Bound By Capital Chains
Tawa para penguasa pasar menggema di seluruh ruangan, diiringi dentingan gelas kristal dan aroma sampanye mahal memenuhi udara.
Bagi Aiden Aliston dan adiknya, Reyhan Aliston, itu bukanlah pesta perayaan, melainkan sebuah arena.
Setiap senyum adalah senjata, dan setiap bisikan adalah jebakan.
Di usianya yang menginjak 18 tahun, Aiden telah belajar menutupi emosinya, namun di balik mata datar itu, dia menyimpan ambisi yang membara.
Aiden tahu betul, di Keluarga Aliston, nilai seorang individu sejalan dengan kekuasaan yang dia miliki, dan dia bertekad untuk memiliki kekuasaan itu.
Reyhan, yang baru berusia 16 tahun, sudah terbiasa dengan persaingan kejam yang ditanamkan ayahnya, Henhard Aliston, membuatnya tidak jauh berbeda dari sang kakak.
Seorang pemuda bernama Leo, pewaris dari perusahaan Property, mendekat.
"Ngomong-ngomong soal pergerakan, dengar-dengar Ayahmu sedang berusaha mengunci ikatan Aliston dan Nelson secara resmi. Apa itu benar, Aiden?"
Reyhan menoleh cepat ke arah Aiden, ekspresinya sesaat goyah, sebuah celah tipis yang menunjukkan bahwa berita itu mungkin baru baginya.
Aiden menyesap sampanye-nya perlahan, membiarkan keheningan itu menggantung.
"Ayahku selalu mencari keuntungan terbaik untuk Aliston Corporation. Mengenai Tuan Nelson,"
Aiden berhenti, pandangannya beralih ke arah tempat Helena Nelson berdiri.
Bibirnya membentuk senyum tipis, dingin, nyaris tidak terlihat.
"Dia adalah mitra yang sangat berharga. Semua opsi untuk memperkuat ikatan sedang dipertimbangkan."
Saat kata 'ikatan' keluar, suaranya terdengar terlalu mulus.
Jauh di seberang ruangan, Helena Nelson memancarkan kehangatan yang kontras dengan dinginnya kristal dan marmer.
Di usianya yang sama dengan Reyhan, dia tampak seperti bunga yang mekar di tengah gurun.
Rambut cokelat gelapnya tergerai alami. Wajahnya selalu tampak sedikit merona, memiliki mata cokelat madu yang berbinar tulus.
Saat tawa para pewaris lain terdengar nyaring dan dibuat-buat, tawa Helena saat berbicara dengan ayahnya, Fedrick Nelson, dan ibunya, Calista Horrison, terdengar seperti dentingan lonceng perak yang murni.
Di tengah percakapannya, Helena terlihat mencondongkan tubuhnya ke arah seorang pelayan tua, berbisik mengucapkan terima kasih, sesuatu yang jarang sekali dilakukan di lingkaran konglomerat itu.
Helena adalah harta tak ternilai bagi keluarganya, bukti bahwa kekayaan tidak harus mengikis kebahagiaan.
Malam itu, Henhard Aliston mendekati Fedrick Nelson dengan senyum licik yang tersembunyi.
Di balik keramahan palsu. Dia mulai berbasa-basi mengenai kesuksesan kerja sama Aliston Corporation dan Nelson Corporation yang telah menjalin aliansi strategis selama lima tahun terakhir.
"Kita sudah seperti keluarga, Tuan Nelson,"
"Kurasa ini saatnya kita benar-benar mengikat hubungan ini." usul Henhard, suaranya licin seperti madu.
"Anak-anak kita bisa tumbuh bersama, mengenal satu sama lain. Kita hanya memberikan mereka fondasi, bukan memutuskan nasib mereka."
"Bagaimana kalau Aiden dan Helena bertunangan?"
Fedrick terkejut, ekspresi wajahnya berubah tegang. Dia menarik napas dalam-dalam, menolak dengan tegas.
"Aku tidak ingin melibatkan anak-anak dalam bisnis, Tuan Aliston," katanya, suaranya mengandung nada peringatan.
Bagi Fedrick, Helena bukanlah alat negosiasi, melainkan segalanya.
Calista, yang berdiri di sampingnya, mengangguk setuju, menambahkan, "Putri kami masih terlalu kecil untuk membahas pertunangan."
Namun, Henhard tidak mudah menyerah.
"Pertunangan ini hanyalah ikatan mempererat hubungan antara Nelson dan Aliston, lagi pula dimasa depan anak-anak bisa memutuskan pilihan mereka sendiri"
Henhard beralasan, menekan dengan kata-kata terakhirnya.
"Tidak ada yang akan dirugikan, Tuan Nelson. Yang terjadi mungkin hanyalah saham kita naik, bukan?"
Fedrick menatap Henhard, memahami bahwa pria itu menggunakan putrinya sebagai pion dalam permainan bisnis yang gila.
"Aku akan memikirkannya," jawab Fedrick. Dia meninggalkan Henhard dengan janji kosong di bibirnya, hatinya bergejolak.
***
Pagi berikutnya, Fedrick menerima telepon. Suara Henhard terdengar dingin dan lugas.
