Lanjutan dari Dokter Cantik Milik Ceo
Namanya Sahara Putri Baskara, ia adalah seorang dokter muda, memiliki paras cantik dan pesona yang begitu luar biasa. Namun sayang ia terpaksa harus menikah dengan mantan suami wanita yang sangat ia benci, demi membebaskan dirinya dari jerat hukum yang akan ia jalani.
"Kalau kau masih mau hidup bebas dan memakai jas putih mu itu maka kau harus menikah dengan ku!" ucap Brian dengan tegas pada wanita yang sudah menabrak dirinya.
"Tapi kita tidak saling mengenal tuan," kata Sasa berusaha bernegosiasi.
"Kalau begitu mari kita berkenalan," jawab Brian dengan santai.
Lalu bagaimanakah nasip pernikahan keduanya, Sasa setuju menikah dengan Brian karena takut di penjara. Sementara Brian menikahi Sasa hanya untuk menyelamatkan pernikahan mantan istrinya, karena Sasa menyukai suami dari mantan istrinya itu.
Hanya demi menebus kesalahannya, Brian mengambil resiko menikahi Sasa, wanita licik dan angkuh bahkan keduanya tak pernah saling mengenal.
---
21+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IPAK MUNTHE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Setelah terjatuh di pangkuan Brian, Sasa dengan cepat bangun. Namun tak bisa karena Brian entah sadar atau tidak malah memeluk nya dengan erat.
"Mas," Sasa sangat kesal sebab ia tak bisa bangun.
"Bangun!" titah Brian dengan kesal.
Sasa memutar bola matanya dengan jenuh, "Iya aku juga mau bangun, siapa coba yang betah duduk terus di pangkuan Mas begini," kesal Sasa.
"Ya sudah, apa lagi? Ayo turun!"
"Huuuufff," Sasa membuang nafas nya dengan kasar, "Tuan dingin, sedingin salju. Gimana saya mau bangun kalau tangan anda terus melingkar di pinggang saya," Sasa menunjuk kedua tangan Brian, dan dengan gerakan cepat Brian melepaskannya.
"Turun!" perintah Brian dengan nada tegas.
"Iya lah turun," Sasa turun dari pangkuan Brian sambil menggerutu, "Siapa coba yang betah duduk di pangkuan Mas!" lanjut nya lagi yang kini sudah berdiri di hadapan Brian.
"CK......" Brian tak tau lagi cara berhadapan dengan Sasa. Sebab Sasa terlalu banyak cara untuk melawan dirinya, "Buatkan sarapn, aku lapar," tak ada kelembutan yang di tunjukan Brian, yang ada hanya wajah datar dan terkesan dingin.
"Iya," ketus Sasa.
Setelah kepergian Brian Sasa meremas kedua tangannya. Seolah iya meluapkan rasa kesalnya. Dan entah ke mana semua Art di pagi ini, kalau bukan karena Sindi ia sudah pergi meninggalkan Brian. Namun karena Sindi sangat baik padanya juga meminta waktu satu bulan untuk tetap bertahan maka ia lakukan. Namun jika rumah tangga tanpa cinta itu tak juga dapat membuat nya bahagia, maka ia akan benar-benar pergi. Sebab Sasa pun tak pernah mencintai Brian, ia kini juga tengah berusaha agar Baskara bisa memaafkan dirinya. Dan ia sudah sangat merindukan kedua orang tua nya itu.
Kini Sasa tengah berdiri di depan kompor, namun ia bingung harus memasak apa. Apa yang bisa ia masak, sesekali ia menatap jari-jari tangan nya. Terlihat kuku yang indah dan ia takut kuku itu patah. Sasa mengusap wajahnya, sebab saat ini bukan soal memikirkan kukunya melainkan ia harus memasak. Sasa mulai mengambil ponselnya dan membuka YouTube, melihat tutorial membuat nasi goreng. Lama Sasa menonton Vidio tersebut hingga ia kini memulainya, Sasa menangis bahkan beberapa kali ia mengusap air mata dengan lengan bagian atasnya. Sebab kini ia tengah memotong bawang merah dan itu sangat perih, hingga hidungnya pun terlihat merah.
Sasa takut terkena percikan minyak, akhirnya ia mengambil helm milik salah satu Art yang di letakan di lantai. Dan Sasa memakai celemek juga tentunya, padahal ia harus berangkat bekerja tapi kini ia harus berperang dengan dapur terlebih dahulu.
