"Aku ini gila, tentu saja seleraku harus orang gila."
Ketika wanita gila mengalami Transmigrasi jiwa, bukan mengejar pangeran dia justru mengejar sesama orang gila.
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ancaman
Setelah kejadian di perpustakaan kemarin, hubungan Xui dan Fang Lu jadi merenggang. Mereka jadi menjaga jarak dan terkesan berjauhan seperti tidak saling kenal, tidak ada yang berani menegur.
Fang Yun yang masih kepikiran dengan ucapan Fang Lu kemarin, merasa gelisah dan mulai mencari tahu dengan mengikuti Fang Lu secara diam-diam.
Melihat Fang Lu yang selalu memantau diam-diam pemuda bercadar, membuat alis Fang Yun Mengkerut. Penasaran dengan hubungan mereka, selama ini meskipun ramah Fang Lu tidak memiliki teman dekat.
"Apa ini? apa dia menyukai sesama jenis?." Gumam Fang Yun tersenyum menakutkan.
Mendapatkan ide untuk mengancam Fang Lu, Fang Yun pun tidak bisa menahan diri lagi. Dia segera menemui Fang Lu untuk mendapatkan informasi yang dirinya inginkan.
"Kakakku yang bodoh, kenapa kau selalu melirik pemuda itu? apa kau menyukai sesama laki-laki?." Bisik Fang Yun, penuh arti.
"Syukurlah karena kau bodoh." Jawab Fang Lu.
"Brengsek, apa-apaan kau." Geram Fang Yun.
"Ya lihat saja, kau menyimpulkan aku menyukai sesama jenis dibanding berspekulasi yang lebih detil lagi." Lirik Fang Lu.
"Oh apa pemuda itu begitu penting bagimu? aku lihat dia tidak suka padamu." Ejek Fang Yun.
"Itu benar, dia satu-satunya temanku. Tapi kita bertengkar di perpustakaan kemarin, menyingkir dan jangan mengurusi hidupku." Kesal Fang Lu.
"Kasihan sekali, bagaimana jika temanmu satu-satunya itu berbalik menjadi temanku?." Fang Yun tertawa menyebalkan, sambil menepuk pundak Fang Lu.
"Itu jika kau berhasil, lakukan saja." Jawab Fang Lu enteng.
"Sialan, kau menantangku rupanya." Geram Fang Yun.
"Yun, kau menjadi putra mahkota bukan karena kau layak atau kau pintar. Itu semua murni karena dukungan Selir Agung." Ucap Fang Lu, menampar kesombongan Fang Yun.
"Hahahahaha, kau iri karena Ibumu tidak punya apa-apa? Ibumu hanya seorang pelayan Permaisuri, yang berani naik ke ranjang Kaisar dengan tidak tau malu. Kau itu darah manusia rendahan, jaga bicaramu." Ucap Fang Yun, menusuk.
"Jaga bicaramu, siapa yang naik ke ranjang Kaisar? Ibuku di pilih langsung oleh mendiang Permaisuri sebagai selir, meskipun kau mengatakan aku darah rendahan. Tetap tidak menutup fakta jika aku memiliki darah Kaisar." Geram Fang Lu.
"Yayayaya.. rendahan tetap saja rendahan, apa karena itu kau berteman dengan sesama orang rendahan itu?." Fang Yun pergi dari sana, setalah membuat Fang Lu kesal.
"Kesialan terbesar dalam hidupku adalah pernah mengajak bermain bajingan sepertinya. Apa dia lupa saat kecil dia mengekor padaku yang katanya rendahan ini? brengsek." Batin Fang Lu.
Fang Yun mulai mengamati pergerakan Xui, Xui merasakan itu dan mulai berhati-hati dalam bertindak. Dia benar-benar bersikap seperti murid teladan pada umumnya, tapi mental perudung Yun tidak tahan lagi.
"Hey rendahan." Panggil Yun, tapi Xui tidak menoleh sama sekali.
BRAKKK
"Sialan, kau mengabaikan ku?!!!." Bentak Yun, menggebrak meja Xui.
