Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 22
Sekar yang masih berkutat dengan pekerjaannya memilih dan memilah siapa yang akan ia terima bekerja itu jelas melewatkan makan siangnya. Padahal ini sudah pukul 13.30, tapi Sekar tidak mempedulikan hal tersebut, terlebih dirinya juga sedang berhalangan. Jelas dia tidak harus turun ke masjid untuk melaksanakan kewajiban.
" Ini atau ini? Ini dia memang lulusan terbaik, tapi belum ada pengalaman. Sedangkan ini, pengalamannya sangat bagus bahkan dia punya surat rekomendasi dari tempat kerjanya yang dulu."
Sekar memicingkan matanya saat melihat sebuah foto itu. Dia juga mengingat orang yang tadi diwawancarainya. Lagi, dia merasa sangat familiar. Pernah melihat tapi tidak tahu dimana dan kapan.
" Rimawati Gunawan, apa aku pernah mengenal wanita itu sebelumnya? Dia sungguh tidak asing. Aah sudahlah. Aku sudah tahu siapa yang harus bekerja di sini."
Tampaknya Sekar sudah membuat keputusan. Ia menghela nafasnya penuh dengan kelegaan. Sekar juga meregangkan punggung dan pinggangnya yang lumayan kaku karena dari tadi duduk dengan posisi sedikit membungkuk saat memilah lembar-demi lembar surat lamaran dari para peserta pencari kerja yang ia wawancara.
Tok! Tok! Tok!
" Masuk!"
Pintu ruangannya di ketuk, Sekar tanpa melihat ke arah pintu mempersilahkan seseorang tersebut untuk masuk.
" Assalamualaikum, selamat siang."
Deg!
Sekar langsung melihat ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang datang. Tapi secepat kilat dia mengubah ekspresi keterkejutannya itu, ia mengatur debaran jantung yang begitu cepat menjadi lebih tenang.
" Ekhem, wa alaikum salam. Ada apa kamu kemari?"
" Mendatangi istriku, masa tidak boleh?"
Sekar mengernyitkan keningnya. Ada yang salah sepertinya dengan otak pria yang berdiri di depannya itu. Mengapa wajah dan kata-katanya berubah menjadi begitu lembut. Biasanya Aryo selalu menampilkan ekspresi datar dan dingin. Bahkan pria itu selalu irit bicara. Beberapa hari ini pun mereka tidak saling berbicara secara terang-terangan. Lalu, mengapa sekarang begitu?
" Salah makan kayaknya ini orang," gumam Sekar lirih.
" Ini apakah aku tidak diminta untuk duduk. Waah tega sekali istriku, suaminya datang dibiarkan berdiri di depan pintu."
Ucapan Aryo membuat Sekar membulatkan matanya. Istri, suami, waah ini adalah sesuatu yang tidak ia duga. Tapi detik kemudian Sekar meminta Aryo untuk duduk. Ia benar-benar bingung dnegan sikap Aryo yang berubah drastis itu.
Apalagi saat sang suami mulai menyiapkan makan siang yang dibawa dan memberikan kepadanya. " Sejak kapan dia membawa pring juga. Orang ini sungguh sangat aneh. Dia salah minum obat kali ya, apakah perlu papa untuk memeriksa otaknya."
Saat sekar sibuk dengan pikirannya sendiri melihat polah tingkah Aryo, pria itu malah tersenyum sepanjang waktu. Sungguh membuat Sekar semakin keheranan.
" Jangan banyak berpikir. Cepat makan siang, aku yakin kamu belum makan kan?" ucap Aryo. Ia bahkan menuangkan minum untuk Sekar.
" Terimakasih," sahut Sekar singkat. Dia memang belum makan. Perutnya pun terasa begitu lapar, maka dari itu Sekar memakan nasi padang yang dibawa Aryo dengan begitu hikmad.
Aryo tersenyum, satu langkah untuk memperbaiki hubungan dirinya dengan sang istri sepertinya berjalan lancar. Meskipun Sekar masih terlihat acuh dan berkata seperlunya, tapi paling tidak dia tidak menolak makanan yang dia bawa.
" Kar, makan yuk! Eh maaf Tuan, silakan dilanjut lagi makan bersamanya. Saya tidak akan mengganggu."
