NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Pengganti / Balas Dendam / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Setelah kematian istrinya, Nayla. Raka baru mengetahui kenyataan pahit. Wanita yang ia cintai ternyata bukan hidup sebatang kara tetapi ia dibuang oleh keluarganya karena dianggap lemah dan berpenyakitan. Sementara saudari kembarnya Naira, hidup bahagia dan penuh kasih yang tak pernah Nayla rasakan.
Ketika Naira mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya, Raka melihat ini sebagai kesempatan untuk membalaskan dendam. ia ingin membalas derita sang istri dengan menjadikannya sebagai pengganti Nayla.
Namun perlahan, dendam itu berubah menjadi cinta..
Dan di antara kebohongan, rasa bersalah dan cinta yang terlarang, manakah yang akan Raka pilih?? menuntaskan dendamnya atau menyerah pada cinta yang tak seharusnya ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#17

Happy Reading...

.

.

.

Setelah pemeriksaan kandungan itu, dalam hati Raka memutuskan satu hal penting yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia memutuskan untuk merubah rencana balas dendamnya. Keputusan itu ia ambil setelah mendengar detak jantung bayi kecil di dalam perut Naira. Suara lembut itu membuatnya sadar bahwa anak itu tidak bersalah. Anak itu tidak melakukan kesalahan apa pun terhadapnya, terhadap Nayla atau terhadap siapa pun. Meski ia masih tidak tahu anak siapa itu.

Saat menyetir pulang, Raka berulang kali melirik Naira melalui kaca spion tengah. Perempuan itu sibuk mengelus perutnya, wajahnya terlihat lebih tenang dari biasanya.

.

.

.

Beberapa minggu berlalu sejak keputusan itu, hubungan mereka perlahan membaik. Setiap pagi, Raka terlihat lebih lembut saat menyapa Naira. Tidak ada lagi tatapan datar seperti dulu. Ia bahkan sering bertanya apa ada yang ingin dia makan atau inginkan. Apakah Naira merasa mual atau hanya sekadar memastikan ia tidur nyenyak malam itu.

Sepulang dari bekerja, Raka menghampiri Naira yang sedang duduk di teras sambil memangku Jingga.

“Kamu sudah makan?” tanya Raka sambil menaruh tas kerjanya di kursi kosong di sisi Naira.

“Sudah,” jawab Naira sambil tersenyum kecil. “Aku makan siang bersama Jingga tadi.”

Raka mengangguk, lalu duduk di sampingnya. “Kalau malam ini kamu ingin sesuatu, bilang saja. Aku bisa beli atau suruh Bik Sumi memasaknya nanti.”

Naira memiringkan kepala, memperhatikan wajah Raka. “Aku ingin buah melon. Apa boleh?”

“Tentu saja.” jawab Raka cepat. “Nanti aku akan membelikannya untuk kamu.”

Naira tersenyum. “Tidak perlu terburu-buru. Nanti setelah kamu mandi saja.”

Raka menatapnya lama sebelum mengangguk. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa memperhatikan permintaan Naira sekecil apa pun itu.

Sedangkan Naira yang mendapatkan pertanyaan itu selalu menjawab dengan antusias. Kalau ia ingin camilan, ia akan mengatakannya. Kalau ingin berjalan sebentar, ia pasti meminta ditemani. Jika ia merasa mual, ia akan langsung memanggil Raka dan memintanya untuk mengusap perutnya. Dan tanpa sadar, Raka selalu menuruti semuanya.

Namun meski hubungan mereka mulai menghangat, tapi ada satu hal yang sama sekali tidak berubah dari sikap Raka. Posesifnya.

Setiap kali Naira ingin keluar rumah untuk berbelanja dengan bik sumi, Raka selalu muncul dengan ekspresi tidak sukanya.

Namun pernah ketika membuka pintu depan, suara Raka terdengar dari balik sofa.

“Kamu mau ke mana?” tanyanya datar.

Naira terlonjak kecil. “Beli ice cream. Di mini market depan, Rak. Lima menit saja.”

Raka meletakkan ponselnya, menatapnya tanpa berkedip. “Tidak boleh.”

“Tapi aku ingin makan ice cream. Mini market depan...”

“Aku bilang tidak usah.” Potong Raka.

Naira menahan napas. “Kenapa ?”

“Aku tidak suka kamu keluar tanpa aku,” jawab Raka dengan tegas.

“Rak… aku bukan anak kecil. Aku bisa jalan sendiri.”

Raka berdiri, mendekatinya perlahan. “Aku tidak peduli. Kamu sedang hamil. Dan aku tidak mau mengambil risiko apa pun. Kamu mengerti?”

Naira mencoba meredam kekesalan dalam dadanya. “Aku hanya ingin membeli ice cream saja, Raka.”

“Aku yang akan membelikannya untuk kamu. Jadi kamu tidak perlu keluar.”

“Tapi aku ingin pilih sendiri!”

