Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Chaos at the party
Mendengar suara itu, kedua pengawal refleks melepaskan genggaman nya pada Liora. Suasana ruangan berubah seketika.
Seorang pria melangkah masuk, di ikuti oleh pengawalnya. Sorot matanya tajam, aura dingin dan tenangnya menyapu seluruh ruangan.
Setelan jas hitam membalut tubuhnya dengan sempurna, sementara topeng yang menutupi sebagian wajahnya justru membuat kehadirannya terkesan misterius.
Semua mata langsung tertuju padanya. Ada keheningan singkat, disusul bisik-bisik pelan dari para tamu.
Anna, Gisel, dan Selina menatap pria bertopeng itu dengan wajah kesal. Sorot mata mereka berubah tak tenang.
Damien tak berkata apa pun, tapi cara dia memandangi pria itu sudah cukup jelas—ia tak menyukai kehadirannya.
Sementara itu, Liora menatap sosok di depannya. Air mata yang tadi ia tahan akhirnya jatuh begitu saja.
Saat semua orang tak berpihak padanya, entah kenapa… pria itu selalu muncul di hadapannya.
gadis itu membuka suaranya pelan, seolah mencoba menahan tangisnya. “Kenapa kamu ada disini?”
Lucien menatap gadis yang ada di depannya, hatinya merasa tidak nyaman. Ia langsung menghampirinya, seolah tak peduli pada tatapan siapa pun di sekitarnya.
Begitu anak buahnya memberi tahu bahwa gadis itu akan datang ke pertunangan sang adik, ia langsung menghentikan semua pekerjaannya dan langsung bergegas pergi tanpa berpikir panjang.
Ia melangkah mendekat dan langsung memeluknya, berusaha menenangkan gadis itu.
“Aku nggak mau ke kantor polisi… aku tidak mencuri apapun darinya,” ucap Liora di sela tangisnya.
Leonard menatap tajam ke arah pria itu. Ia tak tahu siapa Lucien sebenarnya—namanya belum pernah ia dengar di Kota ini. Karena itu, ia tak merasa takut sedikitpun.
“Tuan, saya sedang mendidik putri saya. Silakan pergi dari sini,” ucap Leonard dingin dan penuh penekanan.
Namun, Lucien tetap tak bergeming. Tatapannya jatuh pada wajah gadis itu, pipinya terlihat memar dan bengkak. Sorot matanya berubah tajam—amarahnya perlahan naik, siap meluap kapan saja.
“Siapa yang berani memukulmu?” ucapnya pelan, suaranya terdengar berat.
“Dia,” ucapnya lirih, sambil terisak.
Lucien berbalik, ia menatap tajam Leonard.
“Kau berani memukul putrimu sendiri?” Nada bicaranya dingin dan menusuk.
Leonard sempat terdiam, tubuhnya menegang sejenak. Tapi tak lama kemudian, ia mengangkat dagunya—mencoba kembali tenang.
“Dia putriku, aku berhak memberinya pelajaran dan Itu bukan urusanmu,” ucap Leonard, nada bicaranya penuh emosi.
Liora menatapnya dengan wajah cemas. Ia benar-benar tak ingin pria itu ikut terseret karena dirinya.
“Cepat pergi... aku nggak mau kamu ikut terlibat,” ucapnya pelan, suaranya terdengar khawatir.
Lucien yang mendengar itu, hanya tersenyum tipis. Kata-kata gadis itu terasa begitu hangat di hatinya.
Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipinya dengan lembut. “Tenang saja... aku di sini,” bisiknya pelan.
Kemudian, Anna melangkah maju sedikit, sambil memandang sinis ke arah Liora. Nada bicaranya terdengar jelas, seolah ingin semua orang mendengar.
“Tuan, mungkin anda belum tahu… Gadis itu seorang pencuri,” ucap Anna dengan lantang.
Lucien menoleh dengan tatapan dingin. Suasana langsung berubah tegang. “Vero, seret dia keluar,” ucapnya datar dan penuh tekanan. “Dan satu hal lagi—besok aku tak mau melihat nama perusahaan mereka muncul lagi di depanku!”
Anna terkejut saat mendengar ucapan itu. “Kau pikir dirimu siapa?” tanyanya tajam, nadanya suaranya penuh emosi.
Lucien tak menjawab. Ia hanya menoleh ke arah Vero seolah memberi isyarat.
Dengan sigap, Vero segera melangkah maju, lalu memukul tengkuk gadis itu hingga pingsan.
Melihat kejadian itu, para tamu mulai gelisah. Beberapa memilih meninggalkan tempat dengan wajah cemas.
“Liora, kemari lah!” teriak Leonard marah.
Liora menoleh dan menatapnya ayahnya dengan datar, “Aku gak mau, dan aku tak akan kembali ke rumah ini lagi, camkan itu!” ujarnya dengan tegas.
Selina yang mendengar itu merasa senang, tapi ia menahan ekspresinya agar tak terlihat.
“Liora, jangan seperti ini,” ucap Damien.
“Diam! Kamu nggak punya hak bicara apa pun soal aku lagi. Kita sudah nggak ada hubungan” ucapnya dingin.
“Damien, kamu diam gak usah ikut campur!" Ibunya menegurnya dengan tajam.
Lucien menatap pria itu dan tersenyum sinis. "Apa kau buta? Melepaskan gadis secantik ini." ucapnya santai
Damien menatap pria itu dengan kesal dan marah.
“Tuan, dia saudari ku. Jangan memaksanya untuk ikut denganmu,” ucap Selina.
“Siapa yang bilang dia memaksaku? Aku akan ikut dengannya,” jawab Liora tegas.
Selina tercengang mendengarnya.
Lucien yang mendengar hal ini hanya tersenyum puas.
Tak lama kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke Vero, kali ini dengan ekspresi datar.
“Hancurkan tempat ini. Aku tak ingin ada satu pun yang tersisa,” ucapnya dingin.
“Siap tuan."
“Kalau kalian berani hancurkan tempat ini, aku akan panggil polisi!” teriak Leonard panik.
Vero dan anak buahnya lainnya tidak memperdulikan ucapannya, mereka mulai menghancurkan seluruh isi tempat tersebut. Suasana jadi kacau. Melihat kerusakan di mana-mana, Selina langsung pingsan.
Di sisi lain, Lucien terus memperhatikan gadis tersebut. Sorot matanya dalam, seolah mencoba menebak isi hatinya.
"Sudah puas sekarang, hem?" tanya Lucien, kali ini dengan nada lembut.
Liora tidak menjawab, gadis itu hanya tersenyum tipis.
Kemudian, Lucien kembali mengalihkan pandangannya, sorot matanya kembali tajam dan dingin.
"Aku akan biarkan kalian hari ini. Tapi kalau kalian berani menyentuhnya lagi... aku pastikan hidup kalian tak akan pernah tenang," ucapnya pelan. Namun, penuh ancaman.
ditunggu up nya lagi...😊