Mon Chéri [Sayangku]

Setelah dibujuk, dipaksa, dan dirayu Hanna, Danis akhirnya mau pulang bersama Hanna dan Ansel. 

Sepanjang perjalanan pun Danis hanya membuka mulutnya untuk bicara kalau diajak Hanna. 

Bukannya jual mahal, tapi Danis takut salah bicara. 

Ansel juga hanya diam, dia fokus menyetir mobilnya. 

“Bosan ah! Kenapa sih kalian berdua banyak diamnya? Gak asik! Lebih aku tidur aja deh! Kak bangunin yaa kalo udah sampe rumah!”, gerutu Hanna. 

Setelah beberapa jauh perjalanan, Ansel menghentikan mobilnya di bahu jalan. 

Diambilnya air minum yang ada disampingnya. Ansel meminumnya dengan sangat cepat, hanya beberapa teguk saja air minum itu sudah habis. 

Danis pun bingung... ia menoleh ke arah Ansel yang sedang meneguk air minumnya. 

Setelah air minumnya habis, Ansel membuka pintu mobil dan keluar. 

Ia berdiri membelakangi mobilnya, kedua tangannya memegang pinggang. 

Dari bahunya yang terlihat naik turun cepat, sepertinya pria itu sedang mencoba mengatur nafasnya. Sepertinya pria itu sedang menahan emosi. 

Danis memutuskan untuk keluar menyusul Ansel. 

Ansel kemudian berjalan maju beberapa langkah. 

“Ansel... ada apa? Apakah terjadi sesuatu? Apakah...” 

Belum sempat Danis meneruskan pertanyaannya, Ansel langsung berbalik,  melihatnya dan memotong pertanyaannya. 

“Kenapa Nis? Kenapa kamu seperti sedang menjauhi aku?”. 

Danis terkejut. Ia tak menyangka kalau ternyata dialah yang membuat pria ini sedikit emosi. 

“Apa salahku Danis? Katakanlah! Jangan kamu menyiksa aku dengan sikapmu seperti ini!”. Ansel mulai mendekat ke arah Danis. 

Kemudian Ansel memegang bahu Danis. 

“Danis aku gak bisa lagi menahan perasaan ini. Aku menyukaimu Danis. Aku sayang sama kamu!. 

Jangan menjauhiku seperti ini! Aku tersiksa dengan sikapmu! Aku gak bisa Danis. Please...” 

Danis diam terpaku mendengar pernyataan cinta Ansel. Speechless... 

Kemudian Ansel memegang dagu Danis dengan lembut, mengarahkan pandangan Danis supaya tertuju kepadanya. 

“Danis aku mencintaimu... ceritakanlah padaku apa penyebab yang membuat kamu sampai kamu harus menjauh dariku?”, ucap Ansel dengan sangat lembut. 

Mendengar ucapan Ansel, membuat Danis tidak dapat menahan air matanya. 

Air mata Danis mulai jatuh membasahi pipinya. 

Bibirnya bergetar... Danis melipat bibirnya kedalam berusaha menahan suara tangisannya. 

Kedua tangan Ansel memegang pipi Danis dengan lembut dan kasih sayang. Kemudian mengusap air mata Danis. 

“Ansel... maaf… Tapi, aku merasa gak pantas. Aku takut keberadaanku justru akan menghancurkan karirmu. Aku gak mau masa laluku akan berdampak buruk pada kehidupanmu”. Danis mencoba memberi tahu walaupun dengan terisak. 

“Danis... semua orang punya masa lalu. Tapi kamu sudah berusaha dan berjuang untuk memperbaikinya. Gak semua wanita seperti kamu Danis. Kamu mampu menghadapi dan melewati semua itu. 

Dan aku memilih kamu! Aku juga mau menjadi bagian hidup kamu, berjuang bersama kamu!” 

“Kamu wanita yang istimewa Danis. Hanya kamu yang mampu membuat hatiku luluh. Dipikiranku selalu ada kamu”. 

Tangis Danis semakin pecah, badannya ikut bergetar. 

“Jangan menangis Danis, aku ingin kamu bahagia bersamaku. Aku ingin membuat kamu dan Liam terus merasa bahagia. Apapun tantangannya kedepan aku mau kita hadapi sama-sama”. Ansel menghapus air mata Danis. 

Danis menatap wajah Ansel lama. Danis akhirnya memeluk tubuh kekar pria itu. 

Ansel pun membalas pelukan Danis dengan sangat erat. 

“Aku juga mencintaimu Ansel...”. 

Akhirnya lega juga. Perasaan cinta satu sama lain yang tertahan selama ini, malam ini akhirnya terungkapkan. 

Ansel memegang kedua pundak Danis, mendorong sedikit badannya sehingga ia bisa kembali menatap mata Danis. 

Matanya menatap lekat wajah Danis, kemudian dengan suara pelan Ansel berkata, “Terimakasih Danis, I love you...” 

Kepalanya semakin dekat dan semakin dekat, mereka berdua bisa merasakan deru nafas masing-masing. Jatung keduanya berdetak lebih cepat. 

Akhirnya bibir Ansel mencium bibir Danis. Ini kali pertama Danis merasakan seseorang mencium bibirnya. Danis hanya bisa menutup matanya. Jantungnya rasanya seperti akan melompat keluar. 

Ansel merasakan bibir Danis yang lembut. Mencium sekali, kemudian memandang kembali wajah Danis. Ansel tersenyum melihat ekspresi Danis yang sangat lucu dan lugu. 

Ansel menarik kembali tubuh Danis kedalam pelukannya. Sementara tangan yang satu menarik tengkuk Danis. 

Ansel mencium kembali bibir Danis. Ciuman mesra dan dalam. Ansel melumat bibir Danis dengan lembut berkali-kali. 

Seperti terbawa suasana, Danis memeluk tubuh Ansel lebih erat. Ekspresinya kini tidak lagi kaku, Danis menikmati ciuman Ansel. 

Bibir mereka basah karena ciuman itu.