Follow;
FB~Lina Zascia Amandia
IG~Deyulia2022
WA~ 089520229628
Seharusnya Syapala sangat bahagia di hari kelulusan Sarjananya hari itu. Namun, ia justru dikejutkan dengan kabar pertunangan sang kekasih dengan perempuan lain.
Hancur luluh hati Syapala. Disaat hatinya sedang hancur, seorang pria dewasa menawarkan cinta tanpa syarat. Apakah Syapala justru menerima cinta itu dengan alasan, ingin membalaskan dendam terhadap mantan kekasih?
Ikuti terus kisahnya dan mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Panggilan Yang Berubah
"Akhhhhh...."
Untung saja tangan Arkala yang kekar, spontan menahan pinggang Syapala. Dia tersenyum dan menatap wajah Syapala tanpa segan.
"Ya ampun Adik, baru saja tadi bilang jijik, tapi sekarang sudah ingin bermanja," godanya tidak peduli gadis jutek yang kini sudah menjadi istrinya itu marah atau kesal.
Wajah Syapala meringis, dia merasa geli dengan ucapan Arkala. Perlahan tubuhnya yang sempat doyong dan ditahan oleh tangan kekar Arkala, bangkit. Syapala membetulkan kembali posisi tubuhnya.
Dia menjauh dari Arkala, meskipun tubuhnya barusan belum berdiri sempurna.
Arkala menatapnya dihiasi senyum, ia tidak marah atau kesal. Justru saat inilah kesabarannya diuji. Arkala telah berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Syapala mencintainya atau bucin, meskipun waktu itu entah kapan akan terjadi.
"Yang penting, aku harus terus berusaha. Biar waktu yang akan membuktikan. Saat ini biar aku yang mengalah, sebab aku tidak mungkin bertindak lebih tegas dari ini disaat hatinya masih sangat rapuh," pikirnya dalam hati.
Setelah kejadian hampir jatuh tadi, Syapala buru-buru menuju kamar mandi untuk membuka gaun pengantin yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas.
"Andai saja tadi aku mendengar Mbak Mutia untuk membuka gaun pengantin ini terlebih dahulu, mungkin sekarang aku tidak akan tersiksa seperti ini," gerutunya sambil berusaha membuka gaun pengantin yang melekat di tubuhnya.
Tidak gampang ternyata, sudah lima belas menit, Syapala masih belum selesai juga membuka gaun pengantin ribet ini. Tapi dia masih belum menyerah. Resleting di belakang gaun itu masih terus ia pelorotkan ke bawah.
"Akhhhh, susah banget. Mana aku harus membuka resleting ini tanpa bisa melihatnya. Kenapa gaun pengantin ini serumit ini?" Lagi ia merutuk karena kesusahan membuka resleting gaun yang letaknya berada di belakangnya.
Alih-alih berusaha, Syapala justru kelelahan. Tangannya pegal sendiri.
"Ya ampun...." kesahnya hampir mau menangis.
Setengah jam sudah, pintu kamar mandi mulai terdengar diketuk. Sepertinya Arkala mulai resah dan curiga kenapa dengan Syapala di dalam kamar mandi.
"Adik, kamu tidak kenapa-kenapa di dalam? Kalau sudah kamu buka gaun pengantinnya, segera keluarlah!" teriak Arkala terdengar khawatir.
Syapala tidak menjawab, sebab ia juga bingung. "Apa yang harus aku lakukan? Keluar kamar mandi ini saja dan minta tolong dia untuk membuka atau tetap bertahan di sini?" bingungnya.
"Apakah buka gaunnya sudah selesai?" Suara Arkala kembali terdengar lebih khawatir dari tadi.
"Abang takut kamu kenapa-kenapa, bicaralah!" desak Arkala benar-benar mulai resah.
"Baiklah, karena tidak ada jawaban dari dalam. Abang akan dobrak pintu kamar mandi ini dari sini," ujarnya lagi.
"Ya ampun, dia mau mendobrak pintu ini. Ini tidak boleh terjadi."
"Abang akan mulai mendobrak pintu ini. Kamu menjauh dari daun pintu," teriak Arkala lagi.
Syapala was-was, dan bingung harus memilih melakukan apa. Namun, sebelum Arkala melakukan dobrak pintu, Syapala buru-buru menuju pintu lalu memegang handlenya.
Suara rendah dan lembut daun pintu kamar mandi yang dibuka secara perlahan, akhirnya terdengar. Arkala senang bukan main, tatkala jemari tangan cantik sang istri sudah terlihat dari balik daun pintu.
"Akhirnya dia menyerah juga," gumamnya seraya tersenyum simpul. Saat tubuh Syapala mulai kelihatan, Arkala sejenak tersentak, terpaku, lalu tertawa kecil.
"Adik, kamu belum membuka gaun pengantinnya?" Arkala terbelalak, dia tidak percaya, selama 30 menit Syapala di kamar mandi, ternyata gaun pengantin itu masih melekat di tubuhnya.
"Lho, kenapa gaun pengantinnya masih belum dibuka?" Kala benar-benar kaget dan heran.
"Sleting belakang susah dibuka, saya ingin min...."
"Minta bantuan maksudnya?" Kala segera memotong kalimat terakhir Syapala. Desahan napas terdengar seakan ia menjawab iya.
"Baiklah, duduk di tepi ranjang itu. Saya akan membantumu," ujarnya langsung.
Syapala mengikuti perintah Arkala. Dia duduk di tepi ranjang dengan posisi membelakangi Arkala.
Arkala mendekat, senyum di bibirnya terbit. Entah apa yang sedang ia rencanakan.
Jari tangan Arkala mulai menyentuh besi pengait resleting, lalu perlahan ditarik ke bawah. Sayangnya, susah. Namun, Kala tidak kehilangan ide. Dia mengamati sejenak besi pengait itu.
"Rupanya itu masalahnya." Arkala sudah memahami apa duduk permasalahan sampai Syapala kesusahan membuka gaun pengantinnya.
Perlahan, besi pengait itu berhasil dipelorotkan. Dan hasilnya, terbuka dengan sempurna. Tadi, kaki resletingnya nyangkut di kain gaun, sehingga susah dibuka.
"Wawww," serunya setelah gaun itu bisa dibukanya.
"Sudah bisa dibuka, apakah Nona Suci masih perlu bantuan saya untuk membuka yang lainnya...."
Wajah Syapala langsung merengut dan melengos pergi menuju lemari baju. Arkala terkekeh, dia sengaja menggoda Syapala tanpa dosa.
Di balik lemari, Syapala membuka gaun pengantinya secara keseluruhan, lalu segera menggunakan pakaian lain.
Rasa lelah akibat pernikahan hari ini, membuat Syapala sangat ngantuk. Ia ingin segera memeluk bantal dan bermimpi.
"Adik!"
Langkah kaki Syapala terhenti, dia menoleh sesaat ke arah Arkala.
"Ada yang ingin saya obrolkan," ujarnya lalu mendekat. Tapi Syapala menjauh, dan lagi-lagi tidak sedikitpun menyahut.
"Tentang penyebutan panggilan diantara kita," lanjut Arkala.
"Mulai sekarang, karena kita sudah suami istri, maka panggilan kita berubah. Diantaranya, kata 'saya', saya ganti aku atau abang, tergantung situasinya. Aku bisa katakan aku atau abang dilain kesempatan, tergantung situasinya," tuturnya.
"Dan Adik, kamu jangan gunakan kata 'Anda' lagi ketika memanggil saya. Aku hanya mau Adik memanggil aku dengan kata abang, atau sayang, kekasih, cintaku juga boleh. Silahkan dipilih mana yang menurut Adik enak," ujarnya lagi cukup jelas.
Syapala tidak membalas apa-apa, hanya gerakan bibirnya sedikit berubah, sepertinya dia mengatakan, 'terserah'.
"Dan ingat, ya. Di dalam rumah ini, bersikaplah layaknya menantu yang baik. Lalu mengenai hubungan Adik dengan Laga yang hanya mantan, jangan sampai kamu perlihatkan rasa permusuhan di depan mata Mama dan Papaku," tekan Arkala.
"Kamu paham Adik?" tanya Arkala seraya menatap Syapala dengan penuh harap.
"Baiklah," jawabnya pelan.
"Ok. Karena abang melihat kamu sangat lelah dan ngantuk, maka abang perkenankan kamu tidur. Atau Adik mau tidur berdua? Yaaa, siapa tahu butuh sandaran dan pelukan," ucapnya santai.
Mata Syapala langsung tajam menyala, ia buru-buru menaiki ranjang dan berbenah.
Sementara Arkala malah terkekeh melihat gelagat Syapala yang ketakutan.
"Tidurlah. Lagipula malam ini aku nggak akan menerkammu. Aku tahu kamu lelah. Aku juga malam ini sangat lelah. Ingin istirahat sejenak, agar hari esok saat pedang pora, aku dan kamu terlihat vit," gumamnya mencoba pengertian.
Arkala berjalan menuju sofa. Kali ini dia mengalah dan tidur di sofa. Tubuhnya sudan menaiki sofa dan berbaring.
Sementara itu, Syapala yang baru menaiki ranjang dan berbenah tadi, kini mulai tertidur begitu cepat, sepertinya ia memang sangat lelah.
jngan2 nanti ni prita mau jdi plakor lagi
masih bnyak cewek kain dan mu harus robah sikap da pemikiran kmu laga jngan mudah di hasut
jodohin si laga teman pala thoor
ud putusin aja tunangannya biar kapok dia,tau GK,sesuatu yg kita dpt dngn cr yg tidak baik tu,akibatnya jg GK akan awet dan membahagiakan...
.pala udah bajagia sm kala..jgn ganggu ya😄😄