“Tidak,” ujar Raka pelan namun tegas. “Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bilang ke aku. Jangan pergi sendiri.”

Naira menutup matanya sebentar, mencoba mengontrol emosi. “Raka, tidak kah kamu merasa kalau kamu sedikit terlalu berlebihan.”

“Kalau itu membuat kamu aman, aku tidak peduli.” Jawab Raka.

Perkataan itu membuat Naira terdiam. Ia akhirnya menghela napas panjang. “Baik… kalau menurutmu itu yang terbaik untukku.”

Raka menatapnya lama, lalu menyentuh bahunya dengan hati-hati. “Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu.”

Naira menunduk. “Aku tahu…”

Raka melembutkan genggamannya. “Aku akan belikan ice creamnya. Kamu tinggal sebut mau rasa apa.”

Naira mengangkat wajah, menatapnya dengan campuran kesal dan luluh. “Vanila, coklat, macha.”

“Baik,” jawab Raka sambil mengusap puncak kepalanya sekilas. “Aku beli sekarang.”

Meski kini tingkah Raka jauh lebih hangat, sisi posesifnya tetap menempel kuat.

.

.

.

Suasana ruang kerja Raka siang itu dipenuhi aroma kopi dan kertas blueprint yang berserakan. Di hadapannya, layar monitor menampilkan desain renovasi sebuah hotel yang tenggatnya tinggal dua hari lagi. Jari-jarinya menari di atas mouse, memeriksa setiap detail kecil pada sketsa interior yang ia kerjakan.

Raka baru saja hendak memindahkan layer gambar ketika pintu ruangannya diketuk cepat.

“Masuk,” ucapnya tanpa menoleh.

Pintu terbuka dan Dava orang kepercayaannya masuk dengan wajah yang tampak lebih tegang dari biasanya. Raka langsung bisa merasakan pasti ada sesuatu yang tidak beres.

“Ada apa, Dava?” tanyanya sambil menutup blueprint di mejanya.

Dava mengambil napas sebelum berbicara. “Pak, saya baru mendapat laporan penting dari beberapa mata- mata kita yang sedang mengawasi keluarga Ardiansyah.”

“Laporan apa?” Raka mengernyit, kedua alisnya bertaut.

Dava maju selangkah dan menurunkan suaranya. “Kedua orang tua Naira, tuan Rico dan Nyonya Tika dan Arvino… mereka sudah mulai mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari keberadaan Naira.”

Raka berhenti bernapas sejenak. “Mereka… apa?”

“Sepertinya mereka yakin jika nona Naira masih hidup setelah kecelakaan. Dan berita buruknya adalah…” Dava melirik ke arah pintu seolah memastikan tidak ada yang mendengar. “Anak buah mereka sudah terlihat berada di sekitar komplek perumahan tempat Pak Raka tinggal.”

Raka berdiri dari kursinya, kursi itu bergeser ke belakang dengan suara berderit. “Sejak kapan mereka berada di sana?”

“Baru hari ini, Pak. Mereka menggunakan mobil berbeda, tapi pola gerakannya sama. Mereka memantau setiap kendaraan yang keluar dan masuk. Mereka bahkan sempat berhenti cukup lama dekat pos satpam.”

Raka memijat pelipisnya, menahan amarah yang mulai mendidih. “Berani sekali mereka mendekati rumahku.”

“Saya takut… mereka akan mencoba masuk atau mengikuti siapa saja yang keluar dari rumah, Pak.” tambah Dava hati-hati.

“Kamu yakin mereka tahu kalau Naira berada di rumahku?” tanya Raka dengan suara rendah.

“Sepertinya iya, Pak. Mereka pasti mencurigai Bapak, karena Bapak adalah orang terakhir yang terlihat di lokasi kecelakaan.”

Raka menghela napas berat. Dava hanya diam. Setelah beberapa detik hening, Raka berbicara lagi. Suaranya dingin. “Perketat pengawasan di rumah. Tambah orang di sekitar gerbang. Kalau perlu, pasang kamera tambahan dekat taman depan.”

“Siap, Pak.”

Raka menatap jendela besar di ruangannya, melihat bayangan dirinya sendiri. “Aku tidak akan membiarkan mereka mengetahui keberadaan Naira. Tidak satu pun dari mereka.”

Dava menunduk hormat. “Saya mengerti, Pak. Saya akan mulai mengatur semuanya.”

Setelah Dava pergi, Raka menutup wajahnya dengan tangan. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Tanya Raka pada dirinya sendiri. “Apa aku harus membawa keluargaku pergi?”

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak..

1
Tutuk Isnawati
kasihan jingga
Tutuk Isnawati
berarti dua2 emg krg perhatian dan kasih sayang ortu pa jgn2 mreka bkn ank kndung
Tutuk Isnawati
iya bwa pergi aja kyanya tunangan nya nai jg jahat
chochoball: padahal raka juga jahat lohhh
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor.
Tutuk Isnawati
trus hamil ank siapa dong naira
chochoball: Hayoooo anak siapa?
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!