Istri Yang Tak Dirindukan

"Secara keseluruhan, kondisi anda dan janin dalam kandungan anda cukup baik. Tapi untuk lebih memastikan, saya akan merujuk anda ke dokter kandungan terbaik di rumah sakit ini." Dokter Susi menulis surat rujukan untuk Hazel.

"Tidak usah dokter, saya sudah memilih dokter kandungan sendiri."

Mendengar ucapan Hazel, dokter Susi jadi mengurungkan niatnya yang semula akan memberikan stempel di surat rujukan tersebut.

"Jadi anda sudah tahu kalau anda sedang hamil, tapi tetap membiarkan suami anda bermain liar di atas ranjang."

Dokter Susi menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan pasangan muda zaman sekarang yang tidak bisa menahan nafsunya.

"Bukan begitu dokter, tapi suami saya yang memaksa." nada bicara Hazel terdengar lebih lembut dari sebelumnya, kepalanya tertunduk seperti orang yang sedang bersedih.

"Dokter, sebenarnya hubunganku dengan suamiku cukup rumit. Bahkan kami sedang dalam proses menuju perceraian."

Ucap Hazel, wajahnya dibuat sememelas mungkin. Seakan dialah istri paling menderita.

"Kenapa anda ingin bercerai dengan suami anda? Harusnya anda dan suami adalah pasangan yang berbahagia karna akan dikarunia seorang anak. Tidak semua pasangan suami istri di dunia ini dianugrahi keberuntungan seperti ini." nasehati dokter Susi.

"Suamiku sangat kejam dokter, lihat lah semua luka-luka ini, semuanya disebabkan oleh suamiku, hiks." Hazel menunjukan luka memar di tubuhnya yang ia dapatkan dari sang suami ketika mereka bercinta.

Karna terlalu lama tidak menyentuh sang istri, Yusuf jadi terlalu bersemangat, hingga terciptalah luka-luka tersebut.

"Suami anda sudah keterlaluan nyonya! Ini termasuk kategori kriminal. Saya akan melakukan tes visum, anda bisa membuat laporan ke polisi dengan hasil tes visum tersebut."

Dokter Susi mengira suami Hazel hanya membuat wanita itu kelelahan di atas ranjang saja hingga membuat perut Hazel keram. Tidak menyangka jika pasiennya telah menjadi korban kekerasan pula.

"Tidak usah dokter, aku tidak mau memperpanjang masalah ini. Aku hanya ingin kami berpisah dengan tenang." Hazel menolak tawaran dokter Susi.

"Anda hanya perlu merahasiakan kehamilanku dan mengatakan pada dua bodyguard di luar sana kalau aku hanya kelelahan biasa. Kalau suamiku sampai tahu aku sedang hamil, aku takut dia akan melenyapkan anak ini. Suamiku tidak mengizinkan aku melahirkan keturunannya." dusta Hazel dengan sangat lancar, walaupun Hazel adalah aktris pendatang baru tapi kemampuan aktingnya tidak bisa diragukan lagi.

Dokter Susi terdiam, tak buru-buru membalas ucapan Hazel. Namun dalam otaknya sedang berpikir keras.

"Aku mohon dokter." Hazel mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Baiklah, anda tenang saja. Saya tidak akan mengatakan tentang kehamilan anda pada siapapun." akhirnya dokter Susi mau diajak kerja sama oleh Hazel.

***

"Kalian dengar sendirikan apa kata dokter? Dokter bilang aku hanya kelelahan. Jadi jangan berlebihan!"

Setelah keluar dari ruangan dokter Susi, Hazel tak henti-hentinya memarahi kedua bodyguard suruhan sang suami.

Lim dan Bram tidak punya pilihan lain selain patuh mendengarkan.

"Maaf nyonya, kami hanya takut terjadi sesuatu pada anda." ucap Lim yang kupingnya mulai terasa panas mendengar ocehan Hazel.

