Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Akademi Gilforda pagi ini tengah mengadakan penelitian di sebuah rawa yang biasa digunakan sebagai penangkaran hewan-hewan sihir.
Perahu kayu yang bergerak mengitari rawa membawa puluhan siswa dari kelas Potion, seorang pengurus rawa berada di ujung perahu, terlihat tengah menjelaskan bagian-bagian dari rawa dan cara perawatannya.
Beberapa saat setelah mengitari rawa, mereka sampai pada sebuah hutan dengan pepohonan yang rindang, semua siswa turun dari perahu mereka. Terlihat beberapa siswa dari kelas lain sudah terlebih dahulu sampai di tempat itu.
"Wah... Tempat ini sangat rindang" Erika terkagum dengan apa yang ia lihat.
"kau benar, rasanya sangat sejuk dan nyaman" ucap Kira menyetujui ucapan gadis itu.
"Woahh ... Lihat itu!" Pekik Etor membuat kedua gadis itu melihat kearah apa yang laki-laki itu tunjuk.
Seekor Unicorn putih mendarat dengan anggun diantara kerumunan siswa, Unicorn itu kini menjadi pusat perhatian seluruh siswa Gilforda.
Erika dan teman-temannya dengan cepat membelah kerumunan untuk menyaksikan Unicorn putih itu di posisi paling depan.
Unicorn dengan tanduk panjang itu terlihat begitu menawan, sayap putihnya yang berkilau saat diterpa cahaya membuat semua orang tak bisa mengedipkan mata.
Unicorn itu terlihat mengedarkan pandangannya saat beberapa siswa mulai mendekatinya, dengan gerakan angkuh Unicorn itu melebarkan sayapnya, seolah-olah ingin memamerkannya pada semua orang.
Melihat tingkah Unicorn itu membuat semua orang tertawa begitu pula dengan Erika, gadis itu mengedarkan pandangan sampai tidak sengaja matanya menangkap sosok yang paling ia hindari akhir-akhir ini.
Sosok itu adalah Alzer, laki-laki kelas Sorcerer yang sangat Erika hindari karena kejadian terakhir kali saat mereka bertemu. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, menimbulkan rona di pipi Erika, tanpa pikir panjang gadis itu mengalihkan perhatiannya dan pergi menjauh dari sana, bagaimanapun gadis itu tidak ingin bertemu dengan Alzer saat ini.
Erika berjalan menjauh menghampiri buah apel yang jatuh dari pohon yang tak jauh dari sana, gadis itu memungutnya dan mengusap apel itu sebelum memakannya.
" ... Em! Tidak buruk untuk apel yang tumbuh disekitar rawa" ucap gadis itu setelah merasakan manisnya apel di tangannya.
Erika mengedarkan pandangan dan menatap gerombolan siswa yang masih mengagumi keindahan Unicorn putih itu, sampai tiba-tiba ia merasakan nafas hangat yang mengendus-endus apel di tangannya.
"Huakkk!!!"
Erika memekik keras sampai menjatuhkan apel di tangannya saat seekor Unicorn Hitam berada sangat dekat dengan gadis itu.
Gadis dengan rambut di kepang dua itu terjatuh di tanah, matanya menatap Unicorn Hitam yang ukuranya jauh lebih besar dibanding Unicorn sebelumnya.
Terlihat Unicorn itu mengendus apel yang terjatuh di tanah sebelum kemudian memakannya, Unicorn Hitam itu menatap ke arah Erika dan mendekat.
" T-tunggu apa yang? H-HEYYY JANGAN MENARIK RAMBUTKU!!!!" Gadis itu memekik keras saat Unicorn Hitam itu mulai mengendus dan mengunyah rambut Chery miliknya.
Pekikan Erika membuat gadis itu menjadi pusat perhatian dari semua siswa yang kini mulai menertawakannya, terlihat dari kerumunan itu Unicorn Putih mulai mendekat kearah Erika saat gadis itu sibuk melepaskan rambutnya dari kunyahan Unicorn Hitam.
"Hey!! Lepaskan!! Kuda nakal!!!" Ucap Erika saat kedua Unicorn itu mulai mengunyah rambut Chery nya.
Kunyahan Unicorn itu mulai membuat rambutnya berantakan, membuat mata Erika kini dipenuhi bulir air mata.
"Demon ... Zeile ... " Suara seseorang datang dari belakang Erika, membuat kedua Unicorn itu menghentikan aktivitas mereka.
Kedua Unicorn itu kini mulai menjauh dan menghampiri sosok pria dengan jubah serba putihnya.
"Maafkan mereka nona, tidak biasanya mereka seperti itu pada orang" ucap pria itu
Erika berdiri dari duduknya, gadis itu memegang rambutnya yang kini lepek karena kedua Unicorn yang kini berdiri di belakang pria itu.
" ... Tidak apa ... " Ucap gadis itu meski terlihat seperti akan menangis.