"Masak-masak sendiri, tidur baru di keloni...." Sasa bernyanyi ala-ala dangdut, namun di ujung lirik lagu ia mengubahnya sedikit. Sambil tangannya memasukan bawang goreng pada wajan dengan minyak panas di dalamnya. Sesekali Sasa menjauh karena takut kecipratan minyak. Sasa terus memasak hingga satu jam kemudian sepiring nasi goreng ala-ala Sasa tersaji untuk suami tercinta. Oh..... bukan tercinta melainkan termenyebalkan. Namun kini ia harus berusaha untuk berjuang di dapur seolah ia memasak untuk suami tercinta. Rasanya Sasa ingin muntah di wajah Brian.
"Jadi deh," Sasa meletakan nasi goreng buatannya di meja makan, lalu ia membuka helm dan cilemek yang terpakai di tubuhnya. dan ia berbalik berniat ingin memanggil Brian. Namun saat ia berbalik ternyata ada Brian di sana, yang tengah menatapnya dengan datar, "Tuan dingin, sedingin salju. Ayo makan, mumpung masih panas, biar cepat cair itu saljunya dan bisa senyum itu mulut," seloroh Sasa, ia memutar bola matanya dengan jenuh. Lalu berjalan mendekati Brian dengan membawa sepiring nasi goreng yang enak menurut perkiraan Sasa.
Brian menatap Sasa, sungguh Brian ragu untuk memakan nasi goreng yang di sajikan Sasa untuknya di pagi ini. Bagaimana tidak ragu, warna nasi goreng itu saja terlihat tak menarik, bahkan ada yang gosong di beberapa bagian butir nasinya. Belum lagi telor yang memang jelas-jelas gosong menghias di atasnya.
"Mas, aku udah berjuang semampu aku untuk masak nasi goreng ini. Dan ini demi kamu ya Mas, ini pertama kalinya aku masak. Apa iya....kamu nggak menghargainya sedikit pun. Aku lama-lama kesal sama kamu Mas, kenapa sih semua yang pertama dari aku itu harus kamu yang dapatin," ucap Sasa meluapkan emosinya.
"Coba kau lihat ini piring ini, apa ini pantas di sebut makanan!" tutur Brian dengan suara berat dan tertahannya.
"Ya....Apun sebulan lama banget, aku maunya sekarang aja pergi dari sini," gumam Sasa.
"Kamu bilang apa?" Brian yang hanya mendengar samar-sama gumaman Sasa bertanya, sebab ia sedikit penasaran.
"Bukan apa-apa, Mas aku berangkat kerja dulu ya. Kasian pasien aku," Sasa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan ia hanya punya waktu sepuluh menit saja.
"Nggak bisa, kamu harus buatkan saya sarapan pagi yang benar," jawab Brian.
"Mas, besok aja ya....besok aku nggak ngantor," pinta Sasa penuh harap.
"Tapi saya lapar Sasa, kau membuat nasi goreng ini dari satu jam yang lalu. Dengan helm lah.....apa lah, untuk melindungi diri mu. Tapi yang jadinya malah begini," Brian kesal pada nasi goreng yang di berikan Sasa, ia memberikannya kembali pada Sasa, "Hewan pun nggak akan mau makan-makan seperti ini," tambah Brian.
"Terserah....." Sasa meletakan piring itu di atas meja makan dengan kesal, "Aku itu nggak bisa masak, nggak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Kalau kamu maunya istri yang bisa semua itu, kamu salah orang," Sasa pergi begitu saja meninggalkan Brian. Ia menuju kamar untuk mengambil tas kecilnya lalu sesaat kemudian, ia kembali ke lantai satu dan berpapasan dengan Brian.
"Berani kamu keluar tanpa ijin ku, kau tidak usah kembali lagi ke rumah ini."
Sasa yang kini hendak membuka pintu utama menghentikan langkahnya, ia berbalik karena mendengar apa yang di katakan Brian. Dan kini keduanya saling tatap.
"Apa itu talak Mas?" tanya Sasa, ia berharap sekali jika Brian menjatuhkan talak padanya. Tak usah menunggu sebulan lebih baik sekarang saja ia pergi dari hidup Brian.
"Menurut mu!"
"Baiklah," Sasa kembali masuk dan ia berjalan menuju kamar.
Brian merasa lega sebab Sasa tak jadi pergi, namun sesaat kemudian ia kembali dengan koper di tangannya, "Aku permisi Mas, dan aku nggak akan kembali lagi," pamit Sasa dan ia melangkah pergi meninggalkan Brian yang terdiam begitu saja.
***
**like, VOTE, komen, Bintang lima.
Terima kasih**.