Seorang perempuan bernama Maharani Saputri mengalami kegagalan dalam sebuah pernikahan membuatnya frustasi ,ia menikah yang kedua kali juga gagal .
Apakah ia akan bertahan menjadi seorang janda atau kembali menikah dengan harapan bisa memiliki pasangan yang menerima apa adanya ?
Baca yuk sampai selesai ya agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Santai Meskipun Tertekan.
Pagi hari Maharani pulang ke rumah Mario , ia langsung menuju kamar namun tidak melihat Deni di dalam kamar terdengar suara air di dalam kamar mandi berarti Deni sedang mandi , tumben pagi-pagi sudah bangun batin Maharani .mengambil peralatan kampus kemudian keluar kamar .
Maharani memasak di bantu bibi , mereka berdua dengan cepat menyelesaikan tugas dengan rapih . " Non apa tidak capek pagi memasak sore pulang kampus belum malamnya tugas tambahan ," kata bibi dengan tersenyum penuh arti .
Maharani tersenyum karena ia tidak memahami perkataan Bibi . " Sudah menjadi tugas saya bi , dari dulu memang saya selalu mengerjakan tugas kampus dan tugas rumah ,“ jawab Maharani sambil menyiapkan sarapan di meja makan .
Bibi terhenyak mendengar jawaban Maharani kemudian ia menyadari perkataannya , “Pantas saja tidak nyambung di tanya apa jawabannya apa , nyambung juga sih tapi ada yang terlewat mungkin non Hani tidak maksud dengan apa yang aku katakan tadi , biar sajalah ,“ gumamnya .
Setelah menunggu cukup lama akhirnya mereka semua berkumpul di meja makan sarapan bersama . Deni menatap heran dengan Maharani cepat sekali memasaknya batinnya melirik Maharani .
"Hani kamu sedang ujian kan setelah nanti selesai ujian kamu ikut papa ya ,“ Edi menatap dalam Maharani membuat Maharani bingung tapi sesaat kemudian mengangguk menuruti permintaan Edi .
"Memangnya anak papa siapa di sini kok Hani yang di ajak sedangkan aku diabaikan ," Deni merasa tidak berarti . " Ini urusan papa sama Hani bukan sama kamu lebih baik kamu selesaikan ujian dan usahakan nilaimu lebih tinggi dari Hani ," tantang Edi menatap Deni santai tapi penuh makna .
Mery mencurigai Maharani dan suaminya apakah mereka ada hubungan khusus sampai Hani menjadi prioritas suaminya bukan anaknya aku harus selidiki dan cari tahu kebenarannya batin Mery .
"Kalau mama ingin ikut boleh kok biar Hani tidak merasa kesepian dan ada teman ngobrol juga ,“ Edi tahu apa yang ada di pikiran istrinya melirik merasa curiga dengan tatapan istrinya pada Maharani .
"Tidak pa ,mama ada kepentingan sama ibu sosial ," sahut Mery merasa ketahuan seperti sedang maling , "Oh ya sudah kalau begitu , ma papa pergi dulu Deni ingat pesan papa jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari ," Edi mengingatkan Deni dengan menatap tajam ke arah Deni .
Deni mengangguk lalu menunduk . Mery merasa Maharani sudah mempengaruhi keluarganya termasuk suaminya ini jelas ada sesuatu diantara mereka batin Mery .
Edi sudah berangkat ke kantor Maharani menyudahi sarapannya dan pamit kepada Mery dan berjalan ke luar sambil menunggu Deni di dalam mobil .
"Deni apa kamu mencurigai sesuatu ?"tanya Mery berbisik . “Maksud mama apa ?" tanya Deni tidak paham . "Tentang rencana papamu tadi ," jelas Mery . "Tanya saja sama papa langsung , aku pergi dulu ,ma ," pamit Deni berjalan ke luar kemudian masuk ke dalam mobil dan melaju menuju kampus .
Selama perjalanan tidak ada obrolan sama sekali Deni menyalakan musik di dasbor mobil .Lagu kesukaan Maharani mengalun indah di telinganya membuatnya merasa lebih baik .
Mobil sampai di kampus Deni memarkirkannya kemudian mereka turun bersama berjalan menuju kelas tanpa saling bicara .
Seseorang datang menghampiri Maharani dengan senyum mengembang ." Selamat pagi tuan putri ," sapa Edgar di samping Maharani . Maharani merasa tersanjung namun ia berusaha bersikap biasa membalas dengan senyum tipis terkesan cuek .