di TV, karena itu wanita-wanita di kampus itu terpukau melihatnya. Penampilannya tidak kaku seperti dokter-dokter lain yang selalu menggunakan jas kedokterannya. Pria ini malah menggunakan pakaian yang santai yang semakin membuatnya menarik.
“Dokter, Anda harus cepat memeriksa temanku, dia tiba-tiba saja lemas seperti ini,” ujar Berverly yang tampak sangat cemas memegangi Arabella yang masih terduduk di lantai.
Dokter itu segera berjongkok di depan Arabella. “Dia belum mati,tidak perlu panik berlebihan seperti itu,” ketus Cendrik – dokter muda – itu segera melihat keadaan Arabella.
Beverly yang mendapatkan jawaban ketus dari dokter itu hanya mengerutkan dahinya dan tak percaya. Dia kesal, bagaimana dokter ini mengatakan Beverly hanya panik berlebihan.
“Kenapa kau malah berbicara ketus seperti itu? Kau ini benar-benar seorang dokter atau tidak sih?! Penampilanmu saja tidak mencerminkan kau seorang dokter. Mana ada dokter yang bernampilan begitu santai sepertimu. Aku jadi curiga. Hei! Cari saja dokter yang lain! Usir dia!” ujar Beverly tak terima diperlakukan seperti itu oleh dokter muda ini.
Tapi Cendrik tidak mendengarkan kata-kata dari Beverly, dia hanya langsung menganalisa keadaan dari Arabella.
“Bagian mana yang sakit?” tanya Candrick lagi menatap ke arah Arabella. Suaranya terdengar datar dan dingin.
Mendapatkan tatapan dari Cendrick yang memang tajam tapi sangat memikat itu membuat Arabella langsung tersipu, pipinya tampak memerah seketika. Cendrik hanya mengerutkan dahinya melihat tatapan terkesima dari Arabella.
“Apanya yang sakit?” tanya Cendrik lagi. Nadanya kembali ketus.
“Oh, iya, tadi dadaku terasa sedikit sakit. Tapi sekarang sudah terasa tidak begitu sakit,” ujar Arabella yang terdengar cengengesan karena salah tingkah akibat tatapan maut dari Cendrik.
“Arabella? Kau ini kenapa? Kau suka melihat penampilan dok ….” Beverly ingin tahu kenapa sikap Arabella menjadi salah tingkah begini hanya karena ditatap oleh Cendrik. Tapi belum selesai dia mengutarakan pertanyaannya kata-katanya langsung dipotong oleh Arabella.
“Beverly, kau tidak boleh sembarangan menilai orang dari penampilannya saja,” ujar Arabella pada Beverly yang langsung membuat pria itu memandang aneh ke arah Arabella. Dia hanya bisa terdiam dengan wajahnya yang tampak kesal.
“Apa kau sering terbangun tengah malam?” tanya Cendrik yang tidak peduli dengan obrolan kedua orang ini. Dia hanya ingin segera mengerjakan tugasnya dan pergi dari sini.
“Ya,” kata Arabella antusias. Dia sampai mengangguk kuat karena pertanyaan itu.
“Apakah akhir-akhir ini nafsu makanmu bertambah?” tanya Cendrik lagi.
“Ya, benar.”
“Apa berat badanmu juga bertambah?”
“Ya.”
“Apa kau juga mengalami masalah pencernaan?”
"Ya."
"Haidmu tidak lancar?"
“Ya,” ujar Arabella yang hanya mengiyakan semua pertanyaan dari Cendrik. Sejujurnya dia tidak peduli dengan apa yang ditanyakan oleh Cendrik sehingga dia hanya menjawabnya iya saja.
“Baiklah, sekarang lepaskan masker yang kau gunakan,” perintah Cendrik dengan nada dingin yang sama.
“E? Melepaskan masker?” tanya Arabella sebenarnya mendengarkan dengan jelas apa yang dikatakan oleh Cendrik hanya saja dia sedikit enggan. Masker ini menutupi wajahnya yang sedang dalam keadaan tidak baik. Dia tentu akan malu jika dokter tampan ini melihat wajahnya yang penuh dengan jerawat itu.
“Apa sekarang telingamu juga bermasalah?” ketus Cendrik tak ada ramah-ramahnya. Bahkan tak ramah saja terlihat begitu mempesona.
“E? Baiklah,” ujar Arabella yang akhinrya mau tak mau melepaskan maskernya karena perkataan Cendrik tadi.
Arabella perlahan membuka maskernya keseluruhan. Orang-orang yang tadinya hanya melihat sekilas bagaimana wajah Arabella sekarang sudah bisa melihat wajahnya dengan jelas. Mereka tentu langsung berbisik-bisik membicarakan bagaimana hancurnya wajah Arabella yang ditumbuhi oleh jerawat-jerawat meradang itu.
Cendrik hanya sekilas melihat wajah Arabella. Sebenarnya dia tidak peduli bagaimana wajah Arabella, tapi dengan melihat itu dia bisa menganalisa dan menunjang diagnosanya. Cendrik lalu mencoba untuk memegang pergelangan tangan Arabella untuk memeriksa denyut nadinya.
Tapi Arabella malah menarik tangannya dengan wajah yang tampak tersipu malu-malu. Dia kira Cendrik memang sengaja ingin memegang tangannya.
Tentu wajah Arabella yang malu-malu menatap dirinya membuat Cendrik menjadi bingung. Kenapa wanita ini malah menunjukkan wajah seperti itu padanya?
“Aku bukan ingin menggenggam tanganmu, aku hanya ingin memeriksa nadimu jadi tak perlu berwajah malu-malu seperti itu,” ujar Cendrik meluruskan apa niatnya memegang tangan Arabella tadi.
Dia segera kembali mengambil tangan Arabella dengan sedikit kasar dan langsung memeriksa detak nadinya. Perkataan dan juga perlakuan dari dokter itu membuat wajah Arabella merah padam. Tentu dia sangat malu mendengarnya, semua orang jadi tahu bahwa dia tadi kegeeran dengan sikap Cendrik. Arabella langsung menunduk karenanya. Apalagi karena mendengar perkataan dari Cendrik yang frontal keluar begitu saja membuat orang-orang yang ada di sekitar mereka langsung menahan tawanya.
Sebenarnya dari awal, Arabella sengaja berpura-pura kesakitan agar dokter yang ada di klinik universitas ini datang dan memeriksanya. Dia ingin dokter mengatakan bahwa keadaannya ini disebabkan oleh racun yang diberikan oleh Athena sehingga nantinya Athena akan semakin dibenci oleh orang-orang yang ada di sana dan mereka percaya dengan cerita Arabella tadi.
Tapi Arabella tidak menyangka bahwa dia malah bertemu dengan seorang dokter yang sangat ketus dan dingin seperti Cendrik ini. Arabella hanya menggigit bibirnya kuat, kenapa sih susah sekali hanya untuk menjatuhkan Athena? Kenapa malah selalu saja Arabella yang dibuat malu oleh rencananya sendiri? Arabella benar-benar tidak habis pikir jadinya.
ada apakah dengan kak author kok lama up nya