NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Mulai goyah

Begitu sampai dirumah. Nara menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Rumah ini memang biasanya sepi sunyi tenang, tapi entah kenapa sekarang jadi kosong. Nara merasa rumah ini bukan hanya sepi tapi juga kosong. Kenapa baru sekarang ia merasakan kalau rumah bahkan hatinya kosong. Tiba-tiba sekali bukan, tapi ya itu namanya manusia dan tuhan lah yang maha mebolak balikkan hati manusia.

Menyesal? Entahlah nara tak tau. Sekarang dirinya sedang ada dipersimpangan jalan. Otaknya terus mengatakan kalau semua ini hanya sementara sampai seorang anak lahir dari rahim febri dan hidupnya akan kembali seperti kemarin. Melanjutkan rumah tangga yang penuh cinta dari sang suami tapi hatinya. Hati nara mulai goyah apalagi mengingat pertanyaan menyebalkan dari heti tadi membuat emosinya jadi memuncak.

Brak

Nara melempar bantal sofa sampai mengrnai layar televisi didepannya.

Dengan langkah mantap dan penuh emosi nara naik kelantai 2, kamar adalah tujuannya.

Brak

Nara membanting asal tas mahalnya diatas meja sofa. Matanya langsung menilik tampilan dirinya didepan cermin meja rias. Cantik tubuh ramping itulah visual yang terlihat dimata nara saat ini walau mata sembab dan wajah merah padam jadi bingkai wajahnya. Nara sedang marah juga menyesal dalam waktu bersamaan tapi menyalahkan diri sendiri bukanlah dirinya. Yang salah itu dewi juga lim kusuma orangtua suaminya.

Bagi nara, dua paruh baya itu yang salah karena mereka mengharapkan kehadiran penerus walau tak pernah benar benar terucap tapi bagi nara merekalah yang salah disini.

Arrrgggghhhhh

Nara menjerit kencang. Meluapkan amarahnya lewat teriakan melengking yang sejatinya tak akan mengurangi rasa apapun.

Mandi bersiap yang cantik dan wangi, tiba tiba saja nara ingin menarik perhatian suaminya lagi. Nara ingin suaminya memuja tubuhnya entah apa maksudnya yang pasti nara hanya ingin wisnu kembali kepelukannya sekarang. Bukan karena ingin tapi lebih ke takut. Nara sedang ingin membuktikan kalau cinta wisnu untuk dirinya tetap seluas samudera dan tak akan pernah tergantikan walau sudah ada febri disisi yang lain.

Detik menit berganti jam, nara duduk gelisah di sofa ruang tamu dengan mata terus mengawasi keluar jendela yang sengaja ia singkap tirainya. Wisnu tak kunjung datang padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sejam yang lalu nara mencoba menghubungi wisnu namun nomor tetap tak aktif sejak jam 7 malam tadi.

"Kemana sih mas" Gumam nara dengan menahan geram tanda sabarnya sudah mulai menipis.

Duduk diam sabar menunggu bukanlah nara. Nara tidak begini aslinya, nara akan meledak kalau hal tidak sesuai kemauannya. Apa apa yang ia katakan adalah mutlak dan tidak terbantahkan bahkan itu oleh wisnu suaminya, kepala keluarha nahkoda kapal tempatnya berlayar.

Hebatnya wisnu, mampu bertahan selama lebih dari lima tahun dengan cinta yang dijadikan pondasi. Tapi tau kah nara, kalau pondasi cinta yang wisnu bangun sudah mulai goyang dan hanya tinggal menunggu waktu untuk roboh dan hancur.

Tepat pukul 1 dini hari, nara yang tertidur di sofa ruang tamu seketika membuka mata karena sorot lampu dari arah depan. Itu lampu mobil, mobil milik wisnu yang baru saja berhenti. Disisa kantuknya, nara langsung memasang wajah marah. Marah karena lama menunggu dan tak mendapat kabar dari sang suami padahal dirinya sudah berdandan maksimal.

