NovelToon NovelToon
Bound By Capital Chains

Bound By Capital Chains

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Obsesi / Percintaan Konglomerat
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: hellosi

Ketika takdir bisnis mengikat mereka dalam sebuah pertunangan, keduanya melihatnya sebagai transaksi sempurna, saling memanfaatkan, tanpa melibatkan hati.

Ini adalah fakta bisnis, bukan janji cinta.

​Tapi ikatan strategis itu perlahan berubah menjadi personal. Menciptakan garis tipis antara manipulasi dan ketertarikan yang tak terbantahkan.

***

​"Seharusnya kau tidak kembali," desis Aiden, suaranya lebih berbahaya daripada teriakan.

"Kau datang ke wilayah perang yang aktif. Mengapa?"

​"Aku datang untukmu, Kak."

"Aku tidak bisa membiarkan tunanganku berada dalam kekacauan emosional atau fisik sendirian." Jawab Helena, menatap langsung ke matanya.

​Tiba-tiba, Aiden menarik Helena erat ke tubuhnya.

​"Bodoh," bisik Aiden ke rambutnya, napasnya panas.

"Bodoh, keras kepala, dan bodoh."

​"Ya," bisik Helena, membiarkan dirinya ditahan.

"Aku aset yang tidak patuh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Suatu malam, saat hampir semua mahasiswa telah meninggalkan LBS untuk menikmati akhir pekan di pedesaan atau klub malam London, Xavier kembali ke kampus untuk mengambil dokumen yang tertinggal.

​Dia menemukan Helena di perpustakaan utama, duduk di bawah lampu yang remang-remang.

​Helena tidak mengerjakan tugas kuliah.

Dia sedang membaca tumpukan laporan tahunan kuno.

​Xavier berjalan ke mejanya dan menjatuhkan tasnya dengan bunyi keras, cukup untuk menarik perhatian Helena.

​Helena mendongak, matanya sedikit memerah karena kelelahan, tetapi ekspresinya masih cerah.

​"Masih di sini, Xavier?" tanya Helena, suaranya sedikit serak.

​"Aku yang harusnya bertanya, Helena. Ini Sabtu malam. Tempat-tempat manja di Mayfair sedang memanggilmu, dan kau di sini, membaca tentang kegagalan logistik di tahun 90-an," balas Xavier, nada menggodanya lebih lembut dari biasanya.

​Helena tersenyum lelah.

"Laporan ini menarik."

​Xavier duduk di seberangnya tanpa diundang. Dia mengambil salah satu laporan tahunan yang kusam.

​"Ayahku selalu bilang, seorang pewaris sejati harus tahu cara merusak aset sebelum tahu cara membangunnya," ucap Xavier.

​Helena tertawa pelan.

"Ayahku bilang, Nelson harus tahu cara mengikat janji etika sebelum menandatangani kontrak," balas Helena.

​Untuk pertama kalinya, Xavier melihat celah pada Helena.

Dia melihat seorang wanita muda yang ambisius, yang rela mengorbankan masa muda demi mempersiapkan diri.

Dia melihat gairah nyata yang melampaui gelar Aliston atau nama Nelson.

​"Kenapa kau tidak beristirahat, Helena? Semua gadis lain di kampus ini sedang memamerkan tas Hermes atau jet pribadi mereka. Kau di sini, membaca tentang kegagalan logistik." Xavier mencondongkan tubuh sedikit.

"Kau sangat berbeda dari citra yang kubayangkan tentangmu."

​Helena membalas tatapannya.

"Aku tidak tertarik pada tas Hermes, Xavier. Aku tertarik pada kontrol terhadap rantai pasokan yang membuat tas Hermes itu sampai di sana."

​Xavier tersenyum, senyum yang mencapai matanya. Itu bukan senyum predator atau provokasi. Itu adalah senyum respek dan pengakuan.

​"Kau benar-benar berharga, Helena. Bukan karena kau Nelson, tapi karena kau... dirimu sendiri," bisik Xavier.

"Aku tidak akan mengganggu belajarmu. Tapi izinkan aku membawakanmu kopi. Kali ini, kopi hitam. Aku tahu kau tidak meminum coklat panas yang kuberikan."

