Ketika suami melakukan perjalanan dinas namun ternyata mengalami kecelakaan di kota lain dengan seorang wanita.
Renata kira hidupnya selama ini sudah sangat sempurna.
6 tahun pernikahan dilalui dengan luar biasa bahagia.
Suami yang tampan dan penyayang
Anak yang cantik dan cerdas
Keuangan yang mapan dan dilimpahi cinta oleh semua keluarga.
Sampai terjadinya kecelakaan naas yang menimpa Fabian dan menguak rahasia besar yang disimpannya.
"Fabian sayang sadarlah.. bertahanlah aku dan Celia membutuhkanmu.. kami mencintaimu " lirih Renata di telinga suaminya yang tak sadarkan diri dengan air mata berhamburan
Di hari hari berikutnya Renata masih setia menemani suaminya Fabian.
"Fabian bangunlah..Sadarlah... kamu berhutang penjelasan padaku bajingan" bisik Renata di telinga Fabian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeeGorjes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peduli
Happy reading ❤️
Author POV
Pagi itu seorang gadis kecil tengah mewarnai gambar beruang di tempat tunggu pasien. Tangannya begitu lincah memberikan warna meskipun tidak rapi. Rambutnya yang dikuncir bergoyang goyang mengikuti gerak tubuhnya.
"Sedang menggambar apa ?" Tanya seseorang yang tengah berdiri dengan menggunakan jas dokter nya. Dia adalah dokter Jamie yang baru saja telah memeriksa keadaan Fabian.
Celia mendongakkan kepalanya melihat ke arah suara. "Aku bukan menggambar om, aku mewarnai beruang," ucapnya seraya menunjukkan hasil karyanya.
"Wow bagus sekali. Kamu pasti sangat pintar mewarnai," puji dokter Jamie pada Celia.
Celia hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Apa dokter sudah periksa daddy ? Kapan daddy bangun ?" Tanya Celia.
Dokter Jamie terdiam sejenak mencari jawaban yang pas untuk anak sebesar Celia.
"Hmmm sebentar lagi. Celia harus sering ajak Daddy ngobrol ya. Ajak daddy untuk bermain atau apapun yang sering Celia dan daddy lakukan" Jawab dokter Jamie yang sekarang telah duduk di samping Celia, sedangkan Celia terus asik mewarnai.
Tak lama Renata muncul keluar dari ruangan Fabian.
"Dok.. eh maksudku Jamie, bolehkah aku titip Celia sebentar ? Aku ingin buang air kecil. Tapi ada mami di dalam kok kalau kamu harus pergi," ucap Renata.
"Oh sure, aku ada waktu sebentar kok. Dengan senang hati aku akan menemani Celia dan ikut belajar cara mewarnai. Bukankah begitu princess?" Jawab jamie.
Celia melengkung kan bibirnya tersenyum. Merasa senang dengan panggilan princess yang Jamie berikan karena biasanya hanya daddy nya Fabian yang memanggilnya seperti itu.
"Hanya Daddy dan om dokter yang panggil aku princess. Om boleh jadi temen aku sekarang," ucap Celia sembari tangannya terus mewarnai.
"Waah terimakasih, om benar benar merasa beruntung," jawab dokter Jamie.
"Tahu gak om, biasanya hari libur seperti ini Daddy ajak aku pergi berdua. Daddy beliin Celia es krim yang banyak, soalnya kalo mommy ikut pasti gak boleh beli banyak banyak, beli mainan atau pergi ke taman. Daddy bilang ini 3 D O," Celia menjelaskan dengan bahasa khas nya anak kecil.
" 3 D O ? Apa itu ?" Dokter Jamie menautkan kedua alisnya tanda tak mengerti.
" Daddy Daughter Day's Out, jadi hanya aku dan daddy yang pergi berdua. Karena kata daddy, mommy sudah sering menghabiskan waktu dengan aku di rumah. Kalau daddy tiap hari kan kerja om. Jadi buat bayar kangennya daddy waktu kerja." Celia menjelaskan dengan antusias.
"Makanya aku pengen daddy cepat bangun," lanjutnya dengan wajah sendu.
Untuk sesaat Jamie begitu tertegun, tak menyangka bila Fabian begitu ekspresif dalam memperlihatkan kasih sayangnya.
"Apa itu dilakukan setiap hari Sabtu atau Minggu ?" Tanya dokter Jamie.
"Iya om. Eh tapi kalau daddy dinas ke Bandung maka daddy hanya belikan hadiah saja. Kata daddy, aku gak boleh ikut kalau daddy kerja," ucap Celia.
" Apa daddy sering dinas ke luar kota ?" Selidik dokter Jamie.
"Well.. sometimes. Tapi paling sering ke Bandung om." Celia nampak berfikir sebentar.
"Daddy punya rumah di Bandung loh om. Pantas saja Daddy sering kesini. aku sama mommy kemarin main kesana. Tapi lebih bagus rumah aku di jakarta, " Celia terkekeh.
"Karena om sekarang jadi teman aku, boleh ikut main ke rumah baru daddy. Eh tapi harus bilang tante Lea juga. Kemarin juga mommy pinjam kunci tante Lea." Celia meneruskan ceritanya.
"Tante Lea ? Celia kenal tante Lea?" Tanya Jamie terkejut.
"No, Celia belum pernah ketemu. Mmmm tapi ada potonya di rumah baru daddy. Mungkin tante Lea teman daddy."
Celia terus berbicara, tapi dokter Jamie terdiam. Perkataan Celia tentang rumah baru Fabian berputar putar di kepalanya.