Mondi langsung segera menutup pintu ruangan milik Sekar. Ia sangat terkejut saat melihat Aryo ada di sana. Meskipun dia baru sekali melihat Aryo yakni saat acara pernikahan keduanya, tapi tentu saja dia tidak lupa wajah suami dari Sekar tersebut.
" Bagus, semoga hubungan keduanya semakin baik," ucap Mondi pelan. Asisten pribadi Sekar itu tersenyum lebar saat melihat apa yang ada di dalam ruangan sang bos, tapi senyumnya langsung pudar saat melihat seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Lebih tepatnya adalah menuju ke arah ruangan Sekar.
" Ada keperluan apa dr. Syah ke ruangan Sekar?" Mondi menghadang dr. Syah. Ia bahkan berdiri tepat di depan dr. Syah.
" Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Sekar," ujar dr. Syah cepat.
" Sebaiknya Anda kembali nanti. Sekar sedang makan bersama suaminya di dalam sana."
Deg!
Ucapan Mondi membuat Syah seketika terdiam. Sebenarnya ia ingin mengajak Sekar makan siang, tapi sepertinya niatnya harus segera diurungkan.
" Oh begitu. Baiklah, aku akan kembali nanti."
Syah membalikkan tubuhnya dan segera pergi dari depan Mondi. Ada rasa sesak di dadanya. Padahal dia sudah tahu bahwa Sekar sudah menikah, saat seperti ini pasti cepat atau lambat akan terjadi.
" Tapi mengapa rasanya sangat sakit mengetahui hal itu," lirih Syah.
Ia melihat lagi ke belakang, dan betapa terkejutnya dia saat Mondi masih berdiri tegak di sana. Syah membuang nafasnya kasar, Mondi sangat setia kepada Sekar. Pria itu benar-benar menjaga Sekar bahkan sampai di kehidupan pribadi.
" Aku tidak akan membiarkanmu menganggu Sekar, Dokter Syahrizal. Aku tahu kamu menyukai Sekar, tapi dia sudah bersuami, seharusnya kamu tahu itu dan mengambil sikap yang benar."
Mondi baru beranjak dari tempatnya berdiri saat dr. Syah benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
Sedangkan di dalam ruangan itu, Sepasang suami istri diliputi rasa yang sangat canggung. Setelah selesai makan, Sekar langsung melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak mempedulikan kehadiran Aryo di sana. Bahkan ia menganggap suaminya itu tidak ada di sana.
Aryo yang mengetahui bahwa dirinya di acuhkan hanya membuang nafasnya kasar. Dia tidak menyalahkan Sekar yang bersikap seperti itu. Aryo sangat paham bahwa sumber masalah adalah dirinya.
" Kar, bisa kita bicara sebentar?" pinta Aryo dengan suara rendah dan lembut.
" hmm," sahut Sekar singkat.
Aryo sungguh kehabisan kata saat mendapat reaksi acuh dari Sekar. Ia yang sedikit geregetan akhirnya menarik tangan Sekar dan membuat istrinya itu menghadap ke arahnya.
" Apaan sih?" sergah Sekar dengan sorot mata yang sangat kesal.
" Aku mau bicara, bisakah melihatku?"
" Bicara ya bicara saja, tidak perlu saling tatap kan?"
Aryo membuang nafasnya kasar. Sungguh dia tidak mengerti mengapa Sekar menjadi begitu. Berubah kah sang istri? ya, Aryo merasa Sekar sangat berbeda dari yang pertama ia temui.
" Baiklah, jika kamu tidak mau melihatku, yang penting kamu mau mendengarkan aku. Aku minta maaf soal kejadian tempo hari dimana aku menciummu paksa. Saat melihatmu tertawa dengan pria lain, jujur aku tidak suka. Maka dari itu aku berbuat impulsif. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi jika kamu tidak mengizinkanku." Aryo pasrah, dia terus berbicara meskipun Sekar tetap memeriksa file kerjaan.
cih, siapa juga yang akan mengizinkanmu untuk mencium ku lagi. Jangan terlalu percaya diri, batin Sekar.
" Dan soal malam itu, dan juga sore dimana aku tidak jadi menjemputmu, aku sungguh minta maaf juga. Ada sebuah urusan yang aku kerjakan. Tapi aku janji tidak akan lagi melakukan hal seperti itu lagi."
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir