Agares Everett adalah salah satu iblis yang tidak memiliki inti sihir, karena tidak memiliki inti sihir membuat Agares tidak bisa menggunakan sihir seperti iblis pada umumnya.
karena tidak bisa menggunakan sihir Agares menjadi iblis yang sangat lemah, ia sampai di khianati oleh pacarnya sendiri dan di buang ke hutan.
siapa sangka di hutan itu, Agares mendapatkan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya, yaitu darah Kraken sosok monster yang di anggap mitos namun ternyata benar benar ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
misteri kematian iblis iblis bertudung
***
Hap!
Hap!
Hap!
Sementara itu akhirnya Morgan, Tuan Tua Arash dan Tuan Tua Arizh tiba juga di sebuah padang sabana yang tampak sangat liar dan seolah tidak pernah tersentuh oleh peradaban. Selain itu di pinggiran padang sabana ini terdapat pohon pohon yang menjulang tinggi sekali, menunjukan bahwa mereka sedang berada di hutan belantara.
Tentu saja ketiga iblis ini tidak mengetahui mereka sedang berada di mana. Dan selama mereka mendarat ke sini bisa di bilang pendaratan mereka sama sekali tidak berjalan dengan mulus.
Arash dan Arizh tampak mendarat dengan baik, mereka berdua mendarat dengan cara berjongkok. Sementara Morgan terlihat terdampar sembari terlentang. Wajahnya terlihat meringis kesakitan.
"Ah, aku sama sekali tidak menyangka akan sesakit ini." Ucap Morgan yang kemudian membenarkan posisi duduknya.
Perpindahan yang mendadak itu memang terasa sangat sakit, oleh karena itu pendaratan mereka mencerminkan seberapa tinggi kekuatan mereka. Arash dan Arizh tiba dengan cara berjongkok dan wajah tenang, berbeda dengan Morgan yang kesakitan.
Tiba tiba mata Arash menyipit ketika melihat sesuatu terjatuh dari kantung morgan.
"Apa itu?" Tanya Arash dengan eksrepsi serius di wajahnya, kemudian Arizh menoleh ke arah yang Arash lihat.
"Kulit kacang?" Tanya Arash dan Arizh dengan ekspresi aneh.
Morgan kemudian mengamati apa yang di lihat Arash dan Arizh, "astaga aku lupa bahwa aku makan kacang tadi."
Arash kemudian berucap dengan sangat serius, "Morgan! Bisa bisanya kamu malah menjatuhkan benda seperti itu, bagaimana kalau ternyata ada musuh yang mengikuti kita! Artinya kamu memberikan jejak untuk musuh!"
Morgan sendiri menyadari hal itu, namun ia tampak santai saja sebab ia sangat yakin sekali tidak ada iblis yang mengikutinya, bagaimana pun juga hanya dirinya yang memikiki peta di mana batu menhir itu berada.
Namun morgan tetap mengakui kesalahannya, "maafkan aku tuan tua, aku mengaku salah." Ucap Morgan yang pringas pringis
Arizh mencoba menengahi perdebatan ini, "sudah, sudah. Yang terpenting kita sudah mengetahui bagaimana cara menhir itu bekerja, ternyata menhir itu bekerja apabila salah satu di antara kita membaca mantra yang terukir di atas menhir itu." Ucap Arizh.
"Benarkah? Jadi huruf huruf aneh yang terukir di permukaan batu menhir itu adalah sebuah mantra? Apakah Tuan tua Arizh tadi sempat membacanya? Hmmm lalu bagaimana cara kita kembali?" Tanya Morgan dengan ekspresi sedikit gelisah.
Tuan Tua Arizh menganggukan kepalanya, "ya aku tadi sempat membacanya dalam hati, untuk keluar dari tempat ini, sepertinya kita harus menyusuri hutan di sini sampai bertemu dengan penduduk iblis.
Hutan ini bukan ilusi yang di buat Tuan Syaiton, namun hutan ini benar benar hutan di suatu pulau terpencil. kita pasti berpindah dari hutan Larangan ke hutan ini setelah membaca mantra di permukaan batu menhir itu. Kemungkinan besar kita berada di Pulau Lain.... atau mungkin kita bisa mencoba membaca mantra itu lagi namun membacanya secara terbalik, kebetulan sekali aku mengingatnya dengan jelas." Jelas Tuan Tua Arizh.
"Bagus, anda memang bisa di andalkan tuan tua Arizh." Sahut Morgan dengan wajah sumringah.
