NovelToon NovelToon
RAHASIA CINTA SANG DOSEN

RAHASIA CINTA SANG DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Poligami / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Qireikharisma

"Aku tidak bisa mencintainya, karena sejak awal hatiku tidak memilihnya. Semua berjalan karena paksaan, surat wasiat ayah, janji ayah yang harus aku penuhi."

"Semua yang terjadi bukan atas kemaunku sendiri!"

"Dengarkan aku, Roselyn... hanya kamu yang mampu membuatku merasakan cinta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qireikharisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Naeira Berharap

Naeira tengah memperhatikan Jayden yang sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya. Ia mulai membayangkan untuk kembali bekerja di kantor seperti mengurus proyek dan tentunya bisa terus berdampingan dengan Jayden di kantor.

“Jayden, aku ingin kembali bekerja di kantor,” ucap Naeira, suaranya memecahkan keheningan. Jayden menghela napasnya sebelum akhirnya menutup laptop dan mengalihkan tatapannya pada Naeira.

“Ok, kebetulan Davin membutuhkan seorang asisten,” ucap Jayden datar, tanpa ekspresi.

Naeira mendesah kesal, seharusnya Jayden akan menempatkannya di posisi berada didekatnya.

“Aku ingin bekerja denganmu! Jayden, bukan bersama Davin,” desah Naeira menahan emosinya, suaranya tercekat dengan ekspresi menampakan kekecewaan.

Jayden menoleh, menatapnya dengan sorot tajam yang membuat udara seketika menegang. “Kalau kamu benar-benar ingin bekerja, kamu harus profesional bukan mementingkan keinginan pribadi.”

“Tapi kenapa harus menjadi asisten Davin?” tanyanya kesal mengepalkan lengannya, menahan emosi.

“Ya memang kemarin Davin memintaku seorang asisten untuknya dan kebetulan kamu ingin kembali bekerja, aku tidak memaksa.” Jayden tidak peduli dengan kemarahan Naeira, ia kembali fokus pada berkas-berkasnya.

Naeira terdiam meskipun hatinya berontak namun tak ada pilihan baginya. Naeira memutuskan keluar ruangan dengan perasaan marah bercampur kesal menuju ruangan Davin, berusaha menahan gejolak emosi yang hampir meluap.

Davin mendongak dari balik meja kerjanya, saat pintu ruangannya terbuka. “Naeira?” tanyanya heran.

Tanpa banyak basa-basi, Naeira masuk keruangan Davin dan langsung duduk dikursi dengan mendesah kesal. “Jayden sungguh menyebalkan, dia tidak pernah mengerti keinginanku! Aku ingin kembali bekerja di kantor berdampingan dengannya namun dia menempatkanku jadi asistenmu,” keluhnya, nadanya terdengar kesal dan bibirnya cemberut.

Davin terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan Naeira, matanya sedikit membesar, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan. “Apa? Kau akan menjadi asistenku?” ulang Davin, seakan tak percaya.

Naeira mengangguk sambil menatap ke arah Davin. “Ya, katanya kamu lagi membutuhkan seorang asisten.”

Davin menatap Naeira cukup lama, melihat bagaimana wajahnya masih menyimpan amarah dan kekesalan pada Jayden. Ia menghela napas perlahan, lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekat kearah Naeira dan menepuk lembut bahu Naeira, memberi rasa nyaman di tengah kekacauan hatinya.

“Aku memang meminta seorang Asisten pada Jayden kemarin, lalu tiba-tiba kenapa kamu ingin kembali bekerja di kantor?” tanya Davin penasaran sambil tersenyum lebar.

“Aku hanya bosan dengan kegiatanku dirumah, dan mungkin akan lebih baik aku kembali bekerja lagi dikantor, terlebih aku bisa lebih lama bersama Jayden,” ucapnya, Davin hanya mengangguk pelan dan tersenyum penuh arti.

“Kapan kamu akan sadar dan menyerah Naeira? cinta, hati dan perasaan Jayden bukan untukmu sejak awal,” gumam dalam hati Davin sambil menatap mata Naeira cukup lama.

“Hei Davin, kenapa kamu jadi melamun?” Suara Naeira membuyarkan lamunannya, tanpa sadar Davin menggeleng sambil tersenyum tipis.

“Naeira bukankah Jayden tidak memaksamu untuk jadi asistenku? Kamu tidak perlu marah atau kesal. Jika kamu sakit hati karena keinginanmu bekerja agar ingin lebih lama dekat dengannya, anggap saja Jayden sedang berusaha menjaga profesionalitasnya dalam pekerjaan,” ucap Davin sambil mengelus pundaknya lembut, penuh pengertian.

Naeira menatap terkejut dengan ketulusan sikap Davin, dadanya yang sesak perlahan terasa lega, meski rasa kecewa pada Jayden masih membekas.

Davin tersenyum hangat, lalu menunduk sedikit agar sejajar dengan pandangan Naeira. “Kita jalani bersama, ya? Jika kamu mau jadi asistennya aku. Dan aku janji tidak akan menyulitkanmu, kita bekerja sama dalam menangani proyek, kalau kamu merasa terbebani, kamu bisa bicara padaku kapan saja. Aku akan mendengarkan keluh kesahmu,” jelas Davin dengan diakhiri tawa pelan.

