Sarah dipaksa orangtuanya menikahi tunangan adiknya Sally, hanya karena Sarah seorang anak angkat yang terikat balas budi.
Sally adiknya yang selalu dimanja membuat kesalahan besar, berselingkuh dengan mantan pacarnya yang telah menikah berujung lari dari rumah bersama selingkuhannya.
Sementara itu, untuk menutupi aib keluarga dan menjaga hubungan baik dengan partner bisnis sang ayah, Sarah harus bersedia menikahi tunangan adiknya bernama Raka, seorang laki-laki dingin yang bahkan tidak tertarik dengannya.
Kehidupan rumah tangga mereka yang tanpa dilandasi cinta itu tentu saja menuai banyak konflik. Sampai kemudian Sarah menyadari bahwa diam-diam dirinya mencintai Raka.
Masalah lain bertambah saat kemudian Sally muncul kembali dan berusaha merebut kembali Raka darinya.
Apakah Sarah bisa mempertahankan suaminya dan mendapatkan cinta dari Raka ataukah Sarah harus menyerah kepada pernikahan dan cintanya?
Semoga di sukai, ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 22 DUA HATI DI TEMPAT BERBEDA
Raka menatap langit-langit kamar apartemennya, entah mengapa semua tiba-tiba terasa sepi. Ada ruang kosong yang terasa, saat dia harus kembali ke kediamannya sendiri.
Kemarin pagi, dia telah mengantarkan Sarah kembali ke apartemennya setelah dua hari berada di rumah orangtuanya. Semua kembali ke tempat yang seharusnya.
Terbayang tiba-tiba, wajah Sally di benaknya.
Wajah manis yang selalu tersenyum itu melekat di kepalanya. Kemudian, melintas semua pembicaraan terakhirnya dengan gadis yang pernah sangat disayanginya itu. Pembicaraan terakhir di telpon itu seperti bola panas yang meluluh lantakkan setiap kerinduannya jika datang menyeruak tiba-tiba.
Betapa sulitnya untuk kembali move on, betapa sulitnya berusaha melupakan.
Rindu yang dirasakannya, tumpang tindih dengan rasa benci. Semua bercampur, membaur tidak jelas, kemudian membuat dadanya terasa begitu sesak.
Apa yang di lakukan Sally, benar-benar jahat!
Siapa yang bisa mentolerir pengkhianatan? Lelaki mana?
Raka mengutuk semua yang dilakukan Sally kepadanya, tidak hanya kepadanya tetapi semua yang hampir membuat keluarganya menuai malu yang tak terhingga.
Tapi rindu? Siapa yang bisa menahan rindu? Rindu kepada seseorang yang telah menemaninya hampir delapan tahun terakhir ini. Rindu kepada cinta pertamanya, yang telah membuatnya merelakan apa saja termasuk harga dirinya.
Karena Sally, dia hancur berantakan seperti ini!
Karena Sally, dia bersandiwara seperti orang bodoh!
Karena Sally, dia menjadi sosok pengecut yang bersembunyi di belakang punggung seorang perempuan yang tidak bersalah.
Perempuan itu...
Wajah Sally yang seperti kereta mondar mandir di kepalanya, sekarang berganti menjadi sebuah wajah lain...
Wajah teduh seorang Sarah.
Sekarang wajah gadis ini, tercetak sempurna di kepalanya.
Matanya yang suram tapi ada kalanya berbinar, seperti kejora. Raut wajahnya yang datar tapi jika tersenyum bahkan bisa membuat Raka kadang terpana.
Dia diam, dia tenang, tapi ketika dia marah maka akan meledak-ledak seperti kawah yang menggelegak. Tanpa Raka sadari, dia telah memperhatikan Sarah begitu banyak.
Raka tersenyum sendiri, mengingat beberapa kejadian selama di rumah orang tuanya ketika bersama Sarah. Gadis ini benar-benar misterius, lucu dan aneh pada saat bersamaan.
Dia tidak bisa menerima semua yang di lakukan Raka tapi dia tidak pernah benar-benar melawan Raka.
Dia juga sangat marah kepada Raka tapi tetap menuruti semua yang di minta oleh Raka. Bahkan, kadang Raka merasa ada perhatian tulus di berikan Sarah kepadanya dalam amarahnya.
Ini terasa sungguh aneh...ataukah Raka hanya berlebihan saja dengan perasaannya?
Untuk seminggu ke depan, Sarah sepertinya akan sibuk sekali. Dia benar-benar serius mengurus persiapan ikut serta dalam even Surabaya Fashion Parade. Raka tidak ingin menambah beban gadis itu dengan mengganggunya.
Raka ingin fokus kepada beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Menyelesaikan semuanya, sebelum menyerahkan sepenuhnya kepada Edgar.
Dua bulan bukan waktu yang panjang. Dia harus mempersiapkan segala hal, tekadnya sudah bulat untuk melanjutkan pendidikannya ke Leiden.
Sarah tentu akan lebih tenang di sini, tanpa ada dirinya. Dan yang terpenting adalah di sana, dia akan menata kembali hatinya, hidupnya dan masa depannya.
