Arthea'S Secret

Kendrick menatap Arthea yang sedang fokus menghabiskan makanannya. Di pagi buta ini, anak itu merasa lapar setelah bercerita banyak dan berpikir keras. Kendrick membiarkan Arthea makan, tetapi dengan menu yang tidak membahayakan perut gadis kecil itu seperti waktu lalu.

"Di kehidupan yang Arthea ceritakan, kamu mengurungnya selama belasan tahun." Celetuk Vero sambil memakan buah milik Arthea. Tapi, sepertinya gadis kecil itu belum sadar buahnya di makan oleh pria di sebelahnya.

"Aku pikir, mengurungnya dan menjauhkannya dari dunia luar, membuatnya akan aman. Tapi sepertinya, hal itu tidak berhasil. Kutukan itu, masih bisa datang menghampirinya." Lirih Kendrick.

"Kalau soal itu mungkin iya, tapi soal kamu membencinya, bahkan sampai ketiga putramu turut membencinya. Itu ... tidak masuk akal bukan?" Tanya Vero kembali.

Kendrick terdiam, dia mengamati Arthea yang melahap makanannya bahakn pipinya sampai menggembung. Lalu, gadis kecilitu menoleh. menatap potongan buahnya yang berkurang banyak. Tatapan matanya langsung mengarah pada Vero.

"Nanti cakit pelutnya, balu tau laca!" Desis Arthea sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. Vero hanya meledeknya sebentar sebelum kembali menatap Kendrick.

"Kehilangan itu menyakitkan, Vero. Saat Roseanne meninggal, Axton dan Arsha merasa terpuruk. Axton tidak mau bertemu orang sama sekali, Arsha menjadi pribadi yang pendiam. Sedangkan saat itu, Elfian masih sangat kecil. Aku berada di titik terendah, meratapi kepergian Roseanne. Kesekian kalinya aku merasa kehilangan, dan saat aku melihat Arthea ... aku takut. Aku takut rasa itu kembali datang, dan itu sangat menyiksa." Lirih Kendrick.

"Tapi kamu menyakiti putrimu dengan cara itu, Kendrick." Balas Vero.

Kendrick mengangguk, "Kamu benar, aku berusaha untuk menghindari titik terendah itu. Aku tidak mau ketiga putraku juga turut merasakannya lagi. Tapi aku lupa, jika putriku juga terluka. Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama lagi Vero, aku tidak mau Arthea kembali menderita seperti kehidupan sebelumnya."

Vero mengerti, rencana Kendrick di kehidupan sekarang adalah mengurung Arthea dan menjauhkannya dari dunia luar. Mereka tidak tahu, apakah pertemuan Arthea dengan keturunan wanita itu dapat menyelamatkannya atau bahkan sebaliknya. Namun, hal itu ternyata sia-sia. Arthea, tetap mendapatkan kutukan itu.

Di kehidpan sebelumnya, Kendrick tahu jika Arthea tidak akan hidup lebih dari 20 tahun lamanya. Dia menyiapkan dirinya, jika waktu itu datang. Tidak mau putranya kembali terpuruk jika terlalu menyayangi Arthea. Namun, pria itu membuat putrinya menderita. Tapi di kesempatan kedua ini, Kendrick merubah semua rencananya. Dia ingin, selalu ada di dekat putrinya.

"Arthea." Panggil Vero dengan senyuman di bibirnya.

Arthea mengalihkan pandangannya, kedua pipinya masih bergetar naik turun karena mencoba menghabiskan makanan di dalam mulutnya. Sisi gemasnya, membuat Vero rasanya ingin menggigit pipi itu.

"Kamu tadi bertanya pada Om bukan? Apa Om mau menjadi ayah adopsimu?"

"Vero!" Tegur Kendrick dengan tatapan tajam.

Vero tak peduli, dia tetap tersenyum menunggu jawaban Arthea. Namun, gadis kecil itu terdiam cukup lama. Keningnya mengerut dalam, mencoba berpikir keras.

"Kalau cekalang Thea lagi nda mau, coba lagi becok-becok." Balas Arthea yang mana membuat Kendrick tertawa sementara Vero memasang raut wajah datarnya.

"Hei, ayahmu akan mengurungmu sampai dewasa!" Seru Vero menakuti Arthea.

Tapi, gadis kecil itu tak bisa di bohongi. Ingat, hanya tubuhnya yang anak kecil tapi jiwanya sudah dewasa. Ancaman Vero, sungguh tak mempan untuknya.

"Cekalang nda di kulung kan? Kalau Thea di kulung, Om datang lah ambil Thea. Jadi ayah adopci nya Thea, tapi ... om kele nda?"

"Kere?! Kamu ...,"

"Arthea, dia sangat miskin. Dia punya banyak hutang pada Ayah, jadi ... dia tidak cocok jadi ayah adopsimu." Sela Kendrick yang mana membuat Vero meng4nga tak percaya.

"Eng-enggak! Dia bohong, dia ...,"

Arthea menepuk paha Vero sembari menatapnya dengan tatakan kasihan. "Nda papa, kele tapi tetap belnapas nda papa. Halta yang paling belhalga, adalah talikan napas."

Sudahlah, Vero lebih memilih untuk diam sambil melirik kesal pada Kendrick yang tersenyum lebar.

"Kalau ayah jadi kele juga, Thea cali ayah balu."

"Apa?" Kini gantian, Vero yang tertawa melihat wajah tertekan Kendrick.

"Heum! Jadi olang halus lealistis! Thea nda mau hidup cucaaaah, melanaa!" Kendrick memasang raut wajah datar, membuat Vero menertawainya habis-habisan.

"Pulang sana!" Usir Kendrick, dia lalu menarik Vero dan mengusirnya dari rumahnya. Sementara Arthea, hanya terbengong sebentar sebelum melanjutkan kembali kegiatannya.

"Becok minta gulai capi lah." Gumam Arthea.

.

.

.

Arthea keluar dari Mansion, dia berjalan di halaman Mansion sambil mencari kegiatan yang dapat menghilangkan bosannya di pagi ini. Namun, dirinya justru melihat ketiga kakaknya sedang berlatih panah. Arthea gegas bersembunyi di balik pohon dan melihat acara itu.

"Fian, kamu selalu payah!" Ledek Arsha yang mana membuat Elfian berdecak kesal.

"Diamlah! Aku sedang berusaha!" Balas Elfian kesal, dia kembali menargetkan targetnya dan melepas panahnya. Namun, lagi-lagi panahnya meleset. Arsha tertawa keras, meledek Elfian yang lagi-lagi kalah.

Axton menggelengkan kepalanya, dia akan kembali melepas panahnya pada target di hadapannya. Namun, ekor matanya justru menangkap sosok bocah menggemaskan yang sedang mengintip. Satu susut bibirnya terangkat membentuk seringaian, dia lalu mengarahkan anak panahnya pada sosok itu dan melepasnya.

SETT!!

"THEA!"

____________

Jangan lupa dukungannya🤩