NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 | Saran Gila

Setelah kejadian di danau itu, dr. Rian terus menghubungi Alana. Bahkan, dia berulang kali datang ke rumah dengan alasan ingin memberikan obat untuk gadis itu.

"Nak, sebenarnya kamu sakit apa? Kok dokter Rian rajin banget nganterin obat ke sini? Mama tahu dari satpam kalo dia beberapa hari ini sering datang." Hanna menatap putrinya lekat. Dia merasa khawatir akan kesehatan Alana yang sering dia tinggalkan.

"Aku cuma konsul aja kok, Ma. Ya biasa, namanya anak muda kan banyak yang dipikirin." Alana merangkul ibunya sambil tertawa.

Ish, andai Mama tahu. Dia dateng cuma buat alesan aja biar bisa ketemu. Untungnya badanku juga sehat-sehat aja. Oke, Na. Kamu nggak boleh tumbang!

Hanna memberikan buah tangan untuk putri tercinta, sembari mengorek informasi mengenai dokter itu.

"Kalian ada hubungan selain dokter dan pasien?" Hanna melirik jahil ke arah Alana yang tengah mengunyah snack.

"Ya nggak la, Ma. Kan aku udah bilang, cuma konsul aja. Nggak lebih ... eh, emang Mama mau punya mantu dokter?" Alana tertawa melihat tatapan tajam sang ibu.

"Kamu sekolah yang bener, urusan nikah nanti-nanti dulu. Kejar impianmu, pendidikanmu, cita-citamu. Puas-puasin masa mudamu dulu baru mikir nikah. Cukup Mama aja yang ngerasain gimana lika-likunya nikah muda, Na. Kamu jangan." Hanna memeluk putrinya erat, terbayang masa lalu di mana dirinya terus dikejar oleh Bastian yang saat itu adalah kakak tingkatnya di kampus. Dia yang mengira hubungan mereka hanya untuk pacaran, nyatanya Bastian rela pergi ke kampung halaman dan meminangnya.

"Ma, Mama kenapa?" Alana menyentuh bahu ibunya lembut. Hanna buru-buru menggeleng, berusaha melepas bayang-bayang Bastian dari benaknya.

Alana kembali ke kamar dan berniat menghubungi kedua sahabatnya. Namun dia tertegun karena banyak sekali pesan dan misscall yang terpampang di layar.

Dia mengabaikan semuanya dan fokus mencari kontak Sisi dan Vio.

Alana melakukan panggilan video. Sisi lebih banyak menceritakan tentang pacarnya yang masih berjuang dengan soal-soal ujian, sedangkan Vio tersipu malu saat berkata jika dia dan Juna telah jadian.

"Beneran, Vi? Lo serius?" Sisi hampir tak percaya, matanya berkaca-kaca lalu memberikan selamat seakan itu sebuah pencapaian yang sangat dinantikan.

"Na, lo kapan ngenalin pacar ke kita? Masa gue sama Vio udah punya, lo masih aja jomblo. Kan nggak enak banget, nggak bisa triple date." Sisi fokus menatap layar, sedangkan Vio hanya mengangguk.

Alana menjawab jika dirinya masih ingin sendiri dan bebas tanpa ikatan apalagi aturan dari pasangan.

"Eh, yang kemaren di lapangan itu siapa, Na? Lo mau backstreet dari kita?" Lagi-lagi Sisi menanyakan hal yang membuat Alana terdiam. Dia beralasan dipanggil sang ibu lalu memutus sambungan.

Emang punya pacar itu suatu keharusan ya? Emang kalo jomblo itu salah? Hidup bebas tanpa ikatan pacaran itu kuno?

Alana menghela napas, lalu merebahkan diri di tempat tidur.

Baru saja memejamkan mata, ponselnya kembali bergetar. Sebuah notif pesan masuk dari Sisi.

Apaan? Ya kali mau cari jodoh pake ginian. Kayak nggak ada cowok aja di dunia nyata.

Lah, nyatanya lo masih aja jomblo sampe sekarang.

Tapi nggak harus ikut dating-dating online gini kan.

Alana menutup telinga, perdebatan di hatinya membuat kepala terasa pusing tujuh keliling.

"SISI GILAAA!!!"

Alana tak sadar jika suaranya tak lagi di hati, namun kini dia berteriak dan tersadar saat ibunya datang dengan raut khawatir diikuti art yang muncul di depan pintu.

Sementara itu, di lantai bawah terdengar suara seseorang memanggil Hanna.