"Maaf, yang mulia Pangeran. Nama saya Xui, tolong panggil saya dengan benar." Ujar Xui, tetap tenang.
"Wah lihat ini, kau masih berani bersikap tenang? cepat berlutut di bawah kakiku dasar anak miskin, apa kau ingin usaha orangtuamu aku buat hancur?!." Ancam Yun.
"Apa? kenapa anda membawa orangtua saya?." Xui berusaha terlihat seperti anak miskin, yang tidak punya apa-apa.
"Hahahahhahaha, kau takut sekarang? cepat berlutut!!!." Yun tertawa merendahkan.
"Saya menolak." Jawab Xui dengan dingin, tatapan ketakutan tadi sirna seketika.
Deg.
"S-sialan, apa-apaan tatapannya itu." Batin Yun terkejut.
"Jaga matamu rakyat jelata! kau sedang berhadapan dengan pangeran sekarang, aku berbeda dengan Fang Lu! cepat berlutut atau aku pastikan kau tidak akan lulus besok." Ancam Fang Yun.
"Kenapa saya tidak bisa lulus?." Tanya Xui.
"Karena aku membencimu, setelah kau tidak lulus aku akan menghancurkan usaha milik orangtuamu. Kau akan menjadi gelandangan menyedihkan." Yun menertawakan dengan kejam.
"Ayahku tidak akan diam saja jika itu terjadi." Ujar Xui.
"Hahahahahahha, memangnya apa yang bisa di lakukan Ayahmu?! Memohon pada Kaisar dengan penuh air mata?." Ejek Yun.
Xui berdiri, mendekat pada Yun yang menjadi waspada. Xui mendekat hingga jarak mereka tersisa 5cm saja, Xui menatap dengan dingin sedangkan Yun menatap dengan kesal.
"Meskipun aku terlihat biasa, bukan berarti aku benar-benar orang biasa. Kau bahkan tidak tau marga ku, hati-hati dalam mengancam orang. Jangan sampai senjata makan tuan, kau akan malu nanti." Bisik Xui.
"Sialan, kau pikir aku bercanda?." Geram Yun.
"Kau pikir aku bercanda?." Ucap Xui penuh penekanan.
"Sialan! Tunggu saja, kau tidak akan tenang mulai sekarang." Yun melarikan diri karena takut.
Xui hanya menatap dengan datar, meksipun dia menjadi target perudungan. Itu tidak masalah karena dia sudah biasa mengahadapi situasi seperti itu, dia hanya perlu bertahan sampai lulus.
"Aku tidak akan menjadi beban orangtuaku, aku bisa menyelesaikan semua urusanku sendiri." Batin Xui.
Satu tahun berlalu dengan cepat, Xui selalu mendapatkan perudungan dari Yun dan antek-anteknya. Meksipun selalu mendapatkan perudungan, Xui tetap belajar dengan giat dan tidak pernah ketinggalan pelajaran apapun.
Justru Xui merasa rudungan mereka itu seperti latihan fisik setiap hari. Dia merasa semakin kuat setelah dipukuli, meksipun sakit dia tetap berusaha terlihat baik-baik saja. Seperti yang sering dia lakukan dulu saat Ibunya sering memukulnya.
Kelulusan Xui tinggal 2 bulan lagi, Rui dan Ruby akan datang sebagai orangtua dari Xui. Artinya mereka akan muncul dan menggemparkan publik, terutama keluarga Istana. Rui sudah selesai melatih pasukan dengan kuat, mereka sangat kuat dan terlatih selama bertahun-tahun di ruang dimensi, meksipun di dunia hanya baru dua tahun berlalu.
Ruby berhasil memperbesar usaha donat miliknya, pemasukannya sangat bagus dan pelanggannya selalu bertambah dari hari ke hari. Ada banyak saingan bisnis yang membuat masakan serupa, tapi rasa dan resep dari Ruby tentu saja berbeda.
Rui dan Ruby berada di ruang kerja milik Rui, mereka sedang membahas sesuatu untuk persiapan pembalasan dendam.