Tatapan Naeira sedikit melembut, hatinya bergetar mendengar perkataan Davin yang seolah sedang merayunya. Dalam hati Naeira berharap bahwa suatu saat Jayden akan seperti Davin mengerti dirinya, menenangkannya saat marah, dan menghiburnya ketika kecewa, bukannya justru menjadi sumber kemarahan dan kekesalan hatinya.

“Terima kasih, Davin. Kamu memang selalu mengerti aku” bisiknya lirih sambil memeluk Davin.

 -----

Jayden bersiap untuk kembali ke kampus setelah menyelesikan pekerjaannya dikantor. Jayden merapikan jasnya dan melirik jam tangan lalu meninggalkan ruangannya.

Sesampainya di kampus, Jayden melangkah menyusuri koridor, beberapa mahasiswa menyapanya dengan hormat, namun tatapannya seperti biasa datar dan dingin, hanya mengangguk sekilas merespon para mahasiswanya.

Begitu masuk ke dalam ruangan kelas, ia melihat Roselyn sedang duduk, sibuk dengan catatannya. Gadis itu mendongak begitu menyadari kehadirannya. Jayden tersenyum tipis pada Roselyn sedangkan gadis itu dengan cepat kembali menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Pak Jayden tersenyum tuh! ke kamu, Lyn," bisik Clara yang duduk di samping kursinya. Roselyn pura-pura tak mendengar seolah fokus dengan bukunya.

"Bonjour, Monsieur." Selamat siang Pak," suara dari mahasiswa lain menyambut hangat.

"Bonjour à tous." selamat siang semuanya," sahut Jayden menatap sekeliling mahasiswa di hadapannya.

"Bagaimana dengan tugas kalian kemarin? Apa ada kesulitan memahaminya?" tanyanya.

"Ada pak, banyak ga ngertinya," jawab Fifi menahan tawa.

"Bagian mana yang sulit, Fifi," tanya Jayden datar.

"Coba minta Roselyn menjelaskan, sepertinya dia cukup paham, tolong maju ke depan beri penjelasan Roselyn." Panggilnya tenang dengan nada datar.

Roselyn mendelik kesal sambil mengatur dadanya yang berdebar, "Kenapa harus aku, Monsieur?"

"Karena saya yakin kamu cukup mengerti dan bisa menjelaskan kepada temanmu," jawabnya sambil menatap Roselyn dengan tatapan penuh arti.

"Baiklah," gumamnya lirih. Roselyn berdiri perlahan sambil membawa bukunya dan berjalan menuju papan tulis.

Jayden memeperhatikan gerak-gerik Roselyn dengan tatapan dingin yang fokus kearahnya sehingga membuat Roselyn gugup dan membuatnya tidak nyaman.

Roselyn menatap sekilas ke arah teman-temannya lalu memulai menjelaskan secara perlahan, Beberapa diantara temannya terlihat mengangguk tanda mereka memperhatikan penjelasan Roselyn.

"Novel klasik ini banyak menggunakan kalimat figuratif. Misalnya dibagian awal kalimat ini, Le soleil s' ètait noyé dans son sang qui se fige. (Matahari tenggelam dalam darahnya yang membeku), memberi kesan dramatis,tragis dan penuh emosi." Ujar Roselyn membaca kembali kutipan kalimat dalam novel tersebut.

Setelah pandangannnya mengarah pada teman-temannya, lalu Roselyn menoleh singkat ke arah Jayden, mencari isyarat apakah penjelasannya tepat atau kurang. Jayden hanya menatapnya dengan ekspresi tenang sambil tersenyum tipis memberi anggukan kecil, seolah memberi isyarat, lanjutkan, kamu benar.

Roselyn kembali menjelaskan tentang gaya bahasa seperti metafora, simile, personifikasi dalam novel tersebut. Namun saat Roselyn memulai menjelaskan kembali, kali ini suaranya terdengar ragu, ia terdiam tangannya sedikit gemetar, berhenti menulis di papan tulis, membuat suasana kelas jadi hening.

Jayden mengerti dan segera berdiri melangkah mendekat ke arah Roselyn, " Biar saya lanjutkan,” katanya tenang.

Roselyn mengangguk pelan, menyerahkan spidol pada Jayden yang berdiri tepat di sisinya, karena jarak yang begitu dekat, membuat pipi Roselyn memanas, membuatnya salah tingkah.

“Monsieur, aku ijin duduk ya,” ucap Roselyn pelan. Jayden mengangguk sambil tersenyum.

"Terimakasih Roselyn, penjelasanmu cukup bagus." Puji Jayden membuat hatinya berdesir. Roselyn hanya berharap mahasiswa lain tidak menyadari sikapnya yang salah tingkah karena gugup, lalu Jayden melanjutkan kembali pembahasannya.

Roselyn dengan cepat kembali ke tempat duduknya sambil menunduk dan mengendalikan getar kencang di dalam dadanya, Clara yang berada duduk sebaris di sampingnya hanya tersenyum melihat interaksi Jayden dan Roselyn hingga membuatnya salah tingkah dan wajahnya merah merona.

Lanjut Part 22》

1
KP - YUSUP IKBAL
Suka alur ceritanya.
Azure
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
KP - YUSUP IKBAL
Menarik
Black Jack
Membuat saya terharu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!