Dibunuh oleh putrinya sendiri membuat Kayana bersumpah untuk membalas setiap perbuatan keji sang putri saat ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Doanya terkabul ia diberikan kesempatan hidup lagi, apakah ia akan membalas dendam kepada sang putri atau luluh karena sang putri berubah menjadi anak baik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pewaris Yang tertindas
Sejak mengetahui kebenaran dari percakapan Shela dan Haris, Vanesa tidak bisa tidur nyenyak. Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya: “Putri… anak kandung Mala.” Kalimat yang semestinya tidak ia dengar, tapi justru mengubah segalanya.
Putri… anak Mala?
Bukan aku?
Ia merasa seperti hidupnya telah dihancurkan dalam sekejap. Selama ini ia mengira dirinya adalah darah daging keluarga Wijaya, cucu tunggal, pewaris sah. Tapi ternyata, ia hanyalah anak dari Shela, seorang manajer di Zeus Paradise Hotel. Sedangkan Putri, gadis yang selama ini ia hina dan anggap remeh, justru adalah anak kandung Mala… pewaris sejati keluarga Wijaya.
Vanesa tak bisa menerima kenyataan itu.
Sejak saat itu, sikap Vanesa terhadap Putri semakin memburuk. Gadis itu memang sudah sering ia rendahkan di sekolah, apalagi mereka satu kelas. Vanesa dikenal sebagai ratu kelas cantik, kaya, dan disegani, sementara Putri hanyalah siswi biasa yang hidup sederhana dan cenderung tertutup. Tapi kini, kebencian Vanesa tidak lagi sebatas status sosial. Ia benar-benar ingin menghancurkan Putri.
Dan keberadaan Putri di rumah keluarga Wijaya sebagai guru les pribadi, seakan memberi Vanesa panggung sempurna untuk melampiaskan segalanya.
“Serius, kamu ngajarin aku pakai metode ini?” sindir Vanesa suatu hari. “Pantes aja nilai kamu selalu pas-pasan. Kasihan sih.”
Putri hanya diam. Ia sudah terbiasa dengan komentar seperti itu. Tapi akhir-akhir ini, nada Vanesa lebih tajam, penuh amarah yang tak dipahami asalnya.
“Kamu bahkan nggak pantas masuk rumah ini,” lanjut Vanesa saat pelajaran usai. “Bajumu aja nggak cocok sama sofa di ruang tamu. Mending kamu cari tempat lain.”
Putri menunduk. Setiap kali Vanesa bicara, ia merasa seperti menusuk luka yang belum sembuh. Tapi ia tak bisa pergi. Ibunya yang sedang sakit di rumah kecil mereka di pinggiran kota, masih sangat membutuhkannya. Uang dari pekerjaan les ini sangat penting.
Di sisi lain, Shela semakin gelisah. Ia tahu, rahasia besar ini bisa menghancurkan segalanya jika terbongkar dengan cara yang salah. Saat itu, ia menukar bayi Mala dengan bayinya sendiri. Putri yang lahir dari rahim Mala, ia buang diam-diam ke tempat sampah, tempat yang kemudian ditemukan oleh seorang penjaga tempat pembuangan, dan dibesarkan hingga kini.
Namun rahasia itu mulai terkuak. Ia harus memastikan segalanya benar. Ia butuh tes DNA.
Tapi bagaimana caranya? Ia tidak bisa begitu saja mengambil rambut Putri atau Mala. Satu-satunya orang yang bisa melakukannya adalah Vanesa putrinya. Karena hanya dia yang bisa melakukannya.
“Momy,” ucap Vanesa pelan saat ia bertemu dengan Shela diam-diam.
“Kau tahu, semua ini kesalahanmu.”
“Aku tahu,” jawab Shela lirih.
“Kamu menukar aku… membuang Putri… lalu hidupku penuh kebohongan. Dan sekarang kamu datang padaku minta tolong?”
“Vanesa, tolong,” suara Shela gemetar. “Aku harus memastikan kebenarannya. Kita butuh rambut Putri. Juga rambut Mala… kalau masih ada yang bisa diambil dari peninggalannya.”
Vanesa menatap Shela tajam. “Kau minta aku mencuri rambut ibuku sendiri?”
Shela menelan ludah. “Kita sudah terlanjur berdosa, Vanesa. Tapi setidaknya… kita harus tahu kebenarannya.”
Beberapa hari kemudian, diam-diam, Vanesa melakukannya. Ia mengambil beberapa helai rambut putri saat menindas gadis itu. Namun Ia kesulitan saat hendak mengambil rambut Mala. Hingga ia harus memberikan obat tidur pada wanita yang dipanggilnya ibu tersebut.
Dan hasilnya…
Benar. Putri adalah anak kandung Mala.
---
Sejak menerima hasil itu, Vanesa menjadi lebih kejam. Ia mulai merencanakan cara untuk membuat Putri menyerah dan pergi dari rumah keluarga Wijaya. Ia tidak mau kehilangan posisinya. Tidak peduli Putri anak siapa. Bagi Vanesa, Putri adalah ancaman.
Setiap hari, pelajaran les berubah jadi sesi teror batin. Vanesa menjatuhkan buku ke lantai, menyalahkan Putri atas jawabannya sendiri yang salah, bahkan pernah menyiram minuman ke meja saat Putri sedang menjelaskan materi.
Putri ingin berhenti. Ia benar-benar ingin pergi. Tapi ia tak sanggup melihat ibunya kesulitan jika ia menyerah sekarang. Maka ia bertahan. Tapi batinnya mulai menjerit.
Ia mulai merasa Vanesa menyembunyikan sesuatu. Tatapan Vanesa terlalu menusuk, terlalu menyimpan dendam. Ada sesuatu yang tak bisa ia mengerti, namun begitu dekat… begitu mengancam.
Dan malam-malamnya, mimpi buruk terus datang. Tentang seorang wanita yang menangis, tentang darah, tentang suara bayi yang ditinggalkan…
Siapa aku sebenarnya? pikirnya dalam diam.
Sementara itu, Laston yang selama ini dekat dengan Putri perlahan mulai curiga. Ia tahu, sesuatu sedang terjadi. Putri berubah. Lebih murung, lebih tertekan. Ia tidak tahu kenapa, tapi ia yakin, ada rahasia besar yang mengintai gadis itu. Dan ia berniat untuk membongkarnya… sebelum semuanya terlambat.
hadeh ada juga yg kyk gtu