Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Menemani Mario
Selesai menyusui, Nadia keluar menghampiri Marcell dan ibunya. "Dia sudah tertidur, apa aku boleh pulang?"
"Kamu mau pulang, ya? Bagaimana kalau aku yang mengantarkanmu?" Marcell menawarkan tumpangan.
"Boleh!" kata Nadia setuju.
"Ayo!" Marcell lalu berpamitan kepada ibunya.
Marcell berjalan lebih dulu menuju mobilnya, ia membuka pintu dan mempersilakan Nadia masuk. Mobil yang dikendarai Marcell perlahan meninggalkan kediamannya menuju rumah orang tuanya Nadia.
"Nad, terima kasih, ya, kamu sudah mau membantuku menenangkan anakku!" Marcell membuka percakapan.
"Sama-sama, aku senang membantumu. Apalagi wajah Mario mirip dengan anakku. Jadi, aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri!" kata Nadia dengan nada sedikit bergetar menahan kesedihannya.
"Kamu boleh menganggap dia seperti anak kandungmu. Aku malah senang!" ucap Marcell.
"Terima kasih!" Nadia tersenyum senang.
"Nad, aku turut prihatin dengan kejadian yang menimpa keluarga kecilmu!" kata Marcell dengan hati-hati agar Nadia tak tersinggung.
"Kamu sudah mendengarnya?" tanya Nadia.
"Ya, Tante Nella yang memberitahunya," jawab Marcell.
"Aku ikhlas diceraikan Aryo tapi aku belum ikhlas kehilangan Dion, Cell. Aku tidak tahu di mana sekarang Dion berada. Aryo berjanji akan mencarinya, sampai sekarang dia tak memberikan kabar apapun," kata Nadia menahan kecewa karena tak diberikan izin buat mencari putranya.
"Kenapa tidak lapor polisi?" tanya Marcell.
"Aryo melarangnya. Aku tidak mau Kak Dewa dan Delon menjadi sasarannya," jawab Nadia.
"Anak kamu hilang, tapi kamu tidak melakukan apapun?" tanya Marcell heran.
"Aryo tidak mau saingan bisnisnya mengetahui kabarnya, mereka nanti akan mudah menjatuhkannya," jawab Nadia.
"Kenapa aku jadi curiga, ya?" tuding Marcell.
Nadia menautkan alisnya mendengar ucapan mantan tunangannya.
"Menurutku aneh saja dengan permintaan mantan suamimu itu," kata Marcell.
"Aneh bagaimana?" tanya Nadia balik.
"Seharusnya kamu juga ikut membantu mencari anak kalian, jika dia memang menyayangi anaknya pasti dia tak peduli dengan komentar saingan bisnisnya!" jawab Marcell.
Nadia tampak diam dan berpikir.
"Apa kamu sudah menemui dia lagi dan menanyakan kabar pencariannya?" tanya Marcell.
"Kemarin aku telah menghubunginya dan dia mengatakan belum berhasil menemukan anak kami," jawab Nadia.
"Makanya, kalian harus minta bantuan polisi!" kata Marcell.
"Aku tidak mau Aryo marah besar," ucap Nadia.
"Jadi, kamu akan membiarkan anak kalian hidup menderita di luar sana?" Marcell mulai kesal dengan ucapan Nadia yang hanya diam padahal bayinya belum tahu nasibnya.
"Aku tidak mau kehilangan Dion, Cell. Tapi, Aryo selalu menekan keluarga kami!" Nadia mulai meneteskan air matanya.
"Kamu pilih saja, keluargamu atau bayimu!" kesal Marcell.
Nadia tampak sakit hati dengan ucapan Marcell yang memojokkan dirinya.
"Maaf!" lirih Marcell. "Aku tidak bermaksud menyinggung perasaan kamu," lanjutnya.
"Kamu benar, seharusnya aku bersikeras mencari Dion!" ucap Nadia.
Mobil yang dikendarai Marcell tiba diujung jalan kediaman orang tuanya Nadia. Ponselnya tiba-tiba berdering, Marcell gegas menjawab panggilan tersebut. Tak sampai 5 detik, ia kemudian menutupnya.
"Sepertinya kita harus balik ke rumah!" kata Marcell memutar balik haluan kendaraannya.
"Memangnya ada apa?" tanya Nadia.
"Mario menangis lagi," jawab Marcell.
Marcell membawa Nadia balik lagi ke rumahnya. Mama Nella menggendong Mario yang menangis menghampiri keduanya.
"Sayang, kenapa?" Nadia mengambil alih gendongan dari ibunya Marcell.