"Kalian sudah membuang waktuku, apa kalian tahu kalau tuan kalian itu sudah membuat aku sangat kelelahan." Hazel kembali terbayang dengan adegan panasnya dengan sang suami yang cukup menguras emosi dan tenaganya.

"Maaf nyonya." Lim dan Bram tidak punya kata-kata lain untuk diucapkan selain kata maaf.

"Baiklah, aku maafkan untuk kali ini. Tapi tidak untuk lain kali!" peringati Hazel. Lim dan Bram mengangguk patuh.

"Ada apa nyonya?" tanya Lim kala nyonya Hazel yang tadinya sangat berisik tiba-tiba terdiam. Tatapan Lim ikut menatap ke arah Hazel memandang.

"Itukan mas Yusuf dan mbak Syifa? Kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan ya?"

Dari tempatnya berdiri, Hazel bisa melihat Yusuf dan Syifa dengan cukup jelas, tapi tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

***

***

"Aku tidak memiliki perasaan apapun lagi terhadapmu Syifa, lebih baik kau melupakan aku dan memulai hidupmu yang baru dengan pria yang mencintaimu." ucap Yusuf, jemarinya melepas pelukan Syifa dengan perlahan.

"Yusuf! Kau kejam sekali, dulu kau tidak seperti ini." mata Syifa sudah kembali berembun. Air mata yang tadi sempat mengering, kini sudah kembali menggenang.

"Maafkan aku," hanya kata maaf yang mampu Yusuf ucapkan.

"Apa kau sudah mulai jatuh cinta pada istrimu?" tanya Syifa.

Yusuf terdiam, memilih untuk tidak menjawab. Namun diamnya Yusuf membuat hati Syifa semakin terluka.

"Apa kau sudah lupa Yusuf? Dulu kau pernah berjanji tidak akan mencintai wanita lain lagi. Hanya aku wanita yang ada di hatimu."

Syifa tak pernah bosan mengingatkan setiap kepingan masa lalu mereka.

"Manusia akan beradaptasi dengan keadaannya, bagiku hubungan kita tak lebih dari sekedar masa lalu." ekspresi di wajah tampan Yusuf tetap terlihat datar, sangat kontras dengan Syifa yang terlihat begitu emotional.

"Tapi kau sudah berjanji pada kakakku untuk selalu menjagaku? Jangan bilang kalau kau juga sudah lupa dengan janjimu itu?"

Syifa yakin, jika dirinya sudah mengungkit jasa sang kakak yang telah menyelamatkan Yusuf. Maka hati pria itu akan luluh.

"Aku ingat akan janjiku, karna itu aku selalu berusaha ada setiap kali kau membutuhkan. Tapi untuk kembali menjalin hubungan seperti dulu, itu sudah tidak mungkin. Tapi kau tenang saja, aku akan mencarikan pria yang cocok untukmu." ucap Yusuf.

"Aku tidak mau pria lain, yang aku inginkan cuma kamu." Air mata Syifa mulai berderai.

"Syifa, aku mohon mengertilah. Sampai kapanpun kita tidak akan kembali bersama." Yusuf tetap pada pendiriannya.

Lewat sudut matanya, Syifa bisa melihat Hazel berjalan mendekat ke arah mereka. Otak liciknya mulai menyusun sebuah rencana.

"Baiklah aku mengerti, aku tidak akan memaksamu untuk kembali padaku lagi. Tapi apa boleh aku memelukmu untuk terakhir kali." pinta Syifa dengan wajah memelas.

Syifa mengerti akan satu hal, semakin dipaksa, Yusuf akan semakin sulit untuk didapatkan. Jadi Syifa akan menggunakan sistem tarik ulur.

"Kemarilah." Yusuf merentangkan tangannya seakan siap menerima pelukan Syifa.

"Terima kasih." Syifa membenamkan kepalanya dipelukan sang mantan kekasih, bibirnya tersenyum penuh kemenangan.

bersambung.