Tuan Tua Arash juga juga ikut menyahuti, "kita sudah berhasil melewati menhir itu, dan fokus kita sekarang adalah mencari keberadaan Cincin Nirmala, artefak tingkat tinggi peninggalan Tuan Syaiton. Kita harus segera menemukannya, aku merasakan hawa di hutan ini sangat menekan kekuatanku!" Ucap Tuan tua Arash.
***
Sementara itu di tempat lain, Agares dan Amelia akhirnya tiba di tempat batu menhir itu berada.
"Kenapa dengan lumut lumut ini? Ada yang membersihkannya." Tanya Agares dengan bingung ketika dia melihat lumut lumut hijau yang seharusnya menempel di batu menhir justru tergeletak berserakan di tanah sekitar batu menhir itu.
"Amel, apakah ketika kamu pertama kali melihat menhir ini lumutnya memang seperti ini?" Tanya Agares kepada Amel.
Amel langsung menjawab, "tidak, saat Oswald itu membawa diriku yang berada di dalam liontin aku melihat batu menhir ini di tutupi lumut hijau sepenuhnya."
Ya! Amel bisa mengetahui di mana letak batu menhir ini berada karena Oswald yang membawa liontin miliknya berkeliaran hingga ke tempat ini.
Oleh Karena itu Amel bisa tahu bahwa di sini ada batu menhir, secara tidak sengaja juga ketika Oswald itu berkeliaran di hutan larangan Amel mendengar bahwa ada iblis iblis bertudung yang membicarakan tentang Cincin Nirmala.
"Berarti ada iblis lain yang sudah datang sebelum kita di tempat ini, lalu di mana mereka? Mengapa aku tidak melihatnya bahkan merasakan aura sihirnya pun aku tidak bisa." Ucap Agares dengan ekspresi heran.
"Menurut iblis iblis bertudung itu, aku mendengar bahwa harus membaca mantra di atas batu menhir itu terlebih dahulu, apabila ingin berpindah ke pulau lain."
"Pulau Lain?" Tanya Agares.
"Ya benar, batu menhir ini ternyata sejatinya adalah semacam alat teleportasi. Ketika kamu membaca mantra di permukaannya kamu akan berpindah dari hutan Larangan ke pulau yang sangat terpencil, di Pulau itulah tersimpan cincin Nirmala. Itu yang aku dengar dari Para iblis itu." Ucap Amelia dengan serius.
Agares termenung sesaat, dalam hatinya ia berucap, "apa iya semua yang Amel dengan dan saksikan melalui liontin di leher Oswald itu hanya kebetulan? Lalu bagaimana mungkin Oswald yang membawa liontin itu bisa berkeliaran hingga sejauh ini?" Batin Agares.
Amel yang melihat Agares termenung langsung keluar, "kenapa kamu diam saja, Agares. Cepat baca mantra di batu menhir itu, aku tidak berbohong kepadamu."
"Kamu juga harus menghafal mantra itu, karena apabila kamu membaca kebalikan dari mantra itu akan membawa kita kembali ke hutan ini. Apakah kamu paham?"
Walaupun sedikit curiga Agares tetap menganggukan kepalanya, "Ya aku paham..."
ia membaca mantra di atas batu itu. Batu menhir itu kembali bersinar dengan cahaya putih terang bagaikan cahaya ilahi, membuat Agares dan Amel mau tidak mau menutup matanya karena merasa silau.
Tidak lama kemudian tubuh Agares dan Amel lenyap seolah tertelan udara, bersamaan dengan itu secara samar dan redup redup cahaya itu menghilang menjadikan tempat ini berubah menjadi keheningan total.
Namun ada satu hal yang tidak di ketahui Agares dan amel, sosok misterius dengan tubuh yang hanya di diselubungi oleh bayangan hitam tampak berdiri tenang di balik semak semak.
Ia menatap menhir itu selama Agares dan Amel berada di sana, ketika Agares dan Amel sudah menghilang sosok misterius itu menatap ke bawah, tepatnya ke para kerangka dan tulang tulang putih yang berserakan di tanah.
Kerangka kerangka itu bukan berasal dari monster, karena kerangka ini memikiki tengkorak seperti milik manusia, tengkorak tengkorak itu juga tidak memiliki tanduk menunjukan bahwa itu adalah kerangka para manusia.
Tidak hanya itu kerangka kerangka itu tampak memakai jubah hitam keunguan yang memiliki tudung.
Sosok itu tersenyum samar, "menarik..."