Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Dennis Wijaya
“Boleh saya ikut duduk di sini, Nona?” tanya seorang pria blasteran yang terlihat tampan dengan setelan jas hitam.
Kailla hanya mendongak sebentar tanpa bicara kemudian kembali berselancar dengan ponselnya.
Ia pikir tidak perlu banyak bicara dengan pria di hadapannya karena ia sendiri tidak mengenal sama sekali. Pria itu dengan tidak tahu malunya langsung duduk tepat di samping Kailla dan menatap sambil tersenyum.
“Hai, kenalkan aku Dennis Wijaya, pria tampan seantero Jakarta.” Pria itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Kailla bergeming, masih tetap sibuk dengan ponselnya walaupun dalam hati ia sempat mengumpat pria tidak tahu malu yang ternyata juga suka menyombongkan diri sendiri.
“Gadis ini ternyata susah didekati. It’s okey. Ini yang membuatnya semakin menarik.”
“Ayolah, Cantik. Lihatlah aku sedetik saja ... pasti kamu akan mengakui pesonaku.” Pria bernama Dennis itu masih tetap berusaha untuk bisa mendekati Kailla. Ia masih berlama-lama menatap gadis cantik di sampingnya sehingga tidak menyadari ada sepasang mata yang mengawasi dan siap untuk menerkamnya.
“Kai, ayo ikut denganku," ajak Pram, tiba-tiba meraih tangan Kailla dan membantu berjalan dengan mengangkat sebagian ujung gaun panjang Kailla.
“Om mau membawaku ke mana? Aduh, ini jalannya pelan dong. Gaunku terinjak, Om," protes Kailla karena harus berjalan cepat untuk mengimbangi langkah kaki Pram. Pram berhenti dan mengamati, lagi-lagi ujung gaun yang terinjak hak sepatu Kailla.
“Astaga, Kai! Kalau aku tahu gaun ini hanya akan menyusahkanku, aku tidak akan membelinya untukmu.” Pram berdecak kesal.
Setelah bergabung dengan Daddy, Kailla dikenalkan dengan beberapa teman bisnis Riadi dan Pram. Terlihat beberapa kali Kailla merengek dan berbisik ke telinga Pram agar diizinkan segera meninggalkan percakapan yang menurutnya begitu membosankan. Namun apa daya, Pram tetap menggenggam tangannya dan tidak membiarkannya menjauh selangkah pun.
“Ayolah, Om. Aku hanya ingin minum dan mengambil beberapa camilan.” Kailla memohon sembari memberi tatapan memelas.
Mendengar rengekan Kailla, bukannya mengizinkan Pram malah melingkarkan tangannya ke pinggang Kailla dan menarik gadis itu supaya semakin mendekat. Bukannya apa-apa, Pram tidak mau kejadian tadi terulang lagi. Baru sebentar ia meninggalkan Kailla, sudah ada saja laki-laki yang menggoda calon tunangannya.
Bukan tanpa alasan, saat ini Pram sedang berusaha meluluhkan hati Kailla, ditambah kehadiran laki-laki lain hanya akan membuat usaha Pram semakin sulit.
Setelah berbincang dan menyapa teman dan koleganya, Pak Riadi bermaksud mengajak Pram dan Kailla kembali duduk. Terlalu lama berdiri, membuat pinggangnya menjadi sedikit sakit. Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba seseorang menyapanya dari belakang.
“Selamat malam, Pak Riadi Dirgantara. Senang bisa berjumpa dengan anda di sini," sapa seorang perempuan cantik.
Deg--
Pak Riadi segera berbalik badan dan memastikan siapa pemilik suara yang menyapanya.
“Kamu? Bagaimana kamu bisa datang ke acara ini? Siapa yang mengizinkanmu masuk?” tanya Pak Riadi terkejut.
“Perkenalkan, saya Anita Persada. Mungkin anda masih mengingat saya. Kebetulan saya juga menerima undangan dari Pak David kemarin," jawab Anita sambil menunjukan undangan yang ada di tangannya.
“Bagaimana bisa?” Pak Riadi segera menatap tajam ke arah Pram.
“Oh ya, saya lupa memberi tahu anda. Kontrak kerja sama perusahaan anda dan perusahaan saya baru saja ditandatangani kemarin. Kemungkinan, datanya belum sampai ke meja Pak Riadi .” Anita menjawab dengan senyum penuh kemenangan.
Pram sendiri sejak tadi sudah menampakkan wajah penuh kemarahan, tangannya terkepal berusaha untuk menahan emosi pada perempuan di depannya. Sampai ia tidak menyadari kalau sudah menggenggam tangan Kailla dengan kencang saat ini.
“Aw ... sakit Om.” Kailla berkata sambil mengentakkan tangannya yang digenggam Pram. Genggaman itu terlalu erat, usaha Kailla sia-sia.
Mendengar ucapan Kailla, Pram segera melonggarkan genggamannya. Anita pun beralih menatap Kailla yang saat ini diapit oleh Pram dan Pak Riadi. Pandangan matanya tertuju pada tangan Pram yang sedang menggenggam tangan Kailla. Ada rasa cemburu dan sakit hati melihat perhatian Pram pada Kailla. Dari awal masuk ke dalam hotel, ia sudah memperhatikan bagaimana Pram memperlakukan Kailla. Walau ia membenci Pram saat ini, tetapi di dalam hatinya masih ada sisa cinta yang tertinggal untuk Pram. Ia tidak tau jelas siapa gadis yang digenggam tangannya oleh Pram saat ini, tetapi ia yakin gadis itu pasti memiliki hubungan dekat dengan Pram.
“Hai, kenalkan aku Anita, mantan kekasih Pram.” Anita mengenalkan diri sambil mengulurkan tangannya pada Kailla.
“Kailla,” jawab Kailla sambil menjabat tangan Anita.
“Oh, gadis kecil kesayangan Pak Riadi,” ucap Anita sambil tersenyum menatap ke arah Pak Riadi. Ia masih mengingat Kailla, gadis yang dulu sering menyusahkan Pram sewaktu mereka masih pacaran.
Melihat Kailla yang sedang berjabatan tangan dengan Anita, Pak Riadi merasa sangat khawatir. Segera ia mengajak Pram dan Kailla untuk menyudahi obrolan dan kembali berjalan menuju tempat duduk mereka.
“Sepertinya aku menemukan cara lebih mudah untuk membalas sakit hatiku. Kenapa aku sampai melupakan keberadaan gadis ini. Hmm, jadi lebih menarik. Kalian bisa merasakan apa yang aku dan keluargaku rasakan. Kamu lihat saja, Riadi Dirgantara bagaimana rasanya ketika putri tercintamu menderita.”
***
T b c
Terima kasih.
Love you all