"Fedrick, pertunangan ini tidak akan menyengsarakan putrimu, hanya akan ada keuntungan untuk Nelson dan Aliston."
"Kau seorang pembisnis, kau tahu apa yang aku bicarakan." Henhard menutup teleponnya, seolah menegaskan bahwa diskusi telah usai.
Keesokan harinya, Aiden dipanggil oleh Henhard ke ruang kerja.
Ruangan itu dipenuhi dengan rak buku yang tinggi dan meja kerja yang besar, mencerminkan kekuasaan dan ambisi Henhard.
"Duduklah," perintah Henhard.
"Aku punya berita bagus untukmu."
Aiden duduk di kursi kulit mahal di hadapan meja, gerakannya efisien dan tanpa basa-basi, posturnya tegak.
"Ada apa," tanya Aiden dingin, suaranya datar tanpa intonasi, seolah tidak tertarik.
"Aku akan mengikat hubungan kita dengan Nelson Corporation lebih kuat lagi," ujar Henhard.
"Kau akan bertunangan dengan Helena Nelson."
Aiden mendongak, menatap ayahnya yang sedang tersenyum puas. Alih-alih terkejut atau sedih, sebuah kilatan perhitungan muncul di matanya.
Pikirannya langsung berputar, menganalisis situasi.
Dia merasa seperti bidak catur yang akhirnya ditempatkan pada posisi yang menguntungkan.
Di benaknya, Helena bukan lagi seorang gadis yang tertawa riang, melainkan sebuah gerbang. Sebuah kunci emas yang akan membuka seluruh dunia bagi seorang Aliston yang ambisius.
"Ini adalah kesepakatan bisnis. Perasaan tidak ada hubungannya di sini," Henhard melanjutkan, suaranya mengandung nada peringatan.
"Kau harus mematuhi setiap perintahku, Aiden." Henhard tidak memberikan ruang untuk negosiasi.
"Kau adalah Aliston. Kau akan hidup dan mati demi nama keluarga ini. Jangan pernah biarkan para bajingan itu mencuri apa yang susah payah aku miliki."
Aiden mengangguk pelan, mengerti apa yang dimaksud Henhard.
Meskipun Aliston kini secara resmi berada di bawah kendali Henhard dan kelak akan diwariskan kepada Aiden dan Reyhan, cabang keluarga Aliston lainnya tetap menatapnya bagaikan gunungan emas yang bisa mereka curi kapan saja.
"Aku mengerti."
Aiden menyetujui, namun bukan karena pasrah, melainkan karena dia melihat celah. kini dia akan memanipulasi takdir itu sendiri.
Bertunangan dengan pewaris Nelson bukan lagi beban, melainkan sebuah jalan pintas menuju penguatan kekuasaan yang dia dambakan.
***
Tiga hari setelah Henhard menelepon, Fedrick menemui Tuan William Harrison, sosok yang sangat dia hormati sekaligus mentor dan ayah mertuanya.
Fedrick menceritakan semua kegelisahannya dan tawaran pertunangan dari Aliston.
"Fedrick," Tuan William memulai.
"sejak dulu dunia bisnis memang tidak murni, harus ada pengorbanan di dalamnya."
"Meskipun Nelson kita menjadi salah satu dari lima naga di pasar negeri ini, tapi tembok Nelson masih rapuh, tidak seperti Aliston dan Eoscar yang sudah berdiri kokoh selama lebih dari lima generasi."
Fedrick mengangguk, memahami beratnya perkataan itu.
"Fedrick, aku mengerti perasaanmu. Helena adalah putrimu, cucuku dan dia adalah segalanya bagi kita semua," Tuan William berkata dengan nada lembut.
"Namun, aku juga melihat dari sudut pandang bisnis."
"Jika kau menolak, Henhard akan menyerang Nelson Corporation secara diam-diam."
"Tidak ada orang baik dalam bisnis. Jika itu terjadi, bukan hanya perusahaanmu yang hancur, tetapi juga reputasimu dan warisan yang telah kau bangun dengan susah payah."
"Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi," bisik Fedrick.
"Kau bisa menghindari itu semua," bujuk Tuan William.
"Dengan menyetujui pertunangan ini, kau tidak hanya menyelamatkan perusahaanmu, tetapi juga mengamankan masa depan Helena."
"Pertunangan ini adalah jembatan, bukan penjara. Jika kedua anak itu tidak bahagia, mereka bisa memutuskan pertunangan ini di kemudian hari. Ini hanya sebuah janji, sebuah ikatan, yang akan memberikanmu waktu dan pengaruh untuk mengendalikan Henhard."
Fedrick merasa kepalanya pusing. Dia menatap pantulan dirinya di cangkir kopi.
Di sana, Fedrick melihat bayangan pria yang telah mengorbankan segalanya untuk melindungi putrinya.
Namun, dia juga melihat bayangan pria yang kini dipaksa untuk menyerahkan satu-satunya harta berharganya demi kekuasaan.
Pertunangan itu memang hanya janji. Tapi bagi Fedrick, itu adalah pengkhianatan terhadap hatinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments