NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:544
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecemasan

Nia.

Aldo yakin itu adalah penggalan huruf Tania.

"Nicolas!" teriak Aldo tepat di telinga Nico membuat cowok itu berjingkrak kaget dan nyaris menjatuhkan layar genggam.

"Oy! Oy! Kenapa lo?" tanya Nico bingung.

Aldo menggeleng. Ternyata seisi ruangan menatapnya. "Nggak apa-apa. Cuma mau manggil aja."

Nico berdecak sebal. "Aelah, gabut banget lo."

Aldo melirik Tania, gadis itu sedang bermain ponsel sambil mesem-mesem sama seperti Nico. Tania tidak memedulikan dekorasi yang sedang dirancang teman-temannya tepat di hadapannya.

Bima yang sudah peka kalau kesempatan ada di depan mata segera memanfaatkannya. Dia mendekatkan bibir ke telinga Aldo. "Hati-hati, Do. Selimut tetangga lebih anget," ujar Bima lalu mengambil satu formulir di sebelah laptop.

Mendengar itu membuat Aldo menoleh pada Nico. "NICO!" teriak Aldo.

"Kenapa lagi sih, Do?" geram Nico.

"Eee ... selimut gue lebih anget daripada punya lo," ujar Aldo.

Nico mengerutkan kening, bahkan seisi ruangan yang mendengar ucapan Aldo mengerutkan kening. Kali ini Aldo terlihat aneh dari biasanya.

"Hah? Maksud lo apaan?"

"Dah lah, lupakan, lupakan," ujar Aldo lantas kembali fokus ke layar laptopnya. Sekali dua kali dia masih sempat melirik percakapan itu.

"Si Aldo aneh banget, kerasukan setan apa dia?" lirih Tania.

"Tania," panggil Bima.

"Apa?"

"Isi formulir ini." Bima meletakkan formulir di lantai tepat di samping Tania.

"Formulir apaan?"

"Formulir pendaftaran OSIS. Kata kak Kevin tadi, lo isi aja ini sekarang."

"Oh iya? Sekarang dia di mana?"

"Siapa?"

"Kak Kevin."

"Mana gue tahu. Malam dia ke sini."

Tania mengangguk. Dia mengambil formulir itu. "Oke, gue isi."

"Biar gue aja yang isi." Nico merebut paksa formulir dari tangan Tania dan menyenggol Bima agar beranjak pergi.

"Apaan sih lo, main nyempil-nyempil aja."

Nico berdecak. "Sana, lo yang bantuin Aldo dan gue yang bantu Tania," kata Nico seraya tersenyum jahil ke arah Tania.

Mendengar itu membuat rahang Aldo mengeras. Dia menekan kuat mouse di tangannya.

"Oh, kesempatan ya, Nic?" goda Bima seraya melirik Aldo.

"Yoi. Jadi Ta—"

"Eh, Nico!" panggil Aldo.

Nico menoleh malas ke arah Aldo. "Apalagi sih, Do? Enggak usah manggil kalau enggak penting!"

Aldo beranjak berdiri membuat kursi yang didudukinya berdecit. "Ini serius, kok. Gue lupa kita dipanggil Pak Wayan, ayo. Biarin Bima yang bantu Tania." Aldo menarik lengan Nico untuk bangkit. Nico yang kebingungan akan sikap Aldo hanya bisa pasrah. Dia tidak peduli kalau seragamnya mulai acak-acakan sama seperti Aldo.

"Aldo kenapa, sih?" tanya Tania.

Bima kembali duduk tegak di depan Tania. "Enggak kenapa-kenapa. Sekarang sebutin siapa nama lo?"

Tania mengambil satu gulungan kertas krep lalu memasangnya bergelombang di sekeliling kotak suara—sama seperti yang dilakukan teman-teman lainnya. "Tania."

"Nama lengkap, oy!"

"Tania Putri Ardian Sanjaya."

Bima yang sudah siap menuliskan nama Tania di kolom formulir saat gadis itu menyebutkan namanya, sekarang urung dilakukan. Bahkan, Jean yang sedang menempelkan karton menghentikan tangannya di udara. Dia melirik Tania bersamaan dengan Bima mengernyit bingung.

"Itu nama lo?"

"Iya."

"Lo nggak copas?"

Pletak!

Tania memukul Bima dengan kardus yang akan dijadikan kotak suara. "Nama lo tuh yang copas!"

"Serius, nama lo sama kayak nama Jean."

Tania langsung menoleh pada Jean. "Emang nama lengkap lo siapa?"

"Jean Putri Ardian Sanjaya," celetuk Bima.

"Gue nanya dia, bukan lo!" ketus Tania.

"'Kan gue mewakili."

"Udah, udah. Masalah nama enggak masalah, mungkin kebetulan nama kita sama," ujar Jean dibalas acungan jempol Tania.

"Jadi sekarang lo tulis nama gue dengan tulisan bagus."

"Iya! Iya!" Bima mulai menulis nama Tania di kolom formulir.

Jean melirik Tania. Ada pertanyaan di benaknya, kenapa namanya sama dengan Tania? Ini tidak mungkin suatu kebetulan. Bima lanjut bertanya kepada Tania. Sedangkan Jean masih dengan lamunannya. Jangan sampai yang dikhawatirkannya selama ini benar-benar terjadi.

...******...

"Kalau aja kita nggak ke sana, mana mungkin kita bawa buku sebanyak ini." Nico menunjuk tumpukan buku paket di tangannya dan juga Aldo. "Lagian, kita tuh nggak dipanggil, ngapain ke sana?"

Aldo meletakkan buku di atas meja. "Berisik lo! Itung-itung amal aja."

"Tahu ah, lo aja yang masukin ke rak, gue mau pergi." Nico berlalu dan memakai sepatunya di ambang pintu.

Aldo menghela napas panjang. Dia memasukkan buku satu per satu ke rak. Untung dia cepat membawa Nico pergi, kalau tidak, mungkin Nico dan Tania sudah berduaan. Tetapi, kalau sekarang Nico pergi kira-kira dia mau ke mana? Apakah kembali ke ruang OSIS bersama Tania?

Aldo tidak akan membiarkan itu terjadi.

Dengan cepat dia memasukkan buku ke dalam rak lalu keluar perpustakaan.

...******...

Tania dan Jean sedang berjalan di lorong utama menuju halaman sekolah. Jean pamit pulang dan Tania mengantar Jean sampai depan.

"Aldo berhenti nih jadi kang ojol lo?" goda Tania.

"Dia bukan tukang ojek, Tania."

"Ya, agak mirip-mirip lah."

Jean terkekeh dan mengiyakan. "Oh iya, gue mau tanya sama lo."

"Apa?"

"Nama belakang lo itu namanya bokap lo?"

Pertanyaan itu sontak membuat langkah Tania terhenti. Jean ikut berhenti dan berbalik menatap Tania. Melihat wajah Tania diam tanpa ekspresi membuat dia merasa bersalah.

"Maaf," lirih Jean.

Tania tersenyum simpul. "Ah, enggak apa-apa. Nama belakang gue emang nama bokap gue."

Sekarang giliran Jean yang terdiam membisu. Mengetahui kenyataan itu membuat sekujur tubuhnya menegang, tangan dan kakinya sudah mulai dingin. Apakah itu nama yang sama dengan orang yang sama? Atau hanya namanya saja yang sama, sedangkan orangnya berbeda? Jean harap opsi kedua lebih tepat.

"Oy!" Tania menjentikkan jarinya membuyarkan lamunan Jean. "Om-om itu udah nungguin." Tania menunjuk seseorang yang berdiri di samping Alphard Jean.

Jean menoleh ke arah Dion. Dan, lelaki itu mulai menurunkan kacamatanya. Dion menatap Tania.

"Oke, gue pergi dulu ya. Semangat dekor malam ini." Jean mengangkat satu tangannya ke udara membentuk tinju.

"Iya."

Jean berlalu pergi. Saat Tania hendak melambaikan tangannya, Dion menatapnya lekat, hal yang membuat sekujur tubuh Tania terasa kaku. Mendapati Dion yang terus menatapnya membuat Tania memainkan jari lalu berlalu pergi.

Dia menuju lapangan, tempat di mana dia bertemu seseorang.

...******...

Nico sedang duduk di atas tribun lapangan. Dia melihat kekasihnya sedang latihan cheers. Nico adalah orang yang bertepuk tangan heboh dan bersorak ria saat anggota cheers menunjukkan kebolehannya.

"SEMANGAT!" teriak Nico.

"Alay," celetuk Tania kemudian duduk di sebelah Nico.

"Yeee, sirik aja lo."

"Lo tuh harusnya bilang makasih ke gue, karena berkat gue kemarin hadiah lo buat Amanda tersampaikan."

Melihat Nico yang sedang berbincang dengan Tania membuat latihan Amanda tidak fokus, Nabilla terus menegurnya. Bukannya Amanda cemburu, hanya saja dia takut Tania melakukan hal ceroboh.

"Iya deh, makasih, Tania."

Tania melipat kaki dan tangannya. "Kata orang bijak, makasih aja itu enggak cukup."

"Lo mau gue kasih cokelat juga?"

Tania menggeleng.

"Endorse menu baru di kafe nyokap lo?"

Tania lagi-lagi menggeleng.

"Terus?"

"Lo cukup ...."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!