Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Apa itu artinya kamu menerima cinta saya?" tanya Candra seraya memutar badan, berdiri saling berhadapan dengan Erlin.
Wanita itu hanya menganggukkan kepala, mendongak menatap wajah Candra. Setelah sekian lama terkurung dalam dilema, akhirnya Erlin membuat keputusan. Ya, ia akan membantu Candra mencari di mana ibu kandungnya, menemukan kebenaran dan merebut kembali apa yang menjadi haknya.
Ia tahu, resiko yang harus diambil cukup besar bahkan nyawanya pun bisa terancam, tapi setelah mendengar penjelasan Apandi, dirinya yakin tidak salah membuat pilihan. Selain itu, wanita berambut panjang itu pun memiliki perasaan yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Candra.
Candra seketika memeluk tubuh Erlin erat dengan mata terpejam. "Makasih, Er. Makasih banget karena kamu udah nerima saya dan mau membantu saya," ucapnya merasa bahagia. "Tapi, saya minta kamu untuk segera resign dari perkejaan kamu, Er."
Erlin mengurai pelukan dengan kening dikerutkan. "Kenapa harus resign segala? Bukankah akan sangat menguntungkan kalau aku tetap bekerja sama Nyonya Rosalinda? Aku bisa mencari informasi-informasi penting tentang Ibu kamu, Candra."
"Tapi saya gak mau kamu dalam bahaya, Er. Kamu gak denger tadi Om Apandi ngomong apa? Saya gak mau kalau kamu sampe kenapa-napa. Ibu saya aja masih hilang sampe sekarang, saya gak mau kamu mengalami nasib yang sama seperti Ibu. Cuma kamu satu-satunya orang yang saya punya, Er."
Erlin menarik napas dalam-dalam seraya menggenggam telapak tangan Candra. "Kamu tenang aja, ya. Selama Nyonya Rosalinda gak tau tentang hubungan kita, semuanya akan baik-baik aja. Aku bisa jaga diri ko," ucapnya seraya tersenyum ringan, mencoba untuk meyakinkan.
"Tapi tetap saja, Er. Saya khawatir kalau--" Candra seketika menahan ucapannya karena Erlin tiba-tiba mendaratkan bibirnya singkat di bibir Candra.
Candra terdiam sejenak dengan helaan napas panjang. "Saya cuma gak mau--" Candra kembali merapatkan bibirnya karena lagi-lagi Erlin mengecupnya singkat, untuk yang kedua kalinya. "Astaga, Erlin. Ka--" lagi dan lagi, Erlin membungkam mulut Candra dengan kecupan.
"Bisakah kita melupakan masalah itu dulu, Can?" tanya Erlin dengan lembut. "Dari kemarin otakku dibuat mumet mikirin masalah itu tau." Erlin mengerucutkan bibirnya sedemikan rupa.
Candra tersenyum lebar, mengecup punggung tangan Erlin seraya menatap wajahnya dengan lekat. "Baiklah, saya janji gak akan membahas masalah itu dulu. Sekarang, hanya ada saya dan kamu di rumah ini, hanya ada kita berdua."
Jantung Erlin seketika berdetak kencang. Tubuhnya sedikit gemetar. Ya, ia melupakan satu hal. Hanya ada mereka berdua di rumah tersebut. Meskipun keduanya sempat menghabiskan malam di kamar hotel tanpa terjadi apapun, tapi situasinya berbeda sekarang. Keduanya adalah sepasang kekasih, rentan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh sepasang insan manusia yang tengah dimabuk asmara. Sialnya, ia sendiri yang memulai dengan mengecup bibir Candra untuk sekedar menghentikan pembicaraan yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling.
Erlin seketika memundurkan langkahnya seraya tersenyum cengengesan juga menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Aku lupa kalau aku harus segera balik ke hotel," ucapnya dengan gugup dan salah tingkah.
Candra tiba-tiba meraih pinggang Erlin lalu membawanya mendekat, bahkan tanpa jarak. "Mau ke mana kamu, hah? Bukankah kamu sendiri yang mancing-mancing saya?" tanyanya, memandang wajah Erlin dengan tatapan menggoda.
Erlin semakin merasa gugup. "Si-siapa yang mancing-mancing kamu? Emangnya kamu ikan apa bisa dipancing segala?"
Bukannya menjawab pertanyaan Erlin, yang dilakukan oleh Candra adalah mengusap satu sisi wajah Erlin dengan lembut dan penuh gairah. "Ada pepatah yang mengatakan, jangan pernah membangunkan singa yang sedang tidur, dan kamu baru saja melakukan hal itu, Erlin. Sekarang, kamu harus terima konsekuensinya, oke?"
"Ka-kamu mau ngapain?" tanya Erlin, jantungnya semakin berdetak tidak karuan bahkan seperti hendak melompat dari tempatnya bersarang. "Ki-kita belum menikah, Candra. Jangan macam-macam, ya."
Candra tersenyum lebar lalu mengecup bibir Erlin singkat. "Kamu tenang aja, saya gak akan macam-macam ko. Saya cuma menggoda kamu doang, Sayang."
Erlin seketika mendorong tubuh Candra dengan perasaan kesal. "Dasar kurang ajar. Kamu pikir aku wanita gampangan apa. Baru pacaran udah mau di apa-apain," ketusnya.
"Hahaha ... itu dia yang saya suka dari kamu, Er. Kamu bukan wanita gampangan seperti si--" Candra menahan ucapannya, seraya menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan. Ia hampir saja menyebut nama Viona di depan kekasih barunya.
"Seperti siapa?"
"Nggak, nggak seperti siapa-siapa. Eu ... kamu pasti lapar, saya buatkan makanan, ya?"
"Kamu lupa kalau kita habis makan siang sama Bram dan Ayahnya?"
Candra tersenyum lebar. "O iya saya lupa."
Erlin tiba-tiba kembali berjalan pelan mendekati Candra seraya menatap wajahnya dengan tajam. Candra sontak memundurkan langkahnya seraya tersenyum cengengesan.
"Ka-kamu kenapa?" tanyanya, tatapan mata Erlin membuatnya takut dan salah tingkah.
"Jawab pertanyaan aku, Candra. Apa aja yang udah kamu lakuin sama Viona selama kalian pacaran? Kalian gak pernah melakukan hal-hal di luar batas, 'kan?" tanya Erlin, masih melangkah pelan, begitu pun dengan Candra yang melangkah mundur seiringan dengan langkah Erlin.
"Hah? Ke-kenapa jadi ngebahas masa lalu saya? Saya dan Viona gak pernah melakukan hal yang kamu tuduhkan. Sumpah!"
"Yakin, kamu gak ngebohongin aku?"
Candra menghentikan langkah tepat di depan tembok. Hal yang sama pun dilakukan oleh Erlin.
"Buat apa saya bohong sama kamu, Sayang? Kalau kamu gak percaya, sana tanya langsung sama orangnya."
Erlin tiba-tiba memutar badan dan hendak melangkah. "Oke, aku tanya langsung sama orangnya."
"Hah? Gak usah, Sayang. Gak perlu," pinta Candra seraya menarik telapak tangan Erlin, menahan langkahnya. "Hmm ... kamu orangnya cemburuan juga ternyata."
Erlin kembali memutar badan, menatap wajah Candra dengan sinis. "Siapa yang cemburuan? Aku?" tanyanya seraya menunjuk wajahnya sendiri menggunakan jari telunjuk.
"Gak masalah kamu cemburuan kayak gitu. Justru saya seneng karena itu artinya, kamu cinta sama saya."
"Dih dasar kegeeran," decak Erlin seraya tersenyum lebar.
Suara dering ponsel seketika merusak suasana. Erlin segera merogoh saku celana hitam yang ia kenakan, meraih ponsel canggihnya dari dalam sana, menatap layarnya seraya mendengus kesal.
"Nyonya Rosalinda," gumamnya, memperlihatkan layar ponsel kepada Candra, di mana nama Rosalinda terpampang jelas, melakukan panggilan telepon.
"Ya udah, angkat aja," pinta Candra dan dijawab dengan anggukan oleh Erlin sebelum akhirnya mengangkat sambungan telepon.
"Iya, halo, Nyonya," sapanya, meletakan ponsel di telinga.
"Kamu di mana, Erlin?"
"Sa-saya di pabrik, Nyonya."
"Yakin, kamu tak lagi ngebohongi saya?"
"Ma-mana berani saya ngebohongi Anda, Nyonya. Saya beneran lagi di pabrik sama Candra."
Suara Rosalinda seketika menghilang, hanya suara hembusan angin saja yang terdengar samar-samar di dalam sambungan telepon.
"Halo, Nyonya. Anda masih disitu 'kan?"
"Pulang ke hotel sekarang juga. Aku beri waktu kamu 15 menit untuk sampai hotel. Kalau tidak--"
"Kalau tidak apa, Nyonya?"
"Ingat, Erlin. Saya tidak akan pernah memaafkan sebuah pengkhianatan. Saya percaya sama kamu. Jadi, cepat kembali ke hotel sekarang juga."
Bersambung ...
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