(Dilarang mencari adegan wik-wik di sini.😜)
"Sayang, kalau donat ketemu sedotan jadinya apa?" Jari telunjuk Lisa saling bertaut.
"Mana kutahu!"
Farhan si batu bernapas menjawab sekenanya. Bahunya mengedik, pura-pura tidak paham dengan peta kode sang istri.
***
Jangan terlalu banyak bermimpi. Begitulah Lisa mensugesti dirinya agar tidak terlalu berpegang pada prinsip halu.
Menjalