NovelToon NovelToon
Bodyguard Om Hyper

Bodyguard Om Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Model / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Pengawal / Bercocok tanam
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Lepasin om! Badan gue kecil, nanti kalau gue penyet gimana?!"

"Tidak sebelum kamu membantuku, ini berdiri gara-gara kamu ya."

Gissele seorang model cantik, blasteran, seksi mampus, dan populer sering diganggu oleh banyak pria. Demi keamanan Gissele, ayahnya mengutus seorang teman dari Italia untuk menjadi bodyguard.

Federico seorang pria matang yang sudah berumur harus tejebak bersama gadis remaja yang selalu menentangnya.

Bagaimana jadinya jika Om Hyper bertemu dengan Model Cantik anti pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gampang tegang

Setelah ciuman itu, Gissele merasa terperangkap jauh oleh manisnya lelehan cokelat itu yang masih tertinggal di bibir Federico. Manis… hangat… dan membuat pikirannya kabur.

Sampai akhirnya, saat napasnya belum sepenuhnya stabil, Federico membisikkan sesuatu dengan suara rendah yang begitu seksi di telinganya.

"Cokelatnya manis kan, Nona?"

Gissele tak bisa menjawab. Tenggorokannya tercekat, wajahnya memanas seketika. Ia hanya bisa menunduk, dan tanpa sadar menyembunyikan wajahnya di bahu Federico.

Wangi tubuh Federico menyeruak—maskulin, dengan sisa cokelat yang masih terasa di sudut bibirnya.

“Nona malu?” Tanya Federico sambil menoleh sedikit, menyeringai kecil. “Saya pikir Nona iri dengan Zara jadi saya berikan cokelat yang spesial.”

Nada suaranya menggoda, nyaris membuat Gissele ingin kabur ke ujung dunia.

“Dasar Om gila.. Maksud gue bukan kaya gitu..” gumam Gissele, nyaris tak terdengar, masih menunduk. Dan anehnya rasa kesal itu mendadak hilang, yang ada hanya rasa aneh di dalam dadanya, sulit sekali dijelaskan.

“Oh ya?” Federico mencondongkan tubuhnya, mendekat ke telinga gadis itu. “Tapi Nona diam saja waktu saya cium. Nona menikmatinya, ya?”

Gissele langsung menggigit bibirnya. Ia ingin marah. Tapi tubuhnya tak mau bergerak. Bibirnya bahkan masih terasa hangat.

Sial.

Federico mengangkat tangannya, lalu dengan lembut menyelipkan helai rambut Gissele ke belakang telinganya.

Semakin dekat mereka, Federico bisa menghirup wangi shampo Gissele yang segar, “Harumnya... masih sama. Sampo stroberi ya?”

Tangan Federico perlahan memegang pinggang Gissele, membuat gadis itu menahan napas.

“Om…” bisik Gissele, terdengar sangat pelan dan lemah.

“Ya?” jawab Federico ringan. Ia menatap wajah gadis itu, lalu mencondongkan diri lagi, nyaris menyentuh bibirnya untuk kedua kali.

Namun kali ini Gissele buru-buru menarik diri, wajahnya memerah hingga ke telinga. “Cukup… cukup ya!”

Federico tertawa kecil, puas melihat reaksi Nona-nya. “Baiklah. Tapi lain kali, kalau minta cokelat saya bisa kasih lagi yang spesial, Nona.”

Gissele langsung berdiri dan mendorong bahu Federico agak kasar. “NGGAK YA! JANGAN LAGI!" Sentaknya.

Namun hatinya? Masih berdetak kencang, dan tubuhnya belum bisa melupakan rasa cokelat—dan bibir pria itu.

Ya.. rasanya memang manis..  Batin Gissele

Setelah beberapa saat berdebat dalam hatinya sendiri, akhirnya Gissele berniat keluar dan duduk di kursi penumpang seperti biasa.

Tapi.. pintunya masih dikunci. "Om buka kuncinya, gue mau pindah." Ucap Gissele dengan ketus.

Bibir Federico terangkat dan ia menyeringai. “Duduk di sebelah saya saja, Nona,” katanya santai, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Nggak-" Berniat menolak, ponsel Gissele bergetar dan ternyata Madam yang mengurus pemotretan, meminta Gissele datang lebih cepat.

"Ugh.." Dengan terpaksa, Gissele menatap sinis pria itu. "Yaudah cepet jalan, gue ditungguin."

"Siap, Nona."

Federico tetap dengan gayanya yang tenang, satu tangan di setir, satu lagi bersandar santai di jendela. “Nona masih marah?” Tanyanya sambil melirik sebentar.

Gissele melirik sekilas ke arahnya, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan ke depan. “Om… aah, Om nggak usah tanya-tanya! Udah jalan aja.” Gerutunya sambil salah tingkah.

Federico justru tekekeh, "Haha baik, Nona."

Gissele makin cemberut, memeluk tasnya erat. Wajahnya menoleh ke luar jendela, berusaha menutupi rona merah yang merambat pelan di pipinya.

Sepanjang perjalanan, keduanya diam. Akan tetapi walau diam, Gissele melirik ke arah Federico sesekali. Pria itu tetap menyetir dengan satu tangan, sesekali menggoyang jari ke irama lagu yang terdengar samar. Gissele menggigit bibirnya pelan, berpikir dalam hati.

Ya.. rasanya emang manis sih..  Batin Gissele seraya melirik bibir Federico.

...****************...

Mereka sampai di tempat pemotretan dan Madam Risa kembali menyambut. Gissele langsung cipika-cipiki dan Madam juga menyalani Rico.

"Hai Icel, hai Rico.. kita langsung mulai aja ya~" Gissele dibawa ke ruang make up dan setelah beberapa menit Gissele keluar dengan tampilan berbeda.

Gissele mengenakan gaun hitam ketat berbelahan tinggi dan rambutnya disasak menggoda. Ia menggigit bibir sambil berkaca—wajahnya sudah didandani dengan bold glam look, bibir merah dan mata tajam.

Bahkan lekuk tubuhnya begitu terlihat menampilkan kesan seksi dan juga asetnya begitu menjiplak.

Federico menelan ludah, ini pemandangan yang tidak boleh dilewatkan. Madam Risa sendiri senang dengan penampilan Gissele sekarang.

Tapi mendadak, seseorang menghampiri Federico. "Pak, ini perintah Madam.. Bisa ikut saya sebentar?"

"Oh oke.." Federico ikut saja walau sebenarnya ia merasa bingung ingin dibawa kemana.

Di sisi lain, Madam Risa tersenyum dan menjelaskan konsepnya pada Gissele. “Tema pemotretan kali ini 'pasangan seksi' dan kita mau promosikan lipstik. Iklan ini akan dipasang di iklan luar negeri.”

“Tapi model cowoknya mana?” tanya Gissele gugup. “Kok nggak ada?”

“Oh, itu…” Madam Risa cukup panik, "Dia mendadak cancel, Madam juga nggak tau kenapa tapi-”

Dan dari balik tirai masuklah Federico.

Dengan kemeja putih setengah terbuka, rambut sedikit berantakan, dan celana hitam pas badan, ia tampak seperti baru bangun dari ranjang.

Penampilannya begitu seksi dengan rahang yang tegas dan mata tajam. Tubuhnya begitu bagus sampai-sampai Gissele hampir tersedak ludah sendiri.

Federico menatapnya santai, senyumnya khas, licik dan tajam. Ia menghampiri perlahan.

“Mohon kerjasamanya, Nona,” bisiknya dengan nada rendah yang membuat bulu kuduk Gissele berdiri.

"Nah, Rico akan jadi model cowoknya!" Madam Risa kelihatannya bersemangat sekali.

Anjir..  Gissele membeku di tempat, napasnya tercekat. Tangannya yang memegang lipstik sedikit bergetar.

Harus banget sama dia..  Gissele merasa sesak tapi ia harus profesional. Bisa gila lama-lama sama dia terus, pikirnya.

“Nanti kamu megang lipstik terus pakai, abis itu terkam Rico yaa~ Jadi kaya kamu yang godain Rico gitu, cium-cium dia ya..."

Gissele memasang ekspresi jijik, "Dih, harus banget dicium-dicium?"

“Iya, kan konsepnya seductive. Kamu tunjukin gaya sensual yang bikin ugh dan tunjukin lipstiknya juga.. Nanti Rico diam aja ya, jadi Icel aja yang gerak.”

Federico tersenyum, "Ya saya akan diam dan menikmatinya."

Gissele menoleh tajam. Sialan Om-om m*sum ini, nyari kesempatan ternyata.. 

Federico mendekat, kini sudah berdiri tepat di belakangnya. Pria itu lalu berbisik dengan suara rendahnya, "Goda saya yang benar ya, Nona."

“Om, sialan…” desis Gissele, wajahnya panas, tapi tubuhnya tetap diam. Gissele sedang menahan diri untuk tidak menimpuk pria itu.

Click! 

Kamera mulai berbunyi dan pemotretan dimulai. Iklan ini berupa video yang bergaya sensual. Untungnya Gissele sudah cukup umur untuk menjadi model seperti ini.

Lampu sorot menyala. Kamera menyorot wajah Gissele dari samping. Sedangkan Federico sedang duduk di kursi, menunggu aksi dari gadis dihadapannya.

Dengan tangan gemetar, Gissele mengambil lipstik warna cherry red. Tangannya bergetar saat menyapukannya ke bibir, sementara matanya sesekali melirik Federico. Ia tahu wajahnya memerah, tapi tidak bisa menyembunyikannya.

Lalu, dengan ragu-ragu ia mendekat ke arah Federico dan—menciumnya. Di pipi, sedikit gugup dan cepat.

“Cut!” Suara Madam lantang.

Wajah Madam terlihat kecewa. “Icel, ekspresimu kayak orang habis nyuri mangga. Kurang seksi! Kurang nendang!”

Gissele menunduk, malu. Jujur saja baru pertama kali ia segugup ini.. Apa karna lawan mainnya adalah Federico? Pria iti terus saja membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Federico hanya tertawa pelan dan berbisik ke telinganya, “Nona, jangan terlalu kaku. Anggap saya... partner kerja biasa.”

Gissele menarik napas panjang dan menenangkan diri. Ia tau, ini saatnya bersikap profesional. Lalu... ia mencoba lagi.

Kamera mulai merekam. Kali ini Gissele harus bisa menggoda dengan seksi, ini semua untuk keejaan.

Gissele mengoles lipstik ke bibirnya—kali ini perlahan, sensual, matanya menatap kamera dengan kilatan berani.

Jarinya menyapu bibir merah itu sendiri dan terlihat seksi. Jari yang masih tersisa lipstik mulai digesek ke bibir Federico, membuat bibir pria itu ternoda sedikit lipstik.

Dengan berani, Gissele menyentuh kerah kemejanya, sedikit membuka kancing atasnya. Gerakannya luwes, tak ada lagi gemetar.

Lalu satu kecupan di pipi Federico. Lalu satu lagi. Dan lagi. Sampai akhirnya... wajah Federico dipenuhi jejak lipstik merah menyala.

Tangan gadis itu terus bergerak sensual di da da bidang pria itu, matanya menjadi tajam seolah-olah siap menerkam Federico.

Gissele menujukan lipstik dan menggesek kembali bekas kecupan itu agar kamera bisa merekam bahwa, lipstik itu awet dan tidak geser.

Tim kreatif di belakang kamera menahan tawa dan kekaguman.

Madam berseru, “Nah, itu dia! Terusin! Terusin!”

Gissele mulai terbawa suasana. Tangannya menyusuri dada Federico yang tersembunyi di balik kemeja. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke rahang pria itu—dan dengan lirih, mengecupnya dekat dagu. Tatapannya kini lebih tajam dan penuh percaya diri.

Kamera menangkap semua.

Federico sendiri sempat terdiam. Biasanya ia tenang dan santai. Tapi sekarang? Bibirnya sedikit menganga, matanya terpejam sebentar saat Gissele mendaratkan satu kecupan dekat bibirnya.

Gissele tahu dia berhasil saat Federico menahan nafas. Pria itu benar-benar tidak menyangka.. Gadis yang selama ini ia kerjai ternyata bisa seberani ini.

Sambil tersenyum kecil, Gissele melirik ke kamera dan membisikkan kalimat naskah iklan.

"One Swipe, All Eyes on You."

Satu potret terbaik hari itu berhasil diabadikan. Madam berseru senang.

Sebenarnya iklan sudah selesai tapi.. Federico mendadak kehilangan diri. Bagaimana bisa ia tahan dengan godaan itu? Nampaknya kali ini ia yang tidak profesional.

Federico menarik pinggang gadis itu dan membuat mereka semakin mendekat. Pria itu menangkup pinggang Gissele seperti memeluknya, tangan besarnya perlahan naik ke punggung dan menatap tajam Gissele.

Dan Gissele merasakan tonjolan aneh dibawahnya.

"Om kenapa..?" Gissele agak panik sesaat karna ini tidak sesuai naskah dan kamera masih merekam. Semua orang mulai menggigit jari dengan hebat, pemandangan ini sangat sensual melebihi naskah.

"Nona tunggu sebentar." Bisik rendah pria itu.

"Om kenapa lagi, ah lepasin.."

"Sorry, i'm hard."

Anjir maksudnya? Gissele benar-benar panik. Pria ini  sedang turn on? Ia ingin segera pergi setelah mendengar itu tapi Federico terus menahan pinggangnya.

"Tolong disini sebentar, Nona."

Posisi ini begitu berbahaya dan banyak pasang mata yang melihat.

1
Elmi Varida
wkwkwkkkk...🤣🤣salah sasaran si Federico🤣🤣
Dyah Rahmawati
lanjuut😘
Dyah Rahmawati
giseel ...ooh giseel 😘😘😀
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!