"Siapa, Ma?" Alana menyipitkan matanya, melirik ke arah pintu.

Hanna mengangkat bahu, lalu pergi.

Setelahnya, Alana berlari ke bawah saat ibunya berteriak disusul bentakan dan suara pecahan kaca.

"Pa! Cukup, jangan sakiti Mama." Alana berteriak di ujung tangga saat tangan ayahnya sudah terangkat tinggi hendak melayangkan pvkulan.

"Heh bocah, kamu itu bukan anakku. Kamu cuma anak panti yang beruntung diambil istriku. Statusmu tetap sama, anak adopsi! Bukan anakku!" Suara Bastian semakin meninggi kala langkah Alana semakin mendekat.

Gadis itu mencoba mengatur napas dan debaran jantungnya sebelum membuka suara.

"Baik, Pa ... Oh maaf, baik Bapak Bastian. Saya memang tidak lupa akan status itu. Tolong, jika Anda memang tidak menginginkan saya di rumah ini, saya bisa pergi saat ini juga. Tapi jangan sakiti istri Anda yang selamanya akan saya anggap sebagai Ibu sendiri." Alana menatap tajam pada laki-laki itu, tangannya meraih tubuh sang ibu yang tersungkur di lantai.

Sebelum pergi, Hanna menoleh dan mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Bastian.

"Kamu bukan lagi suamiku, Bas. Ingat itu. Aku akan laporkan atas tindakan anarkis di rumahku. Siap-siap saja, polisi akan segera datang mencarimu."

Hanna dan Alana berlalu meninggalkan Bastian yang semakin naik pitam dan pergi dengan mobilnya.

Alana belum berani bertanya melihat wajah memar sang ibu disertai luka di lengan dan kening.

"Alana, kamu jangan pergi dari sini ya. Ini rumahmu, temani Mama ya. Nanti jika sudah waktunya, Mama akan ceritakan semua yang mau kamu tahu." Hanna tersenyum lembut.

"Kenapa nggak sekarang, Ma? Setidaknya, aku jadi nggak mikir ke mana-mana perkara ini."

Keduanya terdiam, lalu gadis itu kembali bersuara. "Alana mohon, Ma. Kasih tahu di mana alamat panti asuhan itu, aku janji nggak akan tinggalin Mama. Aku cuma ingin tahu siapa orang tua kandungku, Ma. Please." Alana memohon pada sang ibu meski sebenarnya dia sendiri belum siap jika masa lalunya terkuak saat ini juga.

Hanna menghela napas lalu bangkit, dia berjalan mendekati brangkas dan mengeluarkan sebuah map dan selimut bayi.

"Kamu bisa baca sendiri, Nak. Dan ini, baju dan selimut yang kamu pakai dari tempat itu."

Alana mengulurkan tangan dengan gemetar. Matanya berkaca-kaca saat menyentuh benda penuh kenangan itu. Perlahan, dia membuka map dan membacanya. Terlihat di sana sebuah alamat yang berlokasi di luar Jakarta.

"Aku boleh cari alamat ini kan, Ma?"

Hanna hanya mengangguk, berulang kali wanita itu mengusap air mata yang mengalir deras di pipi.

Alana meminta ijin untuk kembali ke kamarnya, dia segera membuka maps dan mencari lokasi yang tertera di kertas itu.

"Oke, udah dapet. Tinggal nunggu waktu yang pas buat ke sana." Alana tersenyum kecut lalu kembali menyentuh baju dan selimut yang masih bersih karena terbungkus rapi.

Kira-kira, di mana orang tua kandungku? Apa mereka masih ada?

Alana menyimpan semua benda itu lalu mengambil laptop untuk menonton drakor kesukaannya.

Sedang asyik mengagumi wajah oppa-oppa ganteng, tiba-tiba saran gila dari Sisi kembali menari di pelupuk mata. Alana meraih ponsel dan coba mencari aplikasi yang dimaksud. Dia ragu, namun akhirnya terinstal juga.

Alana coba membuka dan membuat akun di sana dengan nama samaran juga foto yang asal dia ambil di internet. Belum lama dia masuk, sebuah pesan membuatnya melempar ponsel itu ke tempat tidur.

Apaan, Na. Lo ngikutin ide gilanya Sisi? Sama aja lo gila!

*

1
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Judul nya ngawak kak
Anisa Febriana272: Oke Ni saya lagi buat novel di catatan judul nya wanita pelakor yang kena karma
total 19 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!