"Apa kemarin sehabis pemakaman Lea, Renata pergi kesana juga? Tanya nya dalam hati.
"Makasih banyak udah nungguin," tiba tiba Renata telah berdiri di depan dokter Jamie. Kehadirannya tidak disadari sang dokter karena asyik dengan pikiran nya sendiri.
Dokter Jamie kini menatap Renata dengan cara yang berbeda. Meskipun dari awal sudah menyadari dengan situasi sebenarnya antara Fabian dan Lea tapi kini mendengar langsung dari Celia hatinya merasa lain.
Renata yang terlihat begitu rapuh dan kuat secara bersamaan. Membuat getaran lain dihatinya. Entah mengapa hatinya terasa iba, ingin rasanya Jamie melindungi wanita di hadapan nya ini.
Bolehkah ? Tanya nya dalam hati.
"Dok, apa baik baik saja ?" Tanya Renata. Karena sedari tadi dokter Jamie hanya menatapnya tanpa berkata apapun.
"Oh im ok," jawabnya.
"Saya harus pergi sekarang. Oke princess om pergi dulu ya. Senang bisa mengobrol," ucap dokter Jamie seraya mengusap usap pucuk kepala Celia.
"Sama sam om. Ini gambarnya buat om aja," ucap Celia sembari memberikan selembar kertas dengan gambar beruang warna warni.
"Oh thank you Princess, you are the best. Jangan lupa ajak Daddy ngobrol dan jangan lupa banyak berdoa." Ucapnya seraya berpamitan.
Untuk sesaat tatapan dokter Jamie terasa berbeda ketika berpamitan pada Renata, tapi Renata berusaha tak menghiraukannya.
Di ruangannya dokter Jamie duduk dengan menopang dagu. Pikirannya berputar tentang perkataan Celia.
"Sungguh Renata wanita yang hebat, Fabian terlalu bodoh menduakan wanita seperti Renata," gumamnya.
Belum pernah hatinya berdesir terhadap wanita lain selain mendiang istrinya. Tapi kenapa ia merasakan nya pada Renata. Dokter Jamie mengacak rambutnya frustasi.
***
Sore itu Renata mengantarkan ibu mertua dan anaknya Celia ke hotel yang ia tempati. Entah kenapa malam ini dia ingin menemani Fabian di Rumah Sakit.
Setelah membersihkan diri, dan makan malam Renata kembali melangkahkan kakinya ke Rumah Sakit.
Dengan menggunakan dress selutut berwarna hijau emerald dan cardigan putih serta sepatu flat Renata terlihat anggun. Rambutnya di ikat menyisakan anak rambut yang membuat nya semakin terlihat cantik meskipun dengan riasan tipis.
Dokter Jamie terlihat berdiri di depan pintu ruangan Fabian sedang berbicara Hendrik.
"Malam dok, eh Jamie." Sapa Renata.
"Malam Ren," jawab dokter Jamie dengan tatapan penuh kekaguman.
Untuk sesaat Renata merasa tatapan dokter Jamie sama dengan cara ia menatapnya tadi sore.
"Mmm sudah makan ? Kalau belum kita makan bareng yuk ?" Tanya dokter Jamie.
"Kebetulan aku udah makan," jawab Renata.
Hendrik yang berada diantara mereka berpamitan undur diri. Meninggalkan Jamie dan Renata.
"Oke Jamie, aku mau lihat keadaan Fabian dulu," ucap Renata berpamitan dan hendak membuka pintu.
Tapi dengan spontan dokter Jamie menahan lengan Renata seolah tak ingin ditinggalkan. Renata menatap cekalan tangan itu seolah bertanya ada apa.
"Renata, bolehkah aku melindungimu?" Tanya dokter Jamie dengan pelan dan lembut.
Renata berkerut alis tanda tak mengerti dengan apa yang diucapkan dokter Jamie.
"A... Aku tahu Fabian menyakitimu.. oleh karena itu bolehkah aku merasa peduli ? Renata, bolehkah aku melindungimu ?"
Renata terkesiap dengan apa yang diucapkan dokter Jamie. Terdiam untuk sesaat.
"Maaf Jamie, tapi aku tak perlu dikasihani," jawab Renata dengan tersenyum getir sambil melepaskan diri dari cekalan tangan jamie dan melangkahkan kakinya masuk ke ruangan dimana Fabian terbaring. Meninggalkan dokter Jamie yang terdiam membeku.
Terlihat wajah Fabian yang pucat dan bibir yang mengering. Laki laki ini dahulu terlihat begitu tampan dan kuat. Mampu melelehkan hati Renata dengan setiap sikap posesif nya. Sekarang hanya terbaring lemah tak berdaya.
Renata merasa iba dan benci pada pada waktu bersamaan.
"Re..re..na..ta..." Tiba-tiba bibir Fabian bergumam dengan lemah.
Renata terkejut tak percaya.
"Re..re..na..ta.. a..aa..ir," gumamnya lagi sembari berusaha membuka mata.
Dengan panik Renata memijit tombol bantuan untuk memanggil tenaga medis seraya berkata
"Terimakasih sudah baca, bila suka tulisannya mohon like, komen vote dikit juga boleh kaka ❤️"
TBC....
Giliran bini mo diembat orang baru sadar🙈🙈
Fabian no akhleeekk emang 😂😂😂
Thank you for reading ❤️❤️
Much love 😘❤️
Bego apa gimana sih???
gila bener si sakti yg gak ada saktinya ini