NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Hagia terkejut melihat kedatangan Hasya yang diantar Bilal, dengan satu buah toples besar berisi kukis coklat. Putrinya itu memang sangat suka dengan makanan yang mengandung rasa coklat, namun kali ini Hasya membawa kukis itu dari rumah Biru.

"Bundaaaa! Hasya di kasih kukis colekat sama, Uti!" serunya dengan wajah berseri-seri.

Hagia menautkan alisnya dan bertanya dalam hati, "Uti? Siapa lagi?" bingungnya. Namun ia tetap menyambut kedatangan Hasya dengan kedua tangannya.

Padahal baru setengah hari tidak bersama Hasya, tapi rasanya sudah sangat rindu. "Banyak banget kukisnya, siapa yang kasih?" ulangnya setelah mengurai pelukan erat pada sang putri.

"Ih Bunda, kan tadi Hasya udah bilang kalau Uti yang kasih." sahutnya dengan bibir cemberut.

Hagia mencubit gemas bibir panjang itu dan kembali bertanya, "Kan bunda gak tahu Uti siapa." akhir-akhir ini Hasya memang selalu punya nama-nama baru yang ia panggil, dan membuat Hagia bingung.

Gadis kecil itu melengos, dan memeluk toples kukisnya menujubke sofa ruang tamu. "Uti Hasya itu satu, gak ada yang lain. Cuma Uti Salma kata Abi." katanya, tangan kecilnya mencoba membuka tutup toples. "Bunda bukain." pintanya.

Hagia dengan cepat membukakan tutup toples itu, Hasya langsung mengambil dam memakan satu keping kukisnya. "Kukisnya enak, Bunda." katanya, Hagia tersenyum dan membelai rambut Hasya yang sudah tampak lepek.

"Tadi main sama, Uti?" selidik Hagia was-was, takutnya umi Salma belum sepenuh hati menerima Hasya.

Hasya mengangguk, karena mulutnya penuh kukis. "Uti baik gak?" tanyanya lagi, namun lagi-lagi hanya diangguki Hasya. Ibu satu anak itu hanya bisa menghela napas dan tersenyum melihat putrinya paham makan cemilan favorit nya.

.....

Di kediaman keluarga Bachtiar, mereka sedang menikmati makan malam bersama keluarga. Abi Ismail sudah kembali dari pengajian nya yang memang hanya di kota sebelah, Bilal dan Biru hanya mengajar para santri di pesantren juga sudah selesai. Maka, mereka bisa kumpul bersama menikmati makan malam.

"Besok-besok Hasya diajak nginep di sini aja, dia suka banget sama ayam goreng ini." ujar Umi Salma mengingat Hasya tadi siang makan lahap dengan ayam goreng.

Ismail menaikkan satu alisnya, ia tentu tidak tahu jika calon cucunya itu main ke rumahnya hari ini. "Hasya? Di kesini?" tanyanya ingin tahu. Padahal, ia menerapkan untuk makan dengan tenang dan tanpa percakan di meja makan. Namun, hal itu sulit dilakukan karena anak mertua (Umi Salma) selalu merusak aturannya.

"Mas Biru kangen sama anaknya, dan nyuruh Bilal jemput Hasya dinbawa kesini." jawab Bilal sambil tersenyum, Abi Ismail manggut-manggut mendengarnya.

"Kamu kenapa, Gus?" tegur Umi Salma, melihat Biru hanya mengaduk-aduk makanannya. Abi Ismail dan Bilal sontak melihat kearah Biru.

"Enggh...." Biru bingung saat sua mata tertuju padanya. "Biru sudah kenyang, Umi." jawabnya.

Umi Salma mengerutkan keningnya melihat piring Biru masih penuh dengan makanan. Bahkan belum berkurang setengahnya. "Habiskan makananmu, jangan buang-buang makanan." itu suara Abi Ismail. Beliau memang selalu tegas jika menyangkut makanan, sangat pantang baginya membuang makanan.

"Kalau memang gak nafsu makan, jangan ambil banyak-banyak!" imbuh Ismail tegas.

Akhirnya, Biru kembali menyuapkan makanannya meskipun di lidah terasa hambar. Bilal melirik Biru sambil tersenyum geli dengan pikirannya sendiri.

"Lesu amat mukanya, padahal cuma beberapa hari lagi status nya resmi jadi suami." celetuk Bilal, sukses membuat Biru tersedak.

Umi Salma yng memang duduk didekat Biru membantu sang putra menepuk-nepuk punggungnya. "Kamu kenapa sih, Gus? Makan gitu aja kok bisa tersedak!" omelnya, sambil memberikan gelas berisi air putih.

Setelah selesai minum, Biru menatap tajam adiknya. Seolah Bilal membuat kesalahan yang besar. "Apa? Kan aku benar." kata Bilal melihat tatapan mata Biru.

Calon pengantin pria itu mendengus kesal dan kembali melanjutkan makannya, setelah suara deheman sang kepala keluarga terdengar. Seperti sebuah perintah, agar semuanya diam dan menghabiskan makanannya masing-masing.

.....

