Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 22. Menemukan Keluarga Baru.
"Kak Emer, tunggu!" Rachel mencegah langkah pria itu sebelum meninggalkan restoran. "Apa yang Ruby katakan itu tidak benar, Kak. Semuanya bohong! Ia hanya ingin memfitnah kami. Dan mendapatkan perhatian dari keluarga Rykhad."
Rachel berusaha mempengaruhi Emer. Mereka-keluarga Sanders tidak bisa membiarkan semua yang dikatakan Ruby didengar serta dipercaya oleh Tuan Rykhad.
"Benar, Emer. Kami tidak seperti yang Ruby tuduhkan." Roger juga ikut mendekat dengan wajahnya yang sudah panik. Melihat kemarahan dari Reagan tadi, membuat Roger tidak bisa tenang. Entah apa yang akan keluarganya terima setelah ini.
Emer menatap Roger dan beralih pada Rachel yang kini memasang wajah sedihnya.
"Kalian pikir...aku tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan?" tanya Emer dingin. Moodnya sedang hancur setelah menerima kemarahan Reagan. Dan kini melihat wajah Roger serta Rachel kian menambah rasa kesalnya. "Aku tidak bodoh. Aku tahu apa yang kalian inginkan dan rencanakan. Kalian hanya ingin mengambil keuntungan dari keluarga Rykhad! Dan sekarang kalian berani mengatakan bahwa Ruby berbohong?!"
Emer melangkah maju, menatap kian tajam pada Roger dan Rachel yang langsung melangkah mundur. "Aku tidak akan pernah memaafkan kalian jika masih berani mengusik Rubyku!"
Deg!
Roger dan Rachel terbelalak mendengar perkataan Emer. Sedari tadi pria itu hanya terus diam saat ayahnya meluapkan amarah, dan sekali bicara ternyata Emer juga memberikan pembelaan terhadap tunangannya.
"Dan kau, Tuan Roger." Emer tersenyum sinis. "Kau selalu berpura-pura menjadi ayah yang baik, tapi sebenarnya kau hanya menggunakan putrimu untuk keuntunganmu sendiri. Kau pria yang sangat picik!" kecam Emer pada calon ayah mertuanya itu.
"Kalian sudah salah memilih lawan. Ayahku-Rykhad tidak bisa dipermainkan, ia pria yang sangat pendendam!" Emer tersungging miring sebelum pergi meninggalkan keluarga Sanders begitu saja dan menyusul keluarganya serta Ruby yang telah lebih dulu pergi bersama adiknya-Eira.
Keluarga Sanders hanya bisa terpaku. Tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah kepergian Emer. Semuanya terlihat sulit. Keluarga Sanders sudah tersudutkan dan tampaknya telah berhasil dikalahkan oleh anak yang selalu mereka sebut penyakitan.
"Kurang ajar!" teriak Rachel keras penuh emosi. Ia langsung melempar gelas minumannya hingga pecahan kacanya berserakan seketika. "Kalian tidak melihat keburukan Ruby! Apa kalian tidak bisa melihat bahwa anak penyakitan itu sedang mempermainkan kalian, hah?!"
Rachel berteriak kencang dan menatap ke arah kepergian Emer dengan mata yang memerah. Berharap pria itu masih mendengarnya, tapi Emer benar-benar sudah menghilang, tak lagi berada di sana.
Sementara itu di tempat lain. Tepatnya di kediaman keluarga Rykhad, mobil yang Ruby tumpangi bersama Eira baru saja tiba, mereka berhenti di teras pintu utama dan Eira lekas mengajak Ruby untuk keluar.
Ruby melangkahkan kakinya pelan. Saat pelayan membukakan pintu, kedatangannya langsung disambut dengan begitu hangat. Semuanya kompak menunduk hormat tidak hanya pada Eira, tapi juga padanya.
"Kenapa diam saja di sana? Ayo masuk, Ruby!" Eira mengernyitkan kening saat Ruby mematung masih berada di luar rumah. Calon kakak iparnya itu terlihat enggan atau lebih tepatnya sungkan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kediaman keluarga Rykhad.
"Ayolah! Daddy dan Mommy sudah memintamu untuk ikut. Rumah ini akan menjadi tempat tinggalmu mulai sekarang," ucap Eira dengan tersenyum ramah. Ia sudah mengaitkan tangannya pada lengan Ruby dan membawa calon kakak iparnya itu masuk.
"Selamat datang di kediaman keluarga Rykhad, Ruby." Eira membentangkan tangannya menyambut kedatangan Ruby. "Tempat tinggal yang pasti jauh lebih baik, jauh lebih mewah, dan jauh lebih hangat dari milik keluarga Sanders." Eira terlihat menyombongkan kekayaan ayahnya. Ia juga tertawa sendiri setalah kata-katanya itu. Dan tingkah Eira berhasil memancing Ruby untuk tersenyum.
"Apa yang sedang kau lakukan, Eira? Berhentilah berbual." Amanda datang mendekat pada Eira dan Ruby. Ia menatap Ruby dengan tersenyum sebelum memeluk calon menantunya itu. "Selamat datang di rumah kami, Sayang. Mommy senang sekali kau mau ikut bersama kami. Mommy harap kau bisa merasa nyaman di sini." Dengan hangat Amanda menyambut kedatangan Ruby.