​Helena mengingat cokelat panas yang dia berikan kepada seorang penjaga perpustakaan atas perintah Aiden minggu lalu.

Kali ini, Xavier menawarkan kopi hitam, penghormatan pada fokus dan kesukaan sejatinya.

​Helena mengangguk.

"Itu akan sangat baik, Xavier. Terima kasih."

​Xavier berjalan pergi, dan Helena kembali menatap laporannya.

Xavier telah berhenti melihat Helena sebagai alat perang Aliston, dan mulai melihatnya sebagai sekutu intelektual yang menarik.

​Di luar, Xavier tidak segera pergi ke kafe. Dia berdiri di lorong perpustakaan.

Dia seharusnya sedang menyusun strategi baru untuk mengganggu jalur pasokan Ryder.

Rencananya untuk menusuk Aiden melalui Helena telah berubah.

​"Aku harus mengubah strategi," pikir Xavier.

"Aku tidak ingin sekedar menghancurkan bidak Aliston. Aku ingin memiliki sekutu ini."

​Dia menyadari, perasaan baru ini jauh lebih berbahaya daripada persaingan bisnis apa pun.

Dia bukan lagi ingin merebut perisai Aliston, dia ingin memenangkan hati pewaris yang luar biasa ini.

​"Sial," gumam Xavier, mengakhiri perdebatan internalnya.

Dia berjalan menuju kafe, siap membelikan kopi untuk sekutu barunya.

***

Pagi di London berselimut kabut tipis, udara terasa dingin dan basah, seolah ikut merasakan ketegangan yang menggantung di udara.

Aiden Aliston dan Noa Ryder mengenakan setelan jas bespoke mahal, potongan Italia yang sempurna, kontras tajam dengan mantel casual dan scarf tebal penduduk London.

"Ingat kontrak kita, Aliston," ujar Noa, menyarungkan tangannya ke saku trench coat-nya.

"Ryder mendapat keuntungan dari deal Eropa ini."

Aiden mengangguk, sorot matanya yang sehitam malam memancarkan antisipasi yang jarang dia tunjukkan.

Namun, hari ini Aiden terlihat bersemangat, bukan sepenuhnya karena negosiasi yang sukses itu, tetapi karena dia akan segera melihat Asetnya, setelah dua tahun hanya melalui layar monitor video call terjadwal.

Setelah menyelesaikan meeting negosiasi bisnis yang berjalan lancar, Noa meyakinkan Aiden untuk mampir ke LBS (London Business School).

"Kita harus mampir ke LBS, Aliston," goda Noa.

"Memberikannya sedikit kejutan, dan menguji seberapa stabil 'aset' Nelson milikmu itu."

Mereka berjalan memasuki halaman kampus LBS yang dihiasi karpet daun-daun maple merah dan emas musim gugur.

Udara dipenuhi aroma buku tua, kopi, dan basah tanah setelah gerimis.

Kedua pria tampan itu tampak menikmati suasana dan lingkungan sekitar, membandingkannya sedikit dengan kemegahan abadi Harvard di Boston yang dingin dan penuh ambisi.

Aiden selalu mengamati detail ke arah sekitar mencari sosok Helena, dengan kepala tegak dan postur siap menerima sapaan hangat dari tunangannya, sebuah sapaan formal yang dihiasi senyum.

Tiba-tiba, Aiden berhenti di bawah lengkungan pohon sycamore besar.

Matanya menyipit, fokusnya terpaku pada bangku batu kuno di bawah pohon oak raksasa.

Helena ada di sana, tetapi dia tidak sendirian.

Dia duduk berhadapan dengan Xavier Eoscar, pewaris tunggal Eoscar Corporation yang menjadi rival utama Aliston di pasar Asia.

Xavier tertawa lepas, dan dia dengan sengaja dan santai menyentuh lengan Helena saat menunjuk diagram di buku bersampul lusuh itu.

"Lihat, kau pasti setuju dengan ini, Nona Nelson," ujarnya.

