Putri Perawan Milik Daddy Season 2

Masih di masa kemarin.

Ailee tampak baru menyelesaikan kunyahan dari suapan terakhir nya dari Aland, sambil tersenyum Aland memberikan segelas air putih pada Ailee.

"Masih menginginkan nya?"

Aland bertanya pelan.

Ailee tampak menggeleng pelan tanda menolak.

Aland hanya mengangguk perlahan lantas mulai membenahi posisi tidur Ailee, sedikit bersandar ke sisi kepala kasurnya dengan tubuh sedikit naik ke atas.

"Daddy akan keluar sebentar"

ucap Aland pelan.

Ailee mengangguk sambil berusaha memejamkan bola matanya.

Aishe masuk secara perlahan berganti posisi dengan Aland, sang kakak mengangguk kan pelan kepalanya seolah berkata kamu pasti bisa menjaganya dan jika beruntung pasti bisa bicara pada nya.

Aland percaya aishe bisa memberikan penjelasan yang sedikit masuk akal soal Eden pada Ailee secara perlahan.

Aishe duduk tepat disamping Ailee, mengelus lembut rambut Ailee dengan penuh kasih sayang, baginya meskipun Ailee dan kak Aland nya sudah menikah, aishe tetap merasa jika Ailee tetaplah keponakan.

"Untie"

Ailee bicara sambil tetap memejamkan bola matanya.

"Hmm?"

Aishe menjawab dengan tangan kanannya masih sambil mengelus lembut rambut Ailee.

"Ini seperti mimpi bagi ku"

Tiba-tiba Ailee terisak, membalikkan wajahnya kehadapan aishe, lantas memeluk erat tubuh untie nya itu.

Aishe memeluk erat Ailee, menepuk-nepuk lembut punggung atas ailee lantas mengusap lembut kepala nya.

"Hmm anggaplah ini mimpi"

Bisik Aishe pelan.

"Sama seperti saat untie tahu uncle Murat mu ternyata musuh daddy mu, respon untie bahkan lebih histeris dari kamu saat tadi"

aishe terkekeh ingat kejadian waktu itu, ketika Eden memberitahu kan dirinya soal kenyataan.

"Benarkah?"

Ailee melepaskan pelukannya, menatap bola mata untie nya itu dalam-dalam.

"Hmm"

aishe mengangguk.

"Saat itu rasanya untie seperti ditipu habis-habisan oleh uncle mu, untie merasa uncle murat mu menikahi untie karena rasa bersalah nya yang begitu besar"

"Untie begitu hancur, kabur dari mansion dan tidur di rumah Hanin"

"Laki-laki cantik itu?"

Tanya ailee.

Aishe mengangguk cepat lantas tertawa.

Ailee ikut tertawa kecil, menghapus air mata nya secara perlahan.

"Saat itu untie berusaha untuk tidak bertindak gegabah, memilih tidak pulang kekediaman Faith Yildiz untuk mengadu pada kak Aland, karena untie fikir bukankah dalam setiap pernikahan akan ada konflik, baik yang ringan maupun yang berat, dan mengadu terlalu dini jelas mencerminkan betapa untie menjadi seorang istri yang begitu ceroboh dalam mengambil keputusan dan tergesa-gesa"

"Padahal ketika tanpa konflik, semua terasa milik berdua, enggan membagi kebahagiaan dengan orang lain, namun dikala konflik hadir malah menyusahkan orang lain dan dengan bodoh nya ingin berbagi serta mengumbar aib"

Aishe bicara sambil menyentuh wajah ailee dengan lembut.

"Saat itu untie benar-benar butuh waktu berfikir, mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi, pertemuan awal kami, bagaimana kami menikah, seperti apa perlakuan nya, tulus kah atau sekedar berpura-pura hanya untuk menarik simpati untie"

Kata-kata aishe membuat Ailee mencoba mengingat bagaimana perlakuan paman baik hati itu pada nya.

"Kau tahu sayang? Memikirkan masa lalu itu seperti menulis buku harian, merupakan bagian dari menjadi manusia dan membantu kita membentuk identitas diri Namun tidak semua kenangan dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan dengan baik"

"Ingatan pribadi memberi kita rasa kesinambungan - bahwa kita ada adalah orang yang sama (atau yang memiliki persepsi akan diri sendiri) seiring berlalunya waktu. Ingatan memberikan detail penting tentang siapa kita dan kita ingin menjadi seperti apa"

"Namun mengingat kenangan buruk dimasa lalu terkadang menghambat diri kita untuk menjalani masa depan dengan baik, karena kita terus berkutat pada masa lalu dan kenangan tanpa mau menatap dan melihat kedepan"

"Seperti saat kenangan buruk kita dimasa lalu tanpa cinta dan tanpa kebahagiaan, membuat kita terpuruk dan menghentikan keinginan untuk menatap masa depan bersama orang-orang yang begitu mencintai kita dan sejatinya mereka ingin membawa kita menuju ke kebahagiaan"

Ailee tampak menggigit bibir bawahnya.

Aishe mengelus lembut wajah Ailee sambil menghapus sisa air matanya.

"Berdamai dengan masa lalu memang sulit, tapi terus terpaku pada masa lalu tanpa mau menatap masa depan itu akan lebih menyakitkan perasaan kita"

"Kau tahu sayang? dibandingkan kita, kehidupan Daddy mu jauh lebih menyedihkan lagi, dia bahkan menjadi korban dari keserakahan seseorang, kita masih mendapat kan banyak cinta dari sisi kiri dan kanan kita, tapi Daddy mu hingga hari ini bahkan tidak punya tempat untuk bergantung dan mengadu"

"Laki-laki sejati nya tidak pernah mengeluh atau menangis, tapi kau tahu sayang? perhatikan baik-baik gurat wajah Daddy mu, ada sejutaan kepingan kesedihan di balik wajah nya, dia juga jauh lebih terluka dari pada kita"

Ailee kembali mengeluarkan air matanya, memeluk untie Aishe nya dengan perasaan yang begitu sulit dia jelas kan dengan kata-kata.