NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Haha, Dia Datang Mengantarkan Nyawa

"Kenapa aku nangis? Lagi pula, aku nggak pantas buat pria sebaik Arman, dia terlalu sempurna buatku," batin Melati.

Gadis yang sekarang berdiri di tepi jalan hendak menyebrang itu memperhatikan dirinya dari ujung kaki. "Pincang! Kotor!" ucapnya pada diri sendiri.

Bibirnya tersenyum getir, tapi matanya tak dapat berbohong, mata itu berkaca-kaca, pipinya terasa panas, memerah karena menahan tangis.

"Bukannya udah biasa? Biasa kalau dijauhi sama semua orang?!"

"Hhaaaaahhhhh," Melati menarik nafas dalam dan dia seolah lupa kalau sedang berdiri di tepi jalan, dia melangkah tanpa melihat kanan dan kirinya membuatnya nyaris tertabrak.

Beruntung ada seorang ibu-ibu muda yang menariknya ke belakang. "He! Opo koe ora weruh? Kae bis, lho!" bentak wanita berhijab coklat susu itu seraya menatap Melati, tajam.

"Maaf, nggak lihat," jawab Melati, tubuhnya gemetar hebat, wajahnya pucat, lidahnya kerasa kelu.

"Lain kali hati-hati!" pesan wanita itu yang kemudian pergi meninggalkan Melati.

"Terima kasih, Bu," ucap Melati dengan pandangan tak lepas pada wanita yang sekarang masuk ke mobil angkutan umum itu.

Sekarang, Melati melihat kanan dan kirinya, setelah aman dia pun menyebrang, Melati kembali ke kamar Kemuning, dia mencoba melupakan Arman yang sempat mampir ke hidupnya.

"Dia udah berangkat ke pondok, mbok," tutur Melati seraya menatap si mbok. Melati masuk dan menutup pintu ruangan tersebut.

Merasa lengket karena belum mandi, Melati pun izin untuk pulang pada Kemuning dan si mbok.

Kemuning yang berbaring dengan membelakangi semua orang itu tak menjawab, dia masih sedih, malu untuk bertemu dengan semua.

Tepatnya, gadis itu sedang down, jatuh sejatuh-jatuhnya. "Dek, Mbak pulang dulu ya. Kamu mau dibawain apa nanti?" tanya Melati seraya mengusap lembut kepala sang adik.

"Nggak usah, Mbak. Muning nggak pengen apa-apa," jawab Kemuning seraya menoleh, dia menyunggingkan senyum tipisnya.

Melati tau, tau kalau adiknya membutuhkan waktu untuk menerima keadaannya, dia pun membalas senyum itu. Lalu, Melati mengecup kening adiknya.

"Mbok, nanti mau dibawain apa?" tanya Melati dan si mbok menjawab kalau menginginkan baju ganti saja.

Singkat cerita, Melati turun dari angkot tepat di depan gang menuju ke rumahnya, di depan gang itu ada tukang becak, ojek, tapi ada yang pura-pura sibuk, ada juga yang pura-pura tak melihatnya.

Melati tau kalau mereka enggan padanya.

Tak berharap apapun pada mereka, Melati melanjutkan langkah, walau pelan tapi pasti, dia terus berjalan dengan dibantu tongkatnya, tak menghiraukan pada mereka yang hanya bisa diam-diam memperhatikan untuk dijadikannya bahan gibahan.

Selama berjalan itu pula Melati tak henti memikirkan apa yang salah pada dirinya dan Kemuning. Kemudian, dia beralih memikirkan mimpinya yang seolah masuk ke dunia masa lalu, jauh sebelum dia di lahirkan.

"Kin?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kata si mbok, perempuan itu yang ingin mengganggu keluarga kami, tapi dari penggalan yang ku lihat justru Bapak yang mengganggu Kin?!" batinnya.

Tak terasa, Melati sudah sampai di halaman rumahnya yang luas, dia memperhatikan rumah yang besar tapi sudah tak terurus itu.

Bahkan sisa kebakaran kemarin masih belum tersentuh, mereka tidak memiliki banyak uang untuk merenovasinya.

Perlahan Melati melanjutkan langkah dan saat itu tiba-tiba saja seseorang berdiri tegap di depannya.

Dari sepatu yang Melati lihat, dia hapal betul itu milik siapa, Seno!

Melati memalingkan wajahnya, tak mau menatap pria itu.

"Mel, aku tau aku salah, aku mau tanggung jawab," kata Seno.

Melati menoleh, dia menatap pria yang ada di depannya, lalu menertawakannya. "Kamu pikir, aku mau menerimamu?" tanyanya, datar.

"Awas, jangan halangi langkahku!" Melati menyingkirkan pria yang ada di depannya. Seno masih berdiri di belakang, menatap Melati yang menghentikan langkah.