Sekembalinya dari Leiden, dia akan akan membebaskan Sarah, mengembalikan separuh dari kehidupan gadis itu yang telah dirampasnya. Dia akan menceraikannya!
...***...
Sarah termangu menatap ruang kerjanya yang lumayan berantakan. Ada beberapa sampel pakaian yang di tumpuk di atas meja, beberapa katalog berserakan di atas sofa.
Sarah menarik nafasnya dalam-dalam, Surabaya Fashion Parade sudah di depan mata, sebentar lagi hari yang di tunggunya itu akan tiba. Segenap persiapan selama minggu-minggu terakhir ini, sudah maksimal di lakukan. Sarah bekerja sampai ke hal-hal yang sangat detil. Seharusnya tidak akan ada kendala yang berarti. Apalagi Dion sudah sangat membantunya.
Dion, si cerewet yang perhatian itu, kemana dia? Sekembalinya, kemarin pagi dari rumah keluarga Raka, Sarah tidak menerima kabar apapun dari laki-laki itu. Bahkan sampai hari ini.
Sarah meraih ponselnya, hendak menghubungi Dion. Tetapi beberapa jurus kemudian dia menjadi ragu.
Haruskah dia menelpon Dion? apa yang akan dikatakannya kepada Dion? selama ini, dia tidak pernah menghubungi seseorang lebih dulu khususnya laki-laki, untuk kepentingan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dan sekarang, dia tiba-tiba ingin menghubungi Dion, untuk alasan yang dia sendiri tidak tahu untuk apa.
Dion sebenarnya ganteng, bahkan untuk beberapa pendapat dari khalayak perempuan, dia sangat menawan. Banyak gadis yang tergila-gila padanya. Apalagi untuk semua model, anak buah agency naungannya. Bosnya itu di puja seperti dewa, banyak diantaranya yang rela menyerahkan dirinya jika memang Dion menginginkannya.
Dan apapun yang dilakukan Dion, membuat banyak gadis yang menyebut diri mereka adalah fans beratnya.
Mungkin ada beberapa juga yang dipacari Dion tapi tidak pernah benar-benar serius. Dia hanya bermain-main saja tanpa menggunakan perasaan.
Bagi Dion, perempuan yang mengejar-ngejar dirinya bukanlah perempuan yang menarik.
Mereka datang terlalu mudah.
Perempuan yang terlalu mudah untuk di dapatkan akan menjadi sangat membosankan.
Mereka murah dan sesuatu yang murah tidak akan bertahan lama.
Berbeda ketika dia menghadapi seorang Sarah. Perempuan ini tidak pernah menanggapinya dari dulu. Dia hanya menganggap Dion teman, tidak lebih.
Pendapat itu tentu saja menantang Jiwa Dion. Dia laki-laki yang jarang menerima penolakan, laki-laki yang pantang di acuhkan. Rasa penasaran yang dirasakannya pada Sarah lama kelamaan berubah menjadi ketertarikan dan sekarang dia benar-benar yakin mencintai gadis itu.
Cinta Dion memang aneh, dia tidak ingin memaksa Sarah menerimanya tapi berharap Sarah suatu saat menerimanya dengan keinginan dan kesadarannya sendiri. Dion mencintainya dengan secukupnya.
Dia tahu Sarah baik-baik saja, itu sudah cukup baginya.
Sarah bukan perempuan yang bodoh dalam urusan cinta, dia pernah mencintai seseorang sebelumnya meskipun dikhianati dengan telak oleh kekasih dan temannya sendiri.
Sarah hanya belum bisa yakin, ada seseorang yang sungguh-sungguh mencintainya, tanpa berakhir dengan melukainya.
Tapi, Dion dalam beberapa tahun terakhir cukup menggelitik hatinya dengan kegigihannya, Sarah merasa Dion membuktikan niatnya dengan begitu keras. Di saat-saat titik terendah dalam hidupnya sekarang, bahkan Dion selalu ada dan mengerti dirinya.
Sarah menarik nafasnya kuat-kuat, apakah sekarang dia sudah merasa rindu pada Dion?
apakah sekarang dia merasa membutuhkan Dion? Sehingga datang keinginan egois yang langka, berharap Dion mengingatnya.
Raut wajah Raka tiba-tiba menganggu pemandangannya, wajah dingin yang datar itu seperti mengingatkannya untuk tidak terlalu dekat dengan Dion.
"Aku tidak ingin orang-orang mulai mencurigai hubungan kita" kata-kata itu terngiang.
Raka bahkan tanpa perlu ada di depannya, bisa melarangnya sedemikian rupa hanya dengan bayangannya saja.
Sarah memejamkan matanya kuat-kuat berusaha mengusir bayangan Raka dari kepalanya.
"Dia sudah cukup mendikte aku ketika berada diantara keluarga besarnya, tapi di saat aku sendiri dia tidak boleh mengendalikan diriku begini" Sarah membatin dengan kesal.
Sayangnya, wajah Raka yang tampan itu begitu betah muncul di ingatannya. Dengan gayanya yang otoriter, menguasai fikiran Sarah. Bahkan senyum nakalnya waktu berakting menjadi sangat lekat di memori Sarah
masih ingat aku.