Hantu Tampan Sang Pewaris

"Lalu bagaimana dengan istrinya? Dia pasti akan sangat sedih telah kehilangan suaminya, haruskan kita tega menyembunyikan Tuan Dilan dari istrinya sendiri?" tanya Dokter Roberto kepada Pengacara Kenzi. Mereka memang tidak tahu bahwa Selena itu wanita yang jahat.

Pengacara Kenzi terdiam sejenak, haruskah dia memberitahu Selena bahwa Dilan sebenarnya masih hidup. Kecelakaan di jurang itu rupanya hanya disabotase, walaupun entah siapa yang melakukannya.

Pengacara Kenzi sangat yakin Dilan pasti akan marah jika dia tersadar dari koma nanti, mengetahui bahwa sang pengacara telah lancang menyembunyikan dirinya dari istrinya. Tapi Pengacara Kenzi harus berani mengambil resiko, dia teringat dengan amanat dari Tuan Andre bahwa dia harus melindungi Dilan.

Pengacara Kenzi berpikir lagi, tapi dia belum mengetahui bagaimana sifat Selena yang sesungguhnya, dia belum tahu Selena jahat atau tidak.

"Tidak, jangan beritahu Nona Selena bahwa Tuan Dilan masih hidup. Kita belum tahu Nona Selena berada dikubu yang mana. Biarlah keberadaan Tuan Dilan hanya menjadi rahasia kita berdua." Untuk sekarang ini Pengacara Kenzi hanya bisa menunggu sampai Dilan siuman, dia tak bisa berbuat sesuatu diluar kehendaknya.

Dokter Roberto pun menganggukkan kepala, apapun akan dia lakukan untuk melindungi sang Tuan Muda. "Baiklah, aku tidak akan memberitahu siapapun tentang Tuan Dilan."

Mungkin orang-orang yang sering membaca artikel tentang Dilan, ataupun berita tentang Dilan yang menjadi pengusaha muda sukses bisa membuat Niroga menjadi salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, mereka akan berpikir bagaimana beruntungnya menjadi Dilan Niroga, seorang pewaris yang kaya raya, sukses, dan juga tampan.

Padahal banyak orang yang mengincar posisi Dilan, sehingga banyak sekali orang-orang di Niroga yang bermuka dua, jika dia berada di depan Dilan dia terlihat sangat baik, sementara jika dia berada dibelakang Dilan dia sangat membenci Dilan dan berusaha untuk menjatuhkannya. Karena itu Pengacara Kenzi tidak bisa mempercayai siapapun selain Dokter Roberto, dulu Dokter Roberto adalah dokter pribadinya Tuan Andre.

...****************...

Sore ini Justin mengunjungi Pak Arga di lapas. Setelah bertemu dengan Nathalie, anak dari mantan supir ayahnya Dilan itu, Justin jadi ingin bertemu dengan Pak Arga kembali, setelah sekian lama mereka tidak bertemu.

Pak Arga mencoba menyembunyikan rasa takutnya ketika bertemu dengan Justin, bagaimana dia tak takut, pria berusia 30 tahun itu adalah orang yang telah membuat mantan majikannya meninggal dengan sangat sadis.

"Me-me-mengapa an-anda ingin bertemu dengan saya?" tanya Pak Arga dengan sangat gugup.

Justin tersenyum kecut memandangi Pak Arga. "Hanya ingin bertemu dengan anda untuk terakhir kalinya, sebelum anda dihukum mati."

Tangan pria itu itu telah berkeringat, bahkan keringat dingin mengalir disekujur tubuhnya, menunjukkan betapa gugupnya dia ketika berhadapan dengan Justin. "Aku sudah memenuhi permintaan kamu, jadi aku harap kamu menepati janjimu untuk tidak melukai putriku."

Justin malah tertawa, dia menunjukkan foto Nathalie pada Pak Arga, foto yang digunakan Nathalie untuk melamar pekerjaan. "Putrimu Nathalie Anastasya, dia sekarang telah tumbuh dewasa, dan sangat cantik. Aku hanya ingin memberikan foto putrimu, sebagai bukti bahwa sampai sekarang putrimu masih hidup. Aku telah memenuhi janjiku."

Pak Arga langsung membawa foto Nathalie dari tangan Justin, mata Pak Arga berkaca-kaca melihat putrinya kini telah tumbuh dewasa. "Putriku, kamu sudah dewasa, nak."

Akhirnya Pak Arga bisa melihat foto Nathalie yang sudah dewasa, wajah Nathalie dari kecil sama sekali tidak berubah, dari kecil Nathalie memang sangat cantik.

Justin berdiri, dia menepuk-nepuk pundak Pak Arga. "Sekarang anda harus mempersiapkan diri untuk dihukum mati nanti. Aku tau mungkin menurut anda ini semua sama sekali tidak adil untuk anda, itu karena nasib anda yang kurang beruntung, sama sepertiku, aku adalah seorang pria yang nasibnya kurang beruntung, karena itu aku harus berusaha keras untuk mendapatkan keberuntungan itu."

Pak Arga tak bisa berkutik apa-apa, jika seandainya dia melawan, Justin pasti akan menyakiti Nathalie, demi melindungi putrinya dia rela melakukan apapun, meskipun dia harus dihukum mati atas kejahatan yang bukan dia lakukan.

Setelah menemui Pak Arga, Justin pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya, dia memakai headsetnya, untuk menelepon Hendrik.

Sudah beberapa kali Justin mencoba untuk menelpon Hendrik, tapi ternyata Hendrik belum mengangkat telepon darinya juga, membuat Justin kesal. "Kemana dia? Kenapa dia susah sekali untuk dihubungi?"

Justin tidak tahu bahwa sampai kini Hendrik masih berusaha mencari jasadnya Dilan, setidaknya dia merasa tenang kalau sudah menemukan jasad Dilan, walaupun hanya sebagian tubuhnya saja.

Rambu-rambu lalu lintas telah menunjukkan lampu berwarna merah, Justin menghentikan mobilnya, menunggu lampu hijau tiba. Justin tak sengaja melihat Nathalie yang sedang tersenyum sambil berbicara sendirian di depan halte bis, Justin lama sekali memperhatikan Nathalie dari kejauhan, wajah Nathalie memang sangat cantik, Justin mengakui hal itu, tapi tetap saja baginya Nathalie sama sekali tidak menarik, apalagi Nathalie berasal dari kalangan orang miskin, dan usia mereka sangat jauh.

Bukan hanya itu, Justin tidak ingin berurusan dengan Nathalie lagi, anak dari orang yang telah dia kmbing hitamkan.

"Gadis yang malang, mungkin karena kesepian sampai dia berbicara sendirian." gumamnya. Justin sama sekali tidak merasa bersalah pada Nathalie, padahal dialah yang telah merusak kebahagiaan Nathalie, memisahkan seorang anak berusia 10 tahun dari ayahnya.

Setelah lampu hijau, Justin pun menjalankan mobilnya kembali. Justin tidak tahu bahwa Dilan lah yang telah membuat Nathalie tersenyum.