Mereka tampak serius dan tenggelam dalam obrolan, sebuah diskusi yang tampak lebih dari sekedar akademis.

Helena, alih-alih menarik diri, matanya berbinar fokus dan senyum di wajahnya penuh dengan kekaguman murni.

Senyum yang biasanya hanya ditunjukkan Helena kepada Aiden saat dia berhasil memecahkan masalah analitis yang mustahil, atau saat mereka membahas strategi investasi.

Dalam sekejap, wajah Aiden kembali ke titik beku. Kehangatan tipis yang dia rasakan sepanjang perjalanan ke London menghilang total, digantikan oleh amarah yang dingin, tajam, dan mematikan seperti bilah pisau yang diolesi es.

Entah amarah seorang tunangan yang cemburu, atau amarah seorang pemilik modal yang melihat aset paling berharga miliknya disentuh pesaing.

​Noa, menyadari apa yang dilihat Aiden, tidak berusaha menyembunyikan ekspresinya. Seringai kegembiraan melintas di wajahnya, senyum puas atas penderitaan kecil Aiden.

"Aku kira asetmu tidak dijaga dengan baik, Aliston. Kelihatannya bayangan yang  di kirim tidak berhasil mengganggu Pewaris Eoscar," sindir Noa dengan suara pelan, penuh makna.

Aiden mengabaikan Noa, fokusnya hanya pada dua siluet di kejauhan.

Dia segera mengambil ponselnya, tangannya sedikit gemetar, bukan karena takut, tetapi karena dorongan untuk segera menegaskan wilayah dan kepemilikannya.

Dering telepon yang keras memecah keheningan dan diskusi intens di taman itu. Bahkan sebelum Aiden mengatakan satu kata pun.

Helena melihat ponselnya menyala, ikon berlian berkedip di layarnya.

Wajah gadis itu segera menampilkan ekspresi senang yang murni, lepas, dan tanpa kepalsuan.

Helena menjawab, "Ya, Kak."

Suara gadis itu seceria biasanya, seolah amarah dingin di ujung telepon hanyalah lelucon.

Xavier Eoscar sedikit memejamkan mata, wajahnya menampilkan sedikit iri hati saat mendengarnya.

"Tinggalkan tempat itu sekarang, Helena," perintah Aiden, suaranya rendah, penuh wibawa, dan sedikit bergetar karena menahan diri.

"Aku sudah berada di London. Dan aku ingin melihatmu."

Di bangku, Xavier Eoscar, yang mendengar suara samar dari ponsel dan melihat perubahan ekspresi Helena, menyeringai.

Dia tahu, siapa yang menelepon. Xavier berdiri, membungkuk sedikit ke arah Helena, dan tangannya tetap berada di bangku, menghalangi jalan keluar Helena sejenak.

"Sepertinya seseorang menunggumu, Nona Nelson," bisik Xavier, cukup keras agar Aiden di seberang telepon bisa mendengarnya melalui ponsel Helena.

"Sampaikan salamku pada Naga di Boston."

Helena menatap Xavier, lalu dengan mantap dia menjawab Aiden dengan nada tenang.

"Aku datang, Kak. Aku akan menunggumu."

Panggilan terputus.

Aiden menatap Noa, wajahnya kembali datar, seolah topeng baja telah kembali dipasang.

"Dia milikku, Ryder. Dan aku akan membuktikannya padamu dan Eoscar," tekannya dengan nada final, seperti mengucapkan sumpah.

Noa tertawa kecil, suara keringnya seperti gesekan kerikil.

"Tentu saja milikmu, Aliston. Sekarang mari kita lihat apakah dia datang sebagai sekutu yang setia, atau sebagai tawanan yang patuh."

Aiden tidak menjawab. Dia berbalik, melangkah dengan langkah yang jelas dan pasti menuju gerbang kampus, meninggalkan Noa sendirian di bawah pohon sycamore.

Dia tidak ingin menoleh lagi, karena dia tahu, bayangan Xavier Eoscar akan tetap ada di benaknya, sampai dia kembali menempatkan Helena tepat di tempat yang seharusnya di sisinya, terkunci dalam kendalinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!