NovelToon NovelToon
Alea Anastasya Dwi?

Alea Anastasya Dwi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: cucil

ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya

tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

twenty two

"Tring ting!"

“Selamat datang, mau pesan apa?”

Suara bel di atas pintu berbunyi ketika seorang wanita muda memasuki kedai kopi kecil itu. Dia berjalan langsung menuju kasir dan memesan secangkir cokelat hangat.

Hari itu, kedai tidak terlalu ramai. Beberapa orang datang hanya untuk membeli minuman dan langsung pergi. Tidak banyak yang duduk untuk menikmati suasana seperti yang Alea lakukan.

Hujan deras mengguyur di luar. Langit mendung dan kelabu, namun tidak terlalu gelap atau menakutkan. Sepertinya musim hujan tahun ini akan berlangsung lebih lama dibandingkan tahun lalu.

Alea duduk di pojok ruangan, membuka sebuah buku tebal bertuliskan Matematika Murni, satu binder catatan, dan kotak alat tulis. Ia memasang earphone dan memutar video pembelajaran di ponselnya, memastikan volume tidak mengganggu siapa pun.

Matanya fokus mengikuti penjelasan di layar, sesekali membalik halaman. Dalam 20 menit, dia sudah menyelesaikan 15 soal.

Bulan depan, akan ada Olimpiade Matematika tahunan. Alea ingin ikut. Hadiahnya lumayan besar, dan sertifikatnya bisa menjadi nilai tambah saat mendaftar universitas favorit. Bisa juga membuka peluang beasiswa.

Saat hendak mengerjakan soal ke-16, Alea menangkap gerakan asing dari sudut matanya.

Ia melepas earphone perlahan.

Tiga siswa laki-laki berseragam—entah dari sekolah mana—duduk di meja yang mengapit tempatnya. Dua di kiri dan kanan, satu lagi di depan.

Alea melirik mereka diam-diam. Tangannya yang semula aktif menulis kini membeku di tempat.

“Hei, lo Alea, kan? Anak Nusa Bhakti?” tanya salah satu dari mereka, rambutnya berdiri tajam seperti landak. Ia menunjuk temannya yang duduk di samping. “Temen gue mau kenalan nih sama lo.”

Yang ditunjuk, cowok berambut ikal, tersenyum penuh percaya diri. Ia mengulurkan tangan.

“Cepetan, tadi lo yang pengen kenalan, kan?” desak si rambut landak sambil tertawa.

“Gue Dikta. Salam kenal, ya,” kata si cowok ikal sambil tersenyum manis.

Alea menyambut dengan ragu. Tapi saat hendak melepas genggaman, tangan Dikta menahan.

“Tangan lo lembut... wangi lagi. Pakai sabun apa, sih?” katanya sambil mencium tangannya.

Kedua temannya tertawa terbahak-bahak.

“Anjir, najis banget lo.”

“Diem, ah. Gue lagi deketin cewek nih.”

Alea langsung menarik tangannya dengan paksa dan buru-buru merapikan barang-barangnya. Biasanya, kedai ini aman-aman saja. Mungkin karena hujan, tempat ini jadi persinggahan anak-anak berandal.

“Eh, mau ke mana sih? Cepet amat,” tanya Dikta sambil menahan pergelangan tangannya.

“Aku mau pulang,” jawab Alea cepat.

“Pulang ke mana, cantik? Hujan begini bahaya, loh. Ntar disamber petir.”

“Iya, mending di sini dulu,” timpal si rambut landak.

Alea mulai panik. Ia melirik ke arah kasir, tapi staf yang bertugas juga perempuan dan tampak ketakutan. Tidak mungkin mengandalkan mereka.

Alea melepaskan genggaman tangan Dikta sekuat tenaga dan berjalan cepat ke pintu. Tapi langkahnya dihentikan oleh tubuh seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan.

Bruk!

“Akhh... ugh, sakit...” Alea mundur selangkah, memegang hidungnya.

“Oh, sorry.” Sebuah tangan menangkap punggungnya, mencegahnya terjatuh. Suara itu lembut tapi tegas. “Kamu nggak apa-apa?”

Alea mendongak dan terkejut.

‘Suara ini... kayak kenal...’ batinnya.

Benar saja. Wajah yang muncul di hadapannya adalah sosok populer di sekolah—tampan, tenang, dan tidak banyak bicara. Kakak kelasnya yang paling terkenal.

“Ka... Aiden?”

“Hm? Iya, itu aku. Kamu nggak apa-apa?”

Belum sempat Alea menjawab, suara lain ikut menyela.

“Siapa lo?”

Dikta dan dua temannya sudah mendekat. Sekarang mereka berhadapan dengan Aiden.

“Temen kamu?” tanya Aiden pada Alea.

Alea menggeleng cepat. “B-bukan.”

“Terus siapa mereka?”

“Ngga tahu... aku tadi lagi belajar, terus mereka datang...” bisik Alea pelan.

Aiden melihat ekspresi ketakutan di wajah Alea, dan dari situ ia tahu, tiga cowok ini bukan orang baik.

“Eh, lo siapa?” sergah Dikta lagi. Kali ini nadanya tidak sabar. “Kalau lo nggak ada urusan, mending minggir deh.”

“Lho, justru kalian yang harusnya minggir. Cewek ini pacar gue.”

Seketika wajah ketiga cowok itu berubah.

“Pacar lo? Alea pacar lo?” Dikta bertanya tak percaya.

Ia menatap Aiden dari atas sampai bawah. Penampilannya rapi, tinggi, dengan jaket, tas, dan sepatu bermerek. Jelas bukan siswa biasa. Dibandingkan mereka bertiga, Aiden terlihat sangat menonjol.

Dilihat dari sudut manapun, Alea dan Aiden memang tampak cocok.

“Beneran dia cowok lo?” Kini pertanyaan diarahkan pada Alea.

Aiden merangkul bahunya, menahannya agar tetap dekat. Aroma parfumnya membuat Alea nyaris lupa cara bernapas. Jantungnya berdegup kencang tak karuan.

“Alea?” suara Aiden menyadarkannya. “Jawab.”

“I-iya... Dia pacar aku.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!