"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa penasaran Devano
Dtttttttttt......Dttttttr.....Dtttttt
Suara dering ponsel menyadarkan Devano dari bayangan kejadian beberapa jam yang lalu. Kedua matanya membulat saat membaca pesan yang ternyata dari saudara sepupunya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Bella.
Bella:Kak, Kita harus bertemu. Ada hal penting yang harus kamu tau, Kita bertemu besok di restoran pelangi jam 12:00
Devano terdiam sambil terus menatap pesan itu"Hal penting. Memangnya hal penting apa yang mau dia katakan. Palingan juga mau curhat soal Dion" tebak Devano sambil mengetik di atas layar ponselnya.
Devano:Hal penting apa yang mau kamu katakan? Jangan bilang ini soal si Dion?
Bella:Jangan sotoy. Ini sama sekali gak ada hubungannya dengan aku ataupun Dion. Ini soal Kakak sama Nadira
Devano:Nadira? Ada apa memangnya? Aku sudah males berurusan dengan anak kecil tidak berguna itu.
Bella:Eleh, Jangan pernah mengatakan Nadira anak kecil tak berguna. Aku pastikan kakak akan menyesal sudah melakukan itu pada Dira
Devano tak menjawab. Pria itu masih mencoba mencerna apa yang Bella katakan. "Ck! Untuk apa aku menyesal. Malah itu sudah seharusnya aku lakukan" ucapnya sambil masuk ke dalam kamarnya.
Setelah tiba di dalam kamarnya, Devano menutup semua gorden serta pintu kamarnya. Kemudian naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya.
"Kenapa aku jadi penasaran dengan apa yang mau Bella katakan. Apa lagi ini menyangkut Nadira. Hal yang akan membuat aku menyesal. Kira-kira apa ya" ucapnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Di Tempat Lain
Nadira mencoba memejamkan kedua matanya saat pesawat yang dia tumpangi sudah take off meninggalkan kota jakarta. Biarpun terasa cukup berat, Tapi sebisa mungkin Nadira mencoba menerima semua ini.
"Nad. Kamu kenapa sayang? Kenapa sejak tadi mama perhatiin kamu diam saja?" tanya mamanya sambil menepuk pundak Nadira.
Hal itu tentu saja membuat Nadira merasa cukup terkejut. Pasalnya, Hanya rasanya yang ada di pesawat ini, Namun pikirannya melalang buana entah kemana.
"Nad. Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan"tanya Mamanya lagi.
Nadira menggeleng cepat"Nggak kok, Ma. Hanya saja Nadira kepikiran soal kuliah saja"jawab Nadira yang sengaja berbohong. Padahal Nadira sendiri tidak tau hal apa yang sebenarnya saat ini sedang mengganggu pikirannya. Bahkan membuatnya merasa sangat gelisah.
"Kalau soap kuliah, kamu tidak perlu khawatir, Sayang. Karna papa sudah meminta seseorang untuk segera mengurus perpindahan kuliah kamu ke Tokyo. Sementara sebelum itu selesai, Kamu bisa ikut mama atau papa ke kantor besok" ucap mamanya sambil menatap Nadira.
Nadira mengangguk pelan"Iya, Ma" balasnya sambil tersenyum.
Setelah itu, Nadira menatap ke luar jendela. Memandangi bintang-bintang yang bertaburan dan terlihat sangat indah di sana. Hingga tatapan Nadira tertuju pada salah satu bintang yang bersinar sangat terang di antara yang lain.
"Bintang itu, Kenapa membuatku teringat pada pak Devano" batinnya yang tanpa sadar mengucapkan nama Devano.
"Kamu tau gak alasan saya suka memandangi bintang?" ucap Devano sambil menoleh pada Nadira yang duduk tepat di sampingnya.
"Ya gak tau lah, Pak. Kan bapak belum bilang. Memangnya kenapa?" tanya Nadira sambil ikut menoleh pada Devano.
"Karna, Bintang adalah salah satu hal yang selalu mengingatkan ku pada kak Dania. Sosok kakak yang aku sendiri tidak tau di mana keberadaannya"
"Kenapa aku malah ingat sama orang yang ngeselin itu" ucapnya sambil menggelengkan cepat kepalanya. Membuyarkan bayangan Devan yang sudah mulai memenuhi isi kepalanya.
"Astaga, Kenapa aku malah kepikiran sama dia sih. Pergi gak! Pergi jangan hadir dan melintas begitu saja" ucap Nadira sambil menggelengkan kepalanya.
Mamanya yang melihat Nadira seperti itu mengerutkan kecil keningnya"Siapa yang kamu suruh pergi. Nad?" tanya sang mama yang merasa penasaran dengan apa yang baru saja dia dengar dari Nadira.
"Hah! oh gak ada kok ma. Hanya saja tadi ada nyamuk yang mengganggu. Makanya Nadira suruh pergi" balasnya sambil cengengesan.
"Ada-ada saja kamu. Di pesawat mana ada nyamuk. Jangan ngaco deh sayang, Ini bukan hutan" seru sang mama sambil tertawa
"Ada tadi ma. Tapi sudah pergi"
"Dari pada kamu ngaco gak jelas. Lebih baik kamu tidur. Pakek gih selimutnya"
"Iya ma"
"Perjalanan kita masih 7 jam lagi. Jadi sebaiknya kamu tidur" ucap mamanya pada Nadira.
*
*
*
Tanpa terasa malam sudah berlalu, Devano merenggangkan otot-otot tangannya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa berat.
Suara alarm yang biasa dia pasang untuk membangunkannya setiap pagi sudah begitu mengusik tidur nyenyak nya.
"Ah, Kenapa sudah pagi saja" ucapnya sambil bangun dari tidurnya dan mengacak rambutnya sendiri.
Kemudian Devano berjalan ke arah kamar mandi. Melakukan ritual mandi seperti hari-hari biasanya.
30 menit kemudian. Devano sudah siap dengan pakaian kerjanya. Sebelum keluar dari dalam kamarnya, Devano masih mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 06:40.
"Gak nyangka jika perusahaan bisa kerja sama dengan pt SEJAHTERA. Tapi siap yang sudah melakukan meeting dengannya" ucapnya yang terlihat begitu penasaran dengan siapa yang sudah melakukan semua ini.