"Apakah anda memakai Shampo dengan wangi Strawberry nona?" Tanya pria itu yang dijawab dengan anggukan oleh Erika.
"Mereka sangat suka dengan buah Strawberry, mungkin itulah alasannya" ucap Pria berjubah putih itu lembut.
Erika mengaguk mengerti, ia hanya bisa termenung mendengar ucapan pria itu, gadis itu mulai pergi menjauh ke arah sungai untuk membersihkan sisa air liur di rambutnya.
Langkah kakinya berhenti di tepian sungai dengan aliran air yang murni, gadis itu mulai duduk dan melepas ikat rambut yang kini sudah tidak dapat ia kenakan lagi.
Dengan telaten gadis itu mulai membersihkan rambutnya yang berantakan, tangan indahnya menyisir rambutnya lembut saat menemukan kekusutan.
" Sepertinya kau lebih cocok menjadi makanan kuda daripada menjadi Penyihir Potion" suara itu mengalihkan perhatian Erika.
Laki-laki kelas Sorcerer yang dia sangat dia hindari, Alzer. Laki-laki itu mendekat kearah Erika, saat gadis itu tidak menjawab cemoohan yang ia lontarkan seperti biasanya.
"Hey ... Kuda itu tidak mengigit lidahmu kan?" Ucap Alzer yang masih tidak mendapat jawaban dari Erika.
Laki-laki itu menatap gadis yang saat ini menunduk menatap tanah, tangannya bergerak memegang bahu gadis itu sebelum dia terkejut melihat wajah penuh air mata Erika.
"H-hey ... Aku ... Aku tidak bermaksud mengatakan itu ... Jangan menangis" ucap Alzer yang kini di penuhi kepanikan.
"Hiks ... Rambutku ..." Ucap Erika disertai isakan nya.
" Aku ... Aku akan memperbaikinya ... Tenanglah" Alzer duduk di samping Erika saat tangannya mengeluarkan sapu tangan dari balik jubahnya.
"Berhentilah menangis ... Kau sangat jelek" ucap Alzer membuat tangisan Erika semakin kencang.
Laki-laki itu membulat mendengar tangisan Erika, dia menatap sekitar sebelum dengan lembut menepuk-nepuk bahu Erika.
"M-maaf ... Jangan menangis" ucapnya mencoba menenangkan.
Erika menenggelamkan wajahnya diantara lengan dan lutut gadis itu, sedangkan Alzer dengan hati-hati membersihkan dan rambut Erika yang mulai kembali seperti semula.
Sapu tangan Alzer mengusap lembut rambut Erika, dengan bantuan sedikit sihir laki-laki itu berhasil menyingkirkan air liur kuda yang menempel di rambut Erika.
"Kau cengeng ... " Ucap Alzer yang tidak menghentikan aktivitasnya.
" ... Sekarang tinggal sedikit sentuhan ... "
" ... Dan ... Selesai" laki-laki itu puas dengan hasilnya.
Erika mengangkat wajah sembabnya yang dipenuhi air mata, dia menatap ke bawah dimana di bisa melihat pantulan dirinya di air sungai.
Rambut yang semulanya berantakan. Kini berubah menjadi sebuah cempolan asal yang membuatnya terlihat lebih dewasa.
" ... Lebih baik daripada kepang dua mu kan?" Ucap Alzer menyombongkan dirinya.
" ... Tidak buruk" balas Erika dengan suara seraknya.
Mata sembab gadis itu teralihkan saat melihat Alzer dipenuhi keringat, laki-laki itu terengah seperti barusaja melakukan suatu hal yang berat.
" ... Kau baik-baik saja?" Tanya Erika
Alzer mengusap keringat di wajahnya sambil tersenyum cerah, laki-laki itu membenarkan anak rambut Erika yang menutupi wajah gadis itu.
" Aku tidak pernah berusaha sekeras ini untuk menata rambut" jawab Alzer dengan senyum cerahnya.
"Dan hasilnya bisa secantik ini" lanjut Alzer yang menimbulkan rona di wajah Erika.
"Ayo" Alzer berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Iya" Erika menerima uluran tangan laki-laki itu.
Alzer menarik Erika kembali ke tempat dimana siswa Gilforda berkumpul, saat mereka datang semua mata tertuju pada kedua manusia itu, begitu pula dengan seseorang yang menatap mereka dengan tatapan tidak suka.
"Woo ... Kau terlihat dekat dengannya" ucap Kira saat Erika mulai duduk di sebelahnya.
"Tidak juga" balas Erika yang sekarang mulai fokus pada apa yang di jelaskan di depan.
Kelas dimulai, semua siswa mendengar apa yang di jelaskan di depan, tapi tidak dengan Xavier yang kini mulai menatap Alzer dengan tatapan tidak sukanya.
Tangannya meremas sebuah jepit rambut berbentuk kerang yang seharunya ia berikan kepada Erika beberapa saat yang lalu.