Ruby mengangguk. "Tapi Mom..." Ruby menahan ucapannya saat Amanda meraih kedua tangannya.
"Maaf, kalau Daddy terkesan memaksamu untuk ikut bersama kami. Tapi semua itu demi kebaikanmu. Daddy ingin memastikan keselamatanmu."
Ruby terdiam. Ucapan Reagan saat memintanya untuk ikut dan meninggalkan keluarga Sanders memang terdengar lebih seperti perintah yang tidak bisa dibantah.
Amanda tak lupa untuk langsung memperkenalkan Ruby pada semua pelayan. "Jangan ragu-ragu untuk meminta apapun yang kau butuhkan pada mereka. Kau bisa menganggap rumah ini sebagai rumahmu sendiri."
Ruby tersenyum dengan perasaan haru saat mendapatkan sambutan yang begitu ramah juga hangat dari Amanda dan Eira. Ruby merasa seperti menemukan keluarga baru yang benar-benar bisa menerima dirinya sepenuhnya.
Amanda kembali memeluk Ruby saat melihat netra gadis itu yang memerah. "Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Ruby. Kami akan selalu ada untukmu." Seakan mengerti perasaan gadis itu, Amanda memberikan usapan lembut pada punggung Ruby yang berhasil membuat Ruby meneteskan air matanya.
Tidak ingin membiarkan Ruby larut terlalu lama dalam kesedihan, Eira segera mengajak Ruby menuju ke lantai atas.
"Pergilah bersama Eira. Dia akan menunjukkan kamarmu." Amanda membiarkan Eira membawa Ruby berlalu.
Eira membawa Ruby ke kamar yang terletak di lantai atas. Sepanjang jalan, Eira terlihat antusias menunjukkan ruangan-ruangan yang ada.
"Ini kamarku." Tunjuk Eira pada pintu pertama yang mereka temui seraya terus berjalan. "Yang ini kamar Kak Emer, cikal bakal kamarmu nantinya," ucap Eira dengan terkikik. Ia menggoda Ruby yang hanya bisa tersenyum kaku karena bingung ingin memberikan respon seperti apa.
Mereka terus berjalan hingga berhenti di depan sebuah pintu.
"Aku akan menunjukkan kamarmu. Aku jamin, kau akan langsung menyukainya, Ruby," ucap Eira antusias. Tangannya meraih gagang pintu itu dan langsung membukanya. "Tada! Ini kamar yang akan kau tempati. Aku harap kau menyukainya."
Ruby berhasil dibuat terkejut saat melihat kamar yang begitu luas, sangat indah dan rapi. "Kamar ini sangat cantik," gumam Ruby pelan dengan netranya yang menatap kagum.
"Kau langsung menyukainya, kan? Ini kamar kakaku, Riella. Mommy tidak mengizinkanmu tidur kamar tamu," ucap Eira dengan tersenyum. "Kau bebas menempatinya, Ruby. Kak Rie jarang pulang ke rumah karena sibuk bekerja di perusahaan orang lain. Padahal, daddyku adalah orang kaya, tapi kakakku malah tidak mau memanfaatkan itu. Katanya; dia ingin membuktikan dirinya sendiri." Eira bercerita singkat seraya memutar bola mata mengingat keputusan kakak perempuannya itu.
"Di sana, yang paling ujung itu. Kamar yang penuh misteri, itu adalah kamar Kak Rex. Dia sama dengan Kak Rie, jarang pulang karena sibuk bekerja. Dia yang menjalankan seluruh perusahaan Daddy."
Ruby mengangguk. "Kakak-kakakmu sangat mandiri," katanya yang membuat Eira tiba-tiba tertawa. Ruby pun menoleh pada Eira dan menatapnya dengan heran.
"Semua kakak-kakakku mandiri, Ruby. Kecuali, Kak Emer. Haha..." Eira tergelak sendiri. "Aku tidak bisa membayangkan Kak Emer yang paling tidak mandiri dalam banyak hal, akan segera memiliki anak lebih dulu dari Kak Rex dan Kak Rie."
Eira tidak berhenti tertawa. Sedangkan wajah Ruby sudah memerah saat mendengar Eira mengatakan tentang anak.
"Jangan bicara sembarangan tentangku, Eira!"
Deg!
Tawa Eira seketika terhenti saat Emer sudah berdiri di belakang adiknya itu. Eira berbalik dan tersenyum manis pada kakaknya yang tatapannya hanya tertuju pada Ruby.
"Apalagi di hadapan calon istriku!" lanjut Emer lagi.
Ngek🤪
Eira ingin memutar bola matanya, tapi ia tahu suara Emer terdengar berbeda dan serius. Sepertinya kakaknya itu tengah merasa kesal. Eira sempat melirik ke belakang dan melihat Ruby yang menunduk. Eira juga kembali menatap pada Emer yang pandangannya masih terus tertuju pada Ruby.
Bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres, Eira memutuskan menyingkir dari sana sebelum ia kena getah dari kekesalan Emer.
"Daddy bilang; Ruby menempati kamar Kak Rie! Jadi jangan coba-coba bawa dia ke kamarmu, Kak!"
Emer hanya melirik sekilas Eira yang lekas berlalu dengan meninggalkan satu peringatan. Netranya kembali menatap tajam Ruby yang masih terus menunduk di hadapannya.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