"Aku akan menempatkan 10.000 pasukan di Paviliun ini. Pasukan ini yang akan kita bawa ke Istana nantinya, 100 pengawal bayangan dan sisanya tetap berada di ruang dimensi." Ucap Rui.
"Baguslah, lalu siapa yang akan menjadi Target pembalasan pertama?." Tanya Ruby.
"Sebenarnya aku tidak begitu ingat siapa saja yang pernah menjahatiku. Tapi yang paling jahat itu Selir Agung, Ibu dari Pangeran Ke Tiga." Ujar Rui.
"Bisa kau jelaskan, padaku dengan detil?." Ujar Ruby.
"Selir Agung masuk ke istana sebagai Selir biasa saat aku berusia 12 tahun, sekitar 4 bulan kemudian aku diculik. Saat aku kembali dia sudah naik pangkat menjadi Selir Agung, dan memiliki seorang Putra yang umurnya berbeda 16 tahun denganku. Saat aku kembali ke istana Pangeran ketiga baru lahir, sedangkan Pangeran Kedua berusia 3 tahun. Aku sempat bermain dengan Fang Lu tapi tidak pernah bertemu dengan Fang Yun. Aku menggila saat Kaisar mengatakan jika posisi putra mahkota di tiadakan, dan akan diberikan pada Fang Yun setelah dia berusia 14 tahun. Aku menggila saat berusia mungkin 25 tahun, saat itu Fang Yun dan Fang Lu masih kecil. Syukurlah mereka selamat, tapi adik keduaku tewas karena melindungi Fang Lu dariku." Ucap Rui, dia sudah mendapatkan ingatan lengkapnya.
"Sebentar, katanya pangeran kedua itu Fang Lu, Fang Lu hidup tapi pangeran kedua mati? itu bagiamana maksudnya?." Bingung Ruby.
"Dulu Fang Lu lahir di tahun yang sama dengan pangeran yang lain. Mungkin berbeda beberapa bulan, karena itu Lu di hitung sebagai Pangeran ketiga. Setelah pangeran kedua mati, dia menggantikan posisi itu karena memang saat itu para pangeran belum di kenal publik." Ujar Rui, Ruby mendengarnya dengan pusing.
"Baiklah, jadi jarak usiamu dengan adik-adikmu yang lain sejauh itu? Pantas saja Xui seumuran dengan adikmu." Ruby geleng-geleng kepala.
"Itu biasa di Istana Harem, Ayahku mengangkat selir saat aku berusia 12 tahun, karena desakan para pejabat. Ibuku dengan hati yang tegar merestui, andai saja saat itu aku mengerti. Aku pasti akan menentang keras keputusan itu." Ucap Rui, menyesal.
"Ternyata kita sudah tua." Ujar Ruby, merasa sedih.
"Bukankah itu manusiawi? tapi kau masih terlihat seumuran dengan Xui." Ujar Rui.
"Astaga, apa itu pujian?." Ruby tersipu malu.
"Seharunya bocah itu sudah bertambah besar, berapa Usianya saat ini?." Tanya Rui.
"Empat bulan yang lalu dia berusia 17 tahun." Ucap Ruby.
"Artinya Fang Yun 18 tahun dan Fang Lu 21 tahun." Ucap Fang Rui.
"Kenapa mereka lulus di tahun yang sama padahal umur mereka berbeda?." Heran Ruby.
"Karena beda latar belakang Ibu, Fang Lu lahir dari seorang wanita yang dulunya pelayan Ibuku. Ibuku sendiri yang menunjuknya sebagai selir, sedangkan Fang Yun lahir dari seorang Putri Jendral yang dekat dengan Kaisar. Tentu saja bukan hal aneh jika Fang Lu terlambat masuk Akademi." Ucap Rui, dia yang anak Permaisuri saja tidak pernah merasakan akademi.
"Gila emang, sinting semua. Kaisar punya anak seumuran Cucunya. Bahkan masih punya anak kecil yang umurnya jauh dari umur cucunya, ngga waras. Ternyata banyak yang lebih ngga waras dibanding diriku." Batin Ruby, tertekan.