ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.
“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”
Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭
ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.
“Wi.. kita nikah yuk.”
Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱
Gue mesti gimana gaaeeesss???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikhlas
Belum sempat Nenden menjawab, mereka dikejutkan dengan kegaduhan tim medis. Sontak Nenden menolehkan kepala ke ruang tindakan di mana suaminya berada. Dengan cepat dia menghambur ke sana begitu tahu, tim sibuk berdatangan ke ruangan tersebut. Sambil menutup mulut dengan tangannya, matanya terus memandangi dokter yang tengah berusaha menyelamatkan nyawa suaminya.
Mata Dewi membelalak ketika mengetahui orang yang tengah terbaring di blankar dan tengah dalam penanganan beberapa tenaga medis adalah ayahnya tercinta. Hampir saja dia menghambur masuk ke dalam ruangan kalau saja Roxas tidak menahannya.
Seorang dokter naik ke atas blankar kemudian melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau yang biasa dikenal dengan istilah CPR. Terlihat dokter tersebut beberapa kali memompa jantung Herman yang berhenti berdetak. Seorang suster mendekat kemudian menempelkan alat kejut jantung. Tubuh Herman terlonjak ke atas begitu mendapat kejutan listrik.
Detak jantung pria itu belum kembali. Terdengar dokter memerintahkan untuk menyuntikan epinephrin, kemudian dokter tersebut kembali naik untuk memberikan CPR. Tak lama alat kejut jantung kembali diberikan, namun monitor masih menunjukkan garis lurus. Setelah tiga kali percobaan, sang dokter berhenti melakukan CPR.
“Waktu kematian, pukul 22.26 menit,” ujar sang dokter.
“BAPAK!!!” teriak Dewi histeris begitu melihat layar monitor tetap menunjukkan garis lurus, dan mendengar ucapan sang dokter.
Dewi segera melepaskan diri dari Roxas kemudian menghambur ke dalam ruang tindakan. Dipeluknya tubuh sang ayah yang terbujur kaku di atas blankar. Sementara itu tubuh Nenden hampir saja terjatuh kalau Roxas tak segera menangkapnya. Sambil membimbing ibu dari sahabatnya itu, dia berjalan menuju ruang tindakan.
“Maaf bu, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa bapak. Bapak kehilangan banyak darah dan kondisinya memang sudah kritis ketika sampai ke sini.”
Airmata Nenden semakin deras bercucuran mendengarnya. Dengan langkah terseok dia mendekati jasad suaminya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya selain isak tangis saja. Roxas pun tak bisa menahan tangisnya. Baginya Herman sudah seperti ayahnya sendiri. Dia bisa mendapatkan sosok seorang ayah dari Herman.
🌸🌸🌸
Suasana pemakaman berlangsung diiringi isak tangis Dewi dan Nenden. Semua penghuni rumah petak haji Soleh, termasuk keluarga juragan angkot itu ikut mengantar kepergian pria yang terkenal ramah dan humoris. Tak hanya mereka, semua rekan seprofesi Herman juga ikut hadir di sana.
Teman-teman Dewi dan juga beberapa guru turut datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada Herman. Adrian selaku wali kelas Dewi juga ikut datang. Pria itu hanya memandangi Dewi yang terus menangis dalam pelukan ibunya.
Usai jenazah Herman dimasukkan ke liang lahat, para penggali kubur, mulai menimbun lubang berukuran 1x2 tersebut. Tangis Dewi semakin kencang melihat tubuh sang ayah yang terbungkus kain kafan mulai tertutupi oleh tanah merah.
Haji Soleh yang mengurus pemakaman Herman memberikan penghormatan terakhirnya dengan memimpin doa untuk almarhum. Dewi segera mengambur ke makam sang ayah. Dipeluknya nisan yang bertuliskan nama pria yang selama ini selalu menjadi idola baginya. Airmatanya terus jatuh berderai.
“Bapak… kenapa tinggalin Dewi. Dewi masih butuh bapak.”