Seketika tangisan Mario mereda, bayi itu kembali memejamkan matanya ketika melihat sejenak wajahnya Nadia. Tentunya membuat Marcell, Nella dan Nadia saling pandang melihat tingkah Mario.
"Sepertinya Nadia di sini harus sampai malam!" celetuk Nella.
"Hah! Apa??" Marcell sangat terkejut mendengarnya.
"Kamu lihat sendiri 'kan? Mario menangis ditinggal Nadia," kata Nella.
"Kalau Nadia di sini sampai malam, orang tuanya pasti marah, Ma!" Marcell beralasan.
"Ya, kamu tinggal minta izin kepada orang tuanya!" saran Nella.
"Aku tidak masalah sampai malam di sini, Tante!" kata Nadia yang bersedia.
"Bukankah kamu mau menemui mantan suamimu itu?" tanya Marcell.
"Lain waktu saja, aku mau bersama Mario hingga malam di sini!" jawab Nadia dengan santainya tanpa memikirkan nasib putra kandungnya.
-
Marcell pulang dari kantornya pukul 9 malam. Ya, setelah Mario nyaman bersama Nadia. Dirinya balik ke kantor melanjutkan pekerjaannya. Selama itu pula tak ada panggilan masuk dari pelayan rumah mengenai Mario yang rewel.
Sebelum menuju kamar putranya, Marcell membersihkan tubuhnya. Setelah itu melihat putranya di kamarnya, matanya tertuju kepada wanita yang beberapa waktu lalu pernah menjadi kekasihnya tampak terlelap di ranjang tepat disampingnya Mario yang juga terlelap.
Marcell sengaja tak membangunkannya, ia membiarkan Nadia tertidur bahkan Marcell mengambil selimut dan menutupi sebagian tubuh wanita itu.
Nadia lantas tersentak bangun dan duduk, "Maaf, aku ketiduran!"
"Tidak apa-apa, mungkin kamu terlalu lelah menjaga Mario!" Marcell mundur selangkah.
"Ini jam berapa?" tanya Nadia mengambil ponsel di nakas telah menunjukkan pukul 9 lewat 10 malam.
"Di luar sedang hujan, sebaiknya kamu tidur di sini saja," jawab Marcell.
"Tidak, Cell. Aku harus pulang!" kata Nadia yang bersamaan ponselnya berdering.
Nadia keluar kamar, ia tak mau tidur Mario terganggu. Ia kemudian menjawab panggilan yang berasal dari ibunya. "Iya, Ma. Sebentar lagi aku pulang!"
"Jangan tidur di sana, kalian tidak memiliki ikatan!" nasehat Nella.
"Iya, Ma. Aku tahu, ini aku mau pulang!" kata Nadia.
"Ya sudah, hati-hati." Nella menutup panggilan teleponnya.
Marcell yang juga berada diluar kamar mendengar pembicaraan Nadia dengan ibunya. "Kamu ingin pulang juga malam ini?"
"Ya, besok pagi aku akan kembali lagi membantumu," kata Nadia.
"Bukannya aku tidak mau mengantarkanmu pulang. Hujan sangat lebat, kemungkinan jalanan macet total!" jelas Marcell.
"Aku tidak mungkin tinggal bersamamu!" kata Nadia lagi.
"Kita tidak tidur satu kamar. Kamu bisa tidur di kamar tamu atau di kamarnya Mario," ujar Marcell. "Lagian di rumah ini bukan kita berdua saja. Ada para pelayan dan sopir," lanjutnya.
Nadia berpikir, jika dirinya pulang mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama sampai di rumahnya. Belum lagi Marcell yang harus balik ke rumah setelah mengantarkannya. Itupun jika Mario tak terbangun dan menangis.
"Bagaimana? Kalau kamu keberatan, aku akan mengantarmu pulang!" Marcell juga tak ingin memaksa Nadia mengikuti ucapannya.
"Baiklah, aku akan menginap di sini!"
Marcell tersenyum lega mendengarnya, dirinya tak perlu repot mengantarkan Nadia pulang. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh sopirnya yang mengantarkannya tetapi sebagai pria yang meminta tolong langsung kepada orang tuanya tak mungkin ia membiarkan Nadia pulang bersama orang lain.
"Aku akan tidur bersama Mario!"
"Jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa meminta bantuan pengasuhnya Mario!"
"Ya."
"Kalau begitu, aku permisi mau ke kamar. Selamat malam!" Marcell kemudian berlalu.
Nadia kembali ke kamar, ia mendekati ranjang dan mengecup keningnya Mario. "Tante akan tidur di sini malam ini. Semoga kamu senang, ya!"
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn