Luka Berbalut Cinta

" papa....papa... Kia mau ikut papa kelja....Kia mau ikut papa kelja...."

Di dalam sebuah rumah besar dan mewah, nampak seorang bocah berusia 3 tahun menangis meraung dengan tubuh berputar putar di lantai,

Cukup lama bocah itu dalam kondisi seperti itu, menangis tantrum tanpa bisa di bujuk sama sekali.

Bocah itu adalah Zakia Maharani Megantara, putri kecil Alex bersama Zoya,

Tiga tahun lalu Alex dan Zoya akhirnya menikah dan kemudian di karuniai seorang putri kecil.

Suara Zakia yang keras dan nyaring juga cempreng sukses memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya.

Zoya berdiri di tengah ruangan menatap tingkah Zakia sambil menggigit bibirnya.

Ia adalah ibu dari anak itu, tapi ia sama sekali tak bisa mengendalikan emosi sang putri.

Entah mewarisi sifat siapakah anak itu, Zoya merasa tak pernah memiliki sifat mudah tantrum seperti Zakia.

Sementara Zakia...

Merasa tak mendapat respon baik dari sang papa,

bocah itu tiba tiba bangun dari lantai kemudian berlari dan menangkap pergelangan kaki sang papa.

Kini ia menempel erat pada kaki Alex.

" Kia mau ikut papa....huhuuuuuu....." bocah itu terus menangis histeris.

Alex menghela nafas kasar, dia ada meeting penting hari ini.

" ya Tuhan....tidak adakah salah satu dari kalian yang mau mengalah demi anak kalian ?!

Zoya...kau tidak lihat anakmu menangis seperti itu....?!! "

Ibu Maryam datang dengan wajah jengkel dan suaranya yang penuh amarah.

Mama dari Alex itu adalah wanita yang sabar dan lemah lembut,

Namun sejak kelahiran sang cucu, Ibu Maryam tiba tiba saja berubah menjadi sosok wanita yang seperti memiliki dua kepribadian.

Terkadang dia menjadi wanita yang lembut dan sabar seperti malaikat, tapi saat seperti ini...

lihatlah...

Wanita baya itu berubah menjadi wanita garang, kedua bola matanya melebar sempurna dan wajahnya memerah.

Belum lagi suaranya yang menggelegar seperti petir menyentak Alex dan Zoya.

" Kia tidak mau sama aku ma...

dia maunya cuma sama Alex...." jawab Zoya dengan wajah melas.

" itu karena kau yang terlalu sibuk dengan pekerjaanmu Zoya...

Kamu tidak berusaha mendekatkan dirimu pada Zakia...

pada anak kita..." Sentak Alex kesal. Rasanya Alex tak lagi bisa menahan kekesalannya kali ini kepada Zoya.

Hari ini ia ada meeting penting yang tidak bisa dia wakilkan.

Sementara Zakia sudah terbangun sejak pagi tadi dan tidak bisa ia tinggalkan sama sekali.

Selama ini,

memang dirinya yang seakan selalu ada untuk sang putri karena Zoya lebih cenderung memprioritaskan pekerjaannya sebagai seorang desainer pakaian.

Ia sudah muak dengan tingkah Zoya yang seolah lebih mementingkan karirnya sebagai desainer.

" Alex...ayolah...aku sedang sibuk sekarang, sebentar lagi perlombaan fashion akan di gelar, aku harus mempersiapkan pakaian pakaian hasil rancanganku untuk untuk ikut lomba itu " bantah Zoya.

" omong kosong dengan lomba itu, hentikan semuanya Zoya dan fokuslah pada Zakia....aku bukan orang miskin yang tidak bisa memenuhi kebutuhanmu " sentak Alex benar benat kehilangan kesabarannya saat ini.

" Alex...kita sudah membicarakan ini sebelumnya, kau tahu desainer adalah impianku...aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja "

" kau memang egois Zoya....." sentak Alex geram

" sudah sudah...sudah...selalu saja kalian seperti ini...." sentak bu Maryam lagi.

" silahkan kalian sibuk dengan urusan kalian masing masing dan puaskan ego kalian masing masing....

tapi satu pesanku pada kalian berdua terutama kamu Zoya...

Kamu adalah seorang ibu, seharusnya anak dan suamimu adalah prioritas utamamu.

jangan menyesal jika suatu hari nanti Zakia juga abai terhadapmu..."

omel bu Maryam yang sudah merasa jengah melihat perdebatan anak dan menantunya yang sama sama tidak ada yang mau mengalah.

Di sudut lain ruangan itu, nampak pak Sony menatap sendu ke arah Alex putra bungsunya itu.

Bukannya ia tak tahu rumah tangga tidak sehat yang saat ini di jalani oleh sang putra.

Zoya adalah perempuan pilihannya untuk Alex, dan entah karena Alex memang mencintai perempuan itu atau ada alasan lain sehingga sang putra akhirmya menikahi Zoya ia tak tahu.

Tapi yang pasti...ia merasa bersalah kepada sang putra.