"Bukannya dia sudah di depan mata?" tanya Melati pada dirinya sendiri.

Melati yang sedang menarik ulur Seno itu melanjutkan langkah, dia masuk ke rumah dan dia tau kalau Seno masih berdiri di depan.

Drama pun dimulai!

Tiba-tiba, Melati terjatuh tanpa sebab, demi menarik perhatian Seno.

"Mel, ada apa?" tanya Seno yang masih berdiri di depan rumah Melati.

"Ah, kakiku, sakit!" jawab Melati, meringis yang dibuat-buat.

Tanpa pikir panjang, Seno yang ingin mendapatkan maafnya itu segera masuk, dia masuk mencari Melati yang ternyata duduk di depan kamarnya sendiri.

"Aku kepleset, au! Sakit!" rintih Melati seraya berusaha bangun dari duduknya, melihat Melati yang tak berdaya membuat Seno mendekat, dia membantunya.

"Nggak usah, kamu udah biasa hina aku dan adikku, lalu kenapa sekarang jadi baik? Apa kamu merasa bersalah?" tanya Melati, menatap tajam Seno yang terdiam.

"Atau, takut kena kutukan?" desis Melati.

Seno bangun dari berjongkoknya, sepertinya Melati tau apa isi hati pria itu. Mereka saling menatap untuk waktu yang cukup lama.

Glek, Seno menelan ludah. Hawa dingin di rumah itu kian terasa, rumah yang sering dibicarakan angker oleh orang-orang desa.

"Bahkan kamu sudah masuk ke perangkapku!"

"Maksudmu?" tanya Seno yang sama sekali tak mengerti maksud gadis pincang itu.

"Hahaha." Melati bangun dari duduk, menertawakan Seno. Dengan cepat, Melati melingkarkan lengannya ke leher Seno, lalu menyeretnya masuk.

Seno yang terkejut juga hampir kehabisan nafas itu mencoba melepaskan tangan Melati, tapi tak disangka, ternyata tenaga gadis pincang itu kuat juga.

"Eeeeegghhh!" erang Seno, dan Melati melepaskan tangannya dengan sedikit mendorong membuat pria itu sedikit terjengkang, lalu Melati mengayunkan gagang sisir kayunya yang runcing itu ke dada Seno.

"Aaaaaaaa!" teriak Seno.

Grep! Pria yang ternyata sedang tertidur di ayunan di belakang rumah itu terjatuh, meraba dadanya yang tadi dikoyak oleh Melati.

Mimpi itu terasa sangat nyata, membuatnya benar-benar dihantui, ingin bercerita pada kawan-kawannya takut semakin di ledek atau ditakut-takuti.

Seno menelan ludahnya, bibirnya kering, wajahnya pucat pasi, sekarang sepertinya dia percaya kalau Melati adalah sumber kesialan bagi siapapun yang dekat padanya.

Apalagi Seno, sudah dengan berani menyentuhnya, menyakitinya, melukai hati dan perasaannya.

Pikirannya sekarang menerawang jauh, dia tidak ingin lagi bermimpi buruk, tak ingin lagi dihantui oleh rasa bersalah. Seno si pemuda begajulan itu pun memikirkan sesuatu untuk mengakhiri semuanya.

"Kalau Melati nggak ada di dunia ini, mungkin semua ketakutan ini akan berakhir, teror rasa bersalah juga akan hilang!" bisiknya dalam hati.

"Tapi, kalau ada yang tau gimana?" tanyanya dalam hati.

"Jangan sampai ada yang tau!" jawabnya sendiri.

Diam-diam, Seno menuju ke rumah Melati, dari balik pohon, dia memperhatikan gadis yang sedang membuka pintu rumahnya.

Merasa diperhatikan, Melati pun menoleh, memperhatikan area sekitar, tapi Melati tak melihat siapapun.

"Aneh, kaya ada yang merhatiin," gumamnya, dia pun kembali fokus dengan tujuannya pulang ke rumah, dia masuk tanpa menutup kembali pintu utama membuat Seno berpikir kalau dia memiliki kesempatan bagus.

"Daripada aku mati ditangannya, lebih baik dia yang mati di tanganku!" kata Seno, pria berambut cepak itu melihat kanan dan kirinya, memastikan kalau tidak ada yang melihat dirinya masuk ke rumah itu.

Seno segera menutup pintunya rapat, dia mencari-cari keberadaan Melati yang sedang berdiri di balik pintu kamarnya, kecurigaannya benar, ada yang mengikutinya, dia sudah berjaga-jaga, memegang sisir bergagang runcing sebagai senjatanya.

Kira-kira, apakah akan ada adegan berdarah di bab selanjutnya? Terus saksikan cerita Kin dan teman-temannya, ya. jangan lupa dukungannya biar author semangat terus updatenya_^

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!