Ceklek

Wisnu masuk dengan kunci cadangan yang memang selalu ia bawa. Didepannya, berdiri nara dengan lingery ungu terang dan riasan wajah soft serta lipstik merah merona. Dandanan khasnya nara kalau sedang ingin menggoda dirinya.

Tatapan wisnu biasa saja, seperti tidak minat. Karena jujur saja tubuhnya lelah setelah seharian bekerja ditambah kemarin malam tidak tidur cukup karena menjaga nara yang demam.

"Mas" Panggil nara saat wisnu baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ya" Wisnu mendekat dengan langkah pelan sambil mengusap kepalanya dengan handuk kecil.

"Kenapa ponselnya mati?"

Wisnu menarik napas dalam. Perasaannya langsung kesal, baru sampai rumah langsung ditanya begitu seharusnya disiapkan teh ditawari makan ini malah diintrogasi batinnya.

"Daya nya mati, dari siang aku sibuk ikut jamuan sampai tengah malam. Ini aja aku pamit duluan karena udah capek banget, kemarin jagain kamu subuh baru tidur."

Penjelasan sudah jelas tapi nara masih memasang wajah masam.

"Ra, aku beneran capek. Tolong jangan diperpanjang, aku butuh tidur sekarang karena besok harus ketemu klien penting."

Wisnu berbalik, bejalan menuju sisi ranjang yang lain untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

"Mas ga hargain aku, aku udah dandan cantik begini tapi kamu malah mau tidur."

Wisnu melirik sekilas, memejamkan mata dan menarik napas panjang. Ini belum selesai batinnya.

"Ra, aku beneran capek banget. Maaf ya, kita bisa lain kali ......."

Nara bangkit, berdiri didepan suaminya dengan wajah marah dan mata merah.

"Kamu nolak aku? Karena sekarang udah ada yang lain? Iya"

Suara nara meninggi.

"Ra, kamu ....."

"Apa? Aku dibuang karena sekarang udah punya mainan baru ....."

"Cukup" Wisnu meninggikan suara. "Febri bukan mainan."

Suara wisnu berubah datar, rahangnya mengeras.

Hahahahaha

Tawa nara terdengar lantang di keheningan malam. Wisnu masih menatap wajah istri pertamanya dengan mata menyalang.

"Kamu belain dia mas? Berani kamu ......"

Wisnu diam, bukan karena takut tapi karena lelah. Lelah dengan sikap istrinya yang selalu mau menang sendiri.

Menepi, pilihan yang paling tepat karena jujur saja wisnu sudah tak memiliki cukup tenaga untuk meladeni istrinya berdebat. Tubuhnya butuh istirahat dan itu tidak bohong. Sampai diruang kerja, wisnu merebahkan tubuhnya di sofa berba talkan lengannya sendiri wisnu mencoba tidur walau isi kepalanya sedang berisik.

Didalam kamar, nara mengamuk. Semua barang dibanting dan kamar yang tadinya rapih berubah jadi berantakan. Semua berhamburan dan nara duduk ditengah ranjang sambil memeluk kedua kaki. Matanya merah menandakan marahnya belum sepenuhnya reda. Tak ada air mata sedikitpun, didalam benak nara semua ini adalah salah dewi ibu mertuanya dan sekarang pelan pelan nara mulai menyalahkan wisnu suaminya.

Akhirnya, malam ini sunyi. Nara larut dalam emosinya dan wisnu tidur dengan kerutan dikening yang menandakan pikirannya tak benar benar ikut beristirahat walau raganya sudah lelap. Badai ini, badai yang nara ciptakan secara sadar. Badai yang perlahan sudah mulai berhembus walau belum terlalu kecang namun yakin sebentar lagi nara akan hancur dengan permainan yang ia ciptakan.

Dendam yang tak beralasan akan digaungkan karena merasa sakit sendirian dan menganggap pihak lain bahagia atas penderitaannya. Keegoisan yang sejati, tak mau disalahkan tak mau mengakui kesalahan. Sepertinya, nara lupa. Perasaan orang bisa berubah walau awalnya cinta itu begitu menggebu. Tak semuanya bisa ia genggam dan tak terkecuali wisnu, suami ya.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!