Hampir semua teman sekelas Dewi menitikkan airmata mendengar tangis dan sedu sedan gadis itu. Nenden pun tak mampu meredakan kesedihan sang anak. Dirinya sendiri masih cukup terkejut akan kenyataan yang terjadi. Baru kemarin dirinya masih berjalan bersama mengantarkan makanan untuk anaknya ke sekolah. Bahkan dia masih bisa mendengar suara sang suami beberapa jam sebelum kematiannya.
Satu per satu orang yang mengantarkan Herman ke pembaringan terakhirnya meninggalkan area pemakaman. Teman-teman Dewi pun mulai meninggalkan tempat pemakanan umum tersebut. Sedang Dewi masih dalam posisinya yang sama. Ingin rasanya Adrian mendekat lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Namun pria itu hanya bisa diam terpaku melihat kesedihan Dewi.
“Dewi.. sudah sayang. Kasihan bapakmu kalau kamu terus menangis seperti ini. Doakan saja bapak supaya mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah.”
Ratna, istri dari haji Soleh berusaha menenangkan Dewi yang masih saja menangis. Nenden menghapus airmatanya kemudian menghampiri anaknya.
“Ayo sayang, kita pulang.”
“Ngga.. Dewi mau di sini. Kasihan bapak sendirian. Bapak…”
“Jangan begitu, Wi. Bapak sudah tenang di sana. Ayo pulang, nak. Jangan bebani bapakmu dengan tangisanmu.”
Nenden terus membujuk anaknya, hingga akhirnya Dewi berdiri dan bersedia pulang. Haji Soleh, Ratna, Adrian, Roxas, Micky, Hardi dan beberapa tetangga dekat yang masih ada di sana segera mengikuti langkah Nenden dan Dewi yang beranjak pergi. Sesekali Dewi menolehkan kepalanya ke datang. Berat rasanya meninggalkan ayah tercinta terbaring sendirian di sana.
Adrian, Roxas, Micky dan Hardi tak langsung pulang, mereka memilih singgah di rumah Dewi terlebih dahulu. Mereka juga ingin membantu Nenden untuk mempersiapkan acara tahlilan yang akan digelar malam nanti.
Kepulangan Nenden disambut petugas polisi yang baru saja mengantarkan angkot yang dikemudikan Herman. Angkot berwarna hijau tersebut memang dibawa dahulu ke kantor polisi untuk melengkapi BAP.
“Selamat pagi bu Nenden.”
“Pagi, pak.”
“Kami turut berduka cita atas kematian pak Herman. Kedatangan kami selain mengantarkan angkot yang dikemudikan pak Herman, kami juga ingin mengabarkan kalau pelaku penusukan pak Herman sudah berhasil ditangkap dan sekarang sedang dalam proses pemeriksaan.”
“Syukurlah, pak. Saya harap mereka diberi hukuman setimpal.”
“Kami akan melakukan yang terbaik. Oh iya, kami menemukan ini di mobil.”
Petugas polisi memberikan bungkusan putih berisi dus kue yang dibeli Herman sebelum peristiwa penusukan dirinya. Setelah itu, petugas polisi tersebut meninggalkan kediaman Nenden.
Tahu apa yang ada di dalam bungkusan tersebut, tak ada niatan dari wanita itu untuk memeriksa isinya. Dia memberikannya pada sang anak. Dewi membuka plastik putih tersebut. Dadanya serasa diremas begitu melihat dus kue dengan nama toko ternama di atasnya. Gadis itu teringat pernah meminta sang ayah untuk membelikannya kue di toko tersebut.
Dengan tangan bergetar, Dewi membuka penutup dus kue. Matanya menatap nanar black forest dengan hiasan dan tulisan di atasnya. SELAMAT ULANG TAHUN ANAKKU, DEWI MANTILI. Tangis yang tadi sudah mereda kembali terdengar. Airmatanya kembali jatuh berjujuran, menghalangi pandangan matanya yang masih terus menatap kue terakhir yang dibelikan sang ayah untuknya.
