Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Mungkin Peduli?
Alea berdiri di depan Mal, menatap rintik air yang turun dari langit dengan begitu deras. Ini tidak akan berhenti dalam waktu sebentar, sementara hari sudah hampir sore, Alea harus segera pulang jika tidak mau terlambat ke rumah mertuanya. Dan yang paling penting, dia takut akan membuat suaminya mara jika dia terlambat.
Airin memeluk paper bag di tangannya, dan memilih untuk berlari menerobos hujan menuju parkiran. Bajunya basah kuyup padahal hanya berlari beberapa meter saja, tapi karena hujan begitu deras, bajunya langsung basah kuyup.
"Ah, untung saja hadiah untuk Ibu tidak kehujanan"
Alea mengusap-ngusap bajunya yang basah, meski itu tidak berguna sama sekali. Dia membuka jok motornya dan menyimpan paper bag di dalam bagasi motor. Ketika dia menutup kembali jok motornya, Alea terkejut melihat seseorang yang tiba-tiba berdiri disampingnya.
"Tuan Rean"
"Kau sengaja ingin sakit dan merepotkan aku ya, pake hujan-hujanan seperti anak kecil"
Rean membuka jaketnya dan memakaikan di tubuh Alea. Hal itu cukup mengejutkan bagi Alea, tapi akhirnya dai memegang jaket itu dan semakin menariknya menutupi tubuhnya yang dingin.
"Ikut aku!" Rean menarik tangan Alea yang gelagapan mengikuti langkah kakinya. "Tuan tunggu sebentar, mau kemana?"
"Kau tanya mau kemana? Kita akan pulang"
Alea menyadari jika mereka telah berada di dekat mobil milik Rean. "Tunggu sebentar Tuan, jika aku pulang dengan Tuan, lalu motor saya bagaimana?"
Rean berdecak kesal dengan Alea yang malah mengkhawatirkan motornya daripada dirinya sendiri. "Motor itu akan aman disini, keamanan di sini cukup terjamin. Tidak akan hilang, kalaupun hilang, aku bisa mengganti yang lebih bagus"
Alea langsung menggeleng cepat, melepaskan tangan Rean yang memegang pergelangan tangannya. "Aku tidak mau, motor ini peninggalan Ayah dan aku ingin menjaganya dengan baik"
"Aku jamin itu motor tidak akan hilang, jika motornya hilang aku akan tuntut Mal ini"
Alea menghela napas, sepertinya suaminya benar-benar tidak akan melepaskannya. "Yaudah, aku akan titipkan dulu motor ini. Besok aku ambil kesini, dan tunggu sebentar, aku sudah membeli hadiah untuk Ibu"
Alea kembali ke motornya dan mengambil kembali hadiah untuk Ibu Yulita di bagasi motor. Lalu menitipkan motornya pada pihak penjaga keamanan. Setelah itu, barulah dia masuk ke dalam mobil Rean.
Ketika mobil melaju, Alea merasa cukup tegang. Pertama kalinya berada di dalam mobil hanya berdua dengan suaminya. Ini cukup menegangkan, Alea bingung harus berkata apa, jadi dia memilih diam dan menatap keluar jendela.
Menarik jaket milik Rean yang dia pakai saat AC mobil membuat tubuhnya yang basah semakin terasa dingin. TIba-tiba dia merasa pusing dan sedikit mual, mungkin efek dari tubuh yang kehujanan dan AC mobil.
"Tuan, bisa matikan AC nya?" tanya Alea dengan takut-takut, menatap Rean yang sedang mengemudi.
Rean tidak menjawab, tapi dia menuruti ucapan Alea. Dan itu cukup membuat Alea lega, setidaknya dia tidak begitu dingin lagi karena AC mobil dan rasa pusing di kepalanya bisa sedikit menghilang.
Ketika sampai di depan rumah, hujan sudah mulai mereda, meski masih menyisakan rintik kecil. Alea keluar dari mobil, tubuhnya yang basah terkena angin semakin terasa dingin menusuk. Membuat dia menarik semakin erat jaket Rean yang dipakainya.
"Cepat mandi dan berganti pakaian, jika tidak ingin sakit dan merepotkan aku"
Alea mengangguk, dia berlalu ke kamarnya dengan tersenyum tipis. Hatinya sedikit menghangat dengan ucapan Rean. Meski terkesan cukup kasar, tapi Alea bisa merasakan sedikit kepedulian dari suaminya ini.
Tapi, apa mungkin Rean peduli padanya?
Setelah mandi, Alea berganti pakaian dengan lebih hangat. Dia menatap paper bag berisi hadiah untuk Ibu Yulita. Sebuah dompet simpel yang terlihat lucu dengan sebuah pita di bagian tengah. Warnanya hitam berhias warna gold. Paduan yang sempurna.