Sementara itu, bu Maryam mendekati Zakia dan ikut bersimpuh di hadapan sang cucu yang masih memeluk kuat kaki sang papa.

" Kia...lihat yangti..." panggil ibu Maryam

" ndak mau....ndak mau...." Zakia menggeleng gelengkan kepalanya dengan cepat.

" sayang...ayo kita sekolah " kata bu Maryam lagi.

" ndak mau...ndak mau cekolah....Kia mau ikut papa kelja yangti....huuuuuu....."

" eh dengar....dengar dulu yangti bilang apa....

sekarang hari apa ?! " bu Maryam masih tidak mau menyerah, ia tahu hari ini sang putra ada meeting di perusahaan dan tidak bisa di wakilkan.

Semalam sang suami mengatakannya kepadanya.

" sekarang hari kamis.....Kia ingat ada apa di hari kamis ?! " kata bu Maryam lagi.

Zakia menghentikan tangisnya dan menoleh menatap sang nenek.

" ini hari kamis...dan hari ini adalah hari bu Lilin kesayangan Kia masuk kelas Kia kan....?! Kia lupa ?! Atau...Kia memang sudah tidak mau belajar lagi sama bu Lilin lagi... ?! " tanya bu Maryam lagi.

Alex mengerutkan keningnya mendengar sang mama menyebut sebuah nama yang cukup aneh menurutnya.

( bu Lilin...memang ada nama seperti itu ?! ) cicit Alex di dalam hati.

Sementara Zakia...

Bocah itu sontak melepaskan dekapan kedua tangannya di kaki sang papa, di usapnya sendiri air matanya yang membasahi pipinya dengan ke dua telapak tangannya sendiri,

Nampak lucu memang...tapi juga memprihatinkan.

Kemudian bocah itu tiba tiba berdiri.

" ayo yangti...Kia mau mandi dan cekolah..." kata bocah tiga tahun itu kemudian sambil mengulurkan tangannya kepada sang nenek.

Bu Maryam pun segera menyambut uluran tangan sang cucu kemudian ia berdiri.

" kalian ini sungguh keterlaluan....anak seusia ini sudah kalian sekolahkan hanya agar kalian tak perlu merasa di repotkannya kan ?! " sentak bu Maryam sambil melotot ke arah Alex dan Zoya bergantian.

" kalian lihat.... sekarang dia merasa lebih nyaman dengan gurunya yang nota bene adalah orang lain.....siap siap saja kalian, sebentar lagi tidak akan ada satupun di antara kalian yang di tangisinya karena ia yang tak mau kalian tinggalkan.... " imbuh bu Maryam lagi sebelum akhirnya wanita paruh baya itu melangkah meninggalkan ruangan itu.

Alex menghela nafas sambil menatap ke arah sang mama yang melangkah menjauh sembari menuntun sang putri.

" ayo Lex...kamu tidak boleh terlambat " tiba tiba pak Sony menepuk pundak sang putra.

" iya pa...ayo...." jawab Alex sambil memutar tubuhnya dan bersiap melangkah.

" sayang...." panggil Zoya dan membuat Alex mengentikan langkahnya kemudian menoleh kepada sang istri.

" papa tunggu di mobil..." ucap pak Sony sambil melangkah berlalu lebih dulu.

" ada apa ?! " tanya Alex dingin.

" mungkin nanti aku akan pulang malam....banyak sekali desain yang belum aku selesaikan di butik..."

Alex menatap tajam kepada Zoya,

" terserah padamu...." jawab Alex kemudian abai dan kembali memutar tubuhnya.

Brugh...

Tiba tiba Zoya memeluknya dari belakang.

" lepaskan Zoya...aku sudah terlambat "

" cium dulu..."

" ckk...." omel Alex, tapi tetap ia kembali memutar tubuhnya sehingga keduanya saling berhadapan.

Kemudian Alex mengecup sejenak bibir sang istri, tapi Zoya malah menarik tengkuk sang suami dan mencium Alex dengan dalam.

" emm...Zoya...sudah...hentikan...kamu tidak lihat kita di mana....?! " omel Alex lagi sambil melepaskan diri dari sang istri.

" sayang....rasanya sudah lama kamu tidak menyentuhku ?!

kamu bosan sama aku ?! " rengek Zoya manja masih dengan memeluk Alex.

" itu karena kamu sendiri, kamu tidak sadar waktumu sudah habis dan tidak ada untukku..." jawab Alex.

" sayang....jangan bicara begitu...kamu tahu menjadi seorang desainer adalah cita citaku sejak dulu...

kamu tega membunuh cita citaku...." rengek Zoya lagi.

" sudahlah....tak ada gunanya bicara denganmu, lepaskan aku....

papa sudah menungguku di depan " kata Alex sambil melepaskan pelukan Zoya di tubuhnya kemudian ia melangkah cepat menyusul sang papa.

Zoya cemberut melihat reaksi sang suami.

" hati hati di jalan sayang...." kata Zoya memberi pesan.

" hemmm..."