“Bapak… bapak… BAPAAAAK!!!”
🌸🌸🌸
Seperti biasa, setelah pelajaran terakhir usai, Adrian memberikan pelajaran setelah memberikan waktu istirahat anak didiknya selama lima belas menit. Pria itu membagikan soal latihan yang telah disusunnya. Setelah kemarin membahas materi pelajaran, hari ini dia bermaksud menguji apakah para muridnya sudah benar-benar memahami materi yang disampaikan kemarin.
Usai membagikan soal latihan, pria itu kembali ke mejanya. Mata Adrian menatap meja Dewi yang kosong. Sudah lima hari lamanya gadis itu tak masuk sekolah sejak kepergian sang ayah tercinta. Roxas, Micky dan Hardi sudah mendatangi gadis itu untuk membujuknya masuk ke sekolah, namun Dewi masih belum ada keinginan kembali ke bangku sekolah.
Satu jam berlalu, semua yang mengikuti pelajaran tambahan telah menyelesaikan latihan soalnya. Bergantian mereka menyerahkan lembaran soal tersebut pada Adrian. Pria itu mempersilahkan semua untuk pulang. Hanya Roxas yang diminta tetap bertahan di kelas.
“Dewi, masih belum mau sekolah?” tanya Adrian.
“Iya, pak. Setiap pergi dan pulang sekolah saya selalu mampir ke rumahnya. Tapi Dewi belum mau ke sekolah. Kata ibu juga Dewi jarang keluar rumah. Dia ngurung diri terus di kamar.”
Adrian termangu mendengarnya. Sepertinya kepergian Herman telah memberikan pukulan dalam pada Dewi. Jika Dewi tidak segera kembali ke sekolah, maka dia akan banyak ketinggalan pelajaran. Waktu ujian akhir semakin mendekat.
“Gimana kalau bapak yang membujuk. Siapa tahu aja Dewi mau dengar kalau bapak yang ngomong. Dia ngga mempan sama omongan aku atau ibu.”
Ucapan Roxas menyadarkan Adrian dari lamunannya. Apa yang diusulkan muridnya itu ada benarnya. Sudah waktunya dia mendatangi Dewi dan membujuknya. Bagaimana pun juga Dewi adalah tanggung jawabnya.
“Baiklah. Besok saya akan ke rumahnya.”
“Perlu saya temani pak?”
“Tidak usah. Biar saya sendiri ke sana.”
“Mudah-mudahan bapak bisa bujuk Dewi, ya. Saya sedih lihat Dewi yang kaya kehilangan semangat hidup gitu. Dan yang bikin tambah sedih, saya sebagai sahabatnya ngga bisa berbuat apa-apa.”
“Dengan kamu selalu ada di sampingnya, itu sudah merupakan dukungan untuknya. Berikan dia waktu sedikit lagi untuk menghilangkan kesedihannya. Jangan bosan untuk terus menghiburnya.”
“Itu udah pasti, pak.”
Adrian tersenyum tipis. Otaknya berputar bagaimana cara yang tepat membujuk muridnya itu untuk mau kembali ke sekolah. Kehilangan seseorang yang disayang bukanlah hal mudah. Namun dia yakin kalau Dewi bisa melalui itu semua. Hanya saja gadis itu masih membutuhkan sedikit waktu.
🌸🌸🌸
Buat yg kemarin minta bapaknya Dewi diselamatkan, mohon maaf, ini tidak sesuai ekspektasi kalian. Kepergian Herman akan menjadi titik balik kehidupan Dewi. Dan di saat Dewi dalam keadaan terpuruk, Adrian dan Aditya masuk dengan cara yang berbeda dan pastinya memberikan efek yang berbeda pula pada Dewi. So... Ikutin aja alurnya ya😉
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
dari bab awal dak comed...
krn mengulang baca dan gak ada bosen nya yang ada malah bikin kangen😍😍
lagu "bring me to life" teringat karya mu thor🙈