Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.
Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab:22 Hari Wisuda
Dua minggu berlalu setelah UN. Hari ini aula sekolah penuh sorak bahagia. Musik ceria, lampu-lampu kecil warna-warna menghiasi panggung, dan ratusan foto pose toga yang cringe tapi wajib.
Alka datang, tangannya penuh buket bunga. Saat masuk ke aula langkahnya langsung terhenti. Matanya terpaku pada satu titik. Yaitu Liona.
Rambutnya di curly lembut, makeup tipis tapi bersinar. Senyumnya langsung muncul begitu saja, membuat jantung Alka agak lupa cara kerja.
"Cantik banget..." gumamnya tanpa sadar.
Lista yang berdiri di sebelahnya mendesis," Lo ngiler, Ka?"
Alka langsung berdehem kecil. "Maksud gue, cantik tuh dekor panggungnya."
Lista berdecak. "Panggung apaan. Mata lo jelas ke Liona.
Alesha muncul dengan gaun wisuda duduk di kursi roda. Di belakangnya Jehan dengan pakaian rapi.
" ka, foto dulu bareng gue!" senyum Alesha cerah.
Alka tersenyum lebar, jongkok di samping Alesha. "Siap, tuan purti!"
Mereka foto berdua. Alka yang gaya konyol, Alesha tersenyum sampai pipinya merah.
"Ta, fotoin," Alka nyodorin ponselnya ke Lista.
"Siap ya. Satu... dua... tiga..." suara cekrek itu terdengar saat Lista berhenti berhitung.
Dari belakang Jehan kini berlutut di hadapan Alesha. Menyerahkan buket bunga besar yang kelihatan mewah.
"Selamat ya Aesh." suaranya lembut.
Alesha tersentuh... tapi matanya masih natap Alka yang lagi nyari angel foto terbaik.
"Makasih ya. Aku suka banget," kata Alesha senyumnya lebar.
Tapi tak lama Alka berjalan ke arahnya, tangannya masih memeluk buket dengan hati-hati.
"Aesh, selamat ya. Lo makin keren hari ini!" Alka mengacungkan jempolnya.
Mata Alesha berbinar saat menerima, senyumnya semakin melebar. "Aaa... Makasih, Ka."
Dari arah panggung Liona berlari kecil menghampiri mereka. "Hallo guys, kalian cantik banget!"
"Gue mah ganteng!" Alka nyengir lebar, matanya terpejam.
"Maksud gue Lista sama Alesha. Bukan lo," Liona nyentil pelan kening Alka.
"Awhh," Alka ngelus keningnya.
Lalu ia memberikan Liona buket bunga. Warna bunganya cerah, ada pita kecil warna pink.
"Lio, ini buat lo. Karena lo paling bersinar hari ini." jantung Alka berdegup cepat, telapak tangannya dingin.
Liona terdiam, wajahnya memerah. "Ini beneran buat gue?"
Alka ngangguk sambil cengar-cengir bodoh.
Lista langsung berbisik ke telinga Alka. "Nggak sekalian lo tembak, Ka?"
"Gue nggak bawa pistol," jawab Alka sambil tertawa.
"Bisikin apaa?" tanya Liona, menatap mereka bergantian.
"Kata Alka lo jelek kayak ondel-ondel." celetuk Lista tanpa pikir panjang.
Wajah Alka langsung menegang, ia menelan ludah keras. "Nggak! Dia cuma iri nggak di kasih buket."
Liona menatapnya tajam sambil manyun dramatis.
"Lo jangan dulu iri, Ta. Gue juga bawain buket buat lo." Alka menyerahkan buket satunya lagi yang masih ia peluk.
Mata Lista langung berbinar, tangannya meraih buket dari tangan Alka. "Makasi, Ka."
Ia langsung natap Liona sambil nyengir. "Kata Alka, lo cantik banget! Kayak putri kerajaan. Dia jatuh..."
"Nggak usah macem-macem." potong Alka cepat, tangannya membungkam mulut Lista.
Liona menggeleng sambil tersenyum. Matanya terus menatap buket yang Alka berikan.
Sementara Alesha hanya menahan napas, entah kenapa dadanya merasa sedikit panas. Jehan juga ikut ngepal tangan, tapi tetap tersenyum santai.
Tak lama Athar datang ke sekolah Alka. Ia langsung nyengir lebar saat mendekati Alka.
"Selamat lulus, penjaga cafe!" kata Athar, sambil memberikan buket makanan ke Alka.
Alka meraih buket dari Athar, ada beberapa snack kesukaannya. Juga beberapa cokelat dan permen. "Makasih, Bro. Tahu aja gue doyan nyemil."
Athar terkekeh. "Ngasih buket tuh yang kayak gin biar kenyang. Bukannya bunga kayak gitu, besok juga udah layu," sindirnya.
Sorot mata Jehan dan Alka terlihat menusuk ke Athar. Tapi Athar berekspresi seolah menantang dan merasa benar.
Beberapa detik kemudian Cakra muncul, bawa buket super gede untuk Lista. Isinya berbagai macam, ada bunga, snack, boneka kecil, bahkan beberapa uang merah di selipin.
"Selamat lulus, Lista," katanya sambil memberikan buket itu.
Lista refleks teriak, "Ya ampun ini gede banget, Ra!!"
Cakra garuk tengkuk menutupi malu. "Lo kan orang special sekarang..." matanya menatap penuh arti ke Lista.
"Bisa aja lo," Lista ngikut pelan, sambil buang muka. Tak ingin Cakra melihat wajahnya yang merah karena salah tingkah.
Semuanya tertawa. Semuanya bahagia. Mereka kembali berfoto-foto. Jempretan garing dan suasana wisuda itu terasa begitu hangat.
Dari semua senyum itu, ada Alesha yang senyumnya tampak beda. Seperti ada sesuatu yang menahannya.
Jehan mendekat ke Alesha, jongkok di sampingnya. "Nggak suka ya sama buket yang aku kasih?"
Alesha menoleh sebentar. "Suka banget, aku juga seneng kok."
Tapi Jehan tahu, sorot Alesha terlihat berbeda. Dia memperhatikannya cukup lama, lalu ia berdiri.
Tapi tatapan itu masih jatuh ke Alesha. Dada Jehan terasa sesak saat Alesha natap Alka dengan tatapan yang berbeda, dan senyum manis yang melengkung tipis di bibirnya.
Jehan tercekat, tapi ia terus menepis perasaan cemburunya. Lalu memutuskan untuk ikut nimbrung ke Alka dan yang lainnya, ikut tertawa meski dadanya masih panas.