Abi Ismail memanggil Biru setelah selesai menyimak beberapa santri yang melakukan hafalan Al-Qur'an. Beberapa hari setelah Biru kembali dari pesantren Darul Hikmah, beliau cukup sibuk mengisi ceramah di desa-desa terdekat, namun Abi Ismail merasa ada yang beda dengan putranya, hingga disinilah mereka sekarang.

Di sebuah pendopo yang ada di belakang rumah, suasana terasa sangat asri, sunyi, dan tenang dengan semilir angin malam. Di ikuti suara khas binatang seperti katak dan jangkrik, dan pepohonan yang saling bersentuhan akibat diterpa angin.

Dengan mata teduhnya, Abi Ismail memandang Biru penuh perhatian, mencoba memahami apa yang terjadi pada putranya. "Kamu gak mau cerita sesuatu sama Abi, Gus?" pertanyaan itu berhasil membuat Biru yang tadinya menunduk menatap Abinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Entah kenapa, Abi merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu. Apa Abi benar?" tanyanya lagi, membuat isi kepala Biru semakin kebingungan.

Setelah mengajukan dua pertanyaan itu, keduanya diam, suasana hening tak terelakkan. Abi Ismail yang menanti jawaban Biru, dan Biru yang masih menimbang-nimbang untuk bercerita atau tidak, tentang pernikahan nya dengan Hilya.

Namun, sepertinya Biru masih enggan menceritakan pernikahan rahasia itu, tanpa memikirkan jika kelak akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Atau Biru memang punya cara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa bantuan orang lain.

Biru menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Gugup aja, Bi. Jelang hari H." jawabnya bohong.

Abi Ismail tersenyum tipis dan manggut-manggut. "Berarti perasaan Abi salah?" katanya, masih mencoba memahami situasi.

Sebenarnya ini kali pertama ia berbohong pada orang tuanya, Biru berharap jika mereka percaya dan tidak curiga. Meskipun ia termasuk dalam kategori pembohong yang amatir.

"Ya gak juga, Bi. Biru merasa kalau semakin dekat semakin gelisah." elaknya. "Dulu, Abi kayak gini juga gak, waktu mau menikah sama, Umi?" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

Abi Ismail tertawa pelan, ia mencoba menepis kecurigaan nya pada Biru. Ia berharap jika apa pun masalah yang di hadapi putranya, bisa segera selesai. Kali ini ia akan percaya, jika Biru bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Menyadari jika Biru sudah dewasa dan akan segera membina bahtera rumah tangga nya sendiri.

"Itu wajar, Gus. Namanya juga akan memulai hidup baru. Apalagi statusmu bukan hanya sebagai suami, tapi juga langsung menjadi seorang ayah." ujar Abi Ismail, memandang kearah pekatnya malam, langit bertabur bintang.

"Abi harap, kamu bisa bersikap lebih dewasa, berpikir ribuan kali sebelum mengambil keputusan. Pertimbangkan baik dan buruknya, serta bisa menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab." katanya memberikan nasehat. Biru mengangguk dan mendengar nasehat baik itu.

"Bimbinglah istri dan anak-anak mu, untuk berjalan di jalan kebenaran, jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Insyaallah, rumah tanggamu dipenuhi berkah dan kebahagiaan. Sakinah mawadah warahmah, hanya kata-kata ini yang bisa Abi berikan. Sisanya, kamu belajar pelan-pelan." Abi Ismail memberikan nasehat panjang lebar untuk putranya, meskipun sedikit banyak Biru sudah paham, namun ia tetap menasehati, karena itu sudah menjadi bagian dari kewajibannya sebagai orang tua.

Biru tersenyum, merasa sedikit lebih tenang dan siap untuk menghadapi apa yang akan datang. "Terimakasih, Bi. Biru akan selalu mengingat nasehat, Abi." katanya dengan penuh rasa hormat.

*

*

*

*

*

TBC

Happy reading 🤗🤗🤗🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 🥰

Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻

1
Susapril Deping
Antukkan sekali kepala hilya biar sadar😁gemeees dech... liat hilya padahal paham agama
Starry💫: Reminder ya Kk, bahkan yang paham agama saja bisa salah dan di kalahkan dengan ego🤗
total 1 replies
Bahri Ali
cinta pertama biru berarti
Vanni Sr
ngeri² syedeep jgn smpe yg ahli agama bgitu jd perusaak, tkutnyaa jd pro dn kotra , krn si hilya psti ny pakai hijab pnjang.
Starry💫: Dari sini author ingin menyampaikan pesan, bahwa yang paham agama pun bisa melakukan kesalahan. Author sebelumnya juga udah konsultasi sebelum menulis cerita ini, pada yang lebih paham. Dan makasih kk udah mampir dan meninggalkan komen disini 🤗🤗🤗
total 1 replies
Susapril Deping
Alhamdulillah Di Lancarkan. Tapi Kok Aku Jadi Deg,.,,deg ..aaan yaaaa...Badai besar datang. Kasian Hagia berasa di bohongi 2x. apapun alasannya tetep saja sedih
Bahri Ali
yang sabar ya hagiaa
November
lanjut
Vanni Sr
sblm hagia tau mslah biru dn hilyah hrus sudah slsai kk
November
lanjut
Chelsea Aulia
Biru bodoh ,,,jangan menikahinya insting seorang wanita itu kuat biru
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!