"Semoga Ibu suka dengan hadiahnya, ah aku tidak bisa memberi barang lebih bagus karena uangku tidak banyak. Aku juga perlu menabung jika nanti harus pergi dan membawa anakku, pastinya aku harus membiayai anakku"
Alea sudah tidak ingin berharap lagi dari Athan atau keluarga Demitri yang lain. Setelah anaknya lahir, dia benar-benar akan pergi dan membesarkan anaknya sendiri. Siap, tidak siap dia harus melakukan itu.
Suara ketukan pintu membuat Alea menyimpan kembali kotak berisi dompet itu ke dalam paper bag. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Kita berangkat jam 7 kau bersiap"
Alea mengangguk, dia menatap Rean yang masih berdiri di depannya. Dengan ragu ingin berkata sesuatu. "Em Tuan, terima kasih karena tadi sudah menjemputku"
"Aku hanya tidak sengaja sedang disana juga, mana mungkin aku sengaja menjemputmu. Jangan berharap terlalu lebih, nanti kau akan terluka"
Alea mengangguk pelan, dia tidak berkata apapun lagi dan segera masuk kembali ke dalam kamar. Menutup pintu dengan menghembuskan napas panjang.
"Ah benar juga, mana mungkin dia sengaja menjemput"
Sementara diluar kamar, Rean terdiam dengan tatapan yang sulit di artikan. Memegang dadanya sendiri yang berdebar tidak nyaman.
"Sial, lagi-lagi aku seperti ini. Kenapa aku ini?"
*
Mereka telah sampai di rumah orang tua Rean. Alea turun dari mobil, menatap suaminya sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Alea sedikit gugup, karena da anggota keluarga lain yang datang. Meski sempat bertemu di acara pernikahan, ini tetap cukup menegangkan baginya.
"Ah akhirnya kalian datang juga, ayo Alea kita masuk" Ibu Yulita datang dan langsung menggandengan tangan menantunya untuk membawanya berkumpul dengan anggota keluarga yang lain.
Alea tersenyum meski masih merasa canggung berada diantara anggota keluarga ini.
Mereka semua berkumpul di ruang tengah setelah makan malam. Alea di ajak Ibu Yulita dan Arina pergi ke sebuah kamar. Ternyata ini adalah kamar Athan sewaktu dia masih berada disini. Meski Alea tidak ingin mengingat lagi tentang mantan kekasihnya itu, tapi entah kenapa Ibu Yulita membawanya kesini.
"Sebelum memutuskan untuk melanjutkan sekolah S2 di Luar Negara, Ibu sama sekali tidak tahu jika dia mempunyai seorang kekasih. Jika Ibu tahu, mungkin Ibu akan meminta Athan untuk membawanya ke rumah. Alea.."
Ibu Yulita terlihat ragu untuk berkata, dia memegang tangan Alea dan menatapnya lembut. Mereka duduk di pinggir tempat tidur. Sementara Arina duduk di sofa sebrang mereka.
"Ibu tahu ini tidak mudah bagi kamu. Menjalani pernikahan dengan Rean juga pastinya sulit. Ibu juga tahu bagaimana sikap Rean yang dingin. Tapi, Ibu berharap sekali kamu bisa tetap bertahan, mungkin suatu saat Rean akan menerima kamu dan mencintaimu. Percayalah pada Ibu, Nak"
Alea terdiam sejenak, menatap Ibu mertuanya dengan lekat. Tidak berniat menjawab apapun, karena sepertinya dia juga bingung harus menjawab apa.
"Dan satu hal lagi, bayi yang kamu kandung saat ini, adalah cucu pertama Ibu. Tolong jaga baik-baik ya, tidak papa saat nanti anak kamu besar, kamu bisa menjelaskan jika Ayah kandungnya adalah Athan, tapi kalian tetap bisa melanjutkan pernikahan ini. Rean akan luluh padamu suatu saat nanti"
Lagi, Alea tidak mampu menjawab apapun. Lalu tanpa sengaja tatapannya tertuju pada sebuah figura di atas nakas. Foto dua anak kecil disana.
"Ibu, apa ini Rean dan Athan?" tanya Alea sambil meraih bingkai foto itu.
"Iya, yang ini Rean, ini Athan. Mereka hanya berbeda 2 tahun lebih" ucap Ibu Yulita sambil menunjuk bagian foto itu.
Alea terdiam, matanya mengerjap tertegun. Tapi dia tidak berkata apa-apa.
Bersambung
Nah loh.. kan kan.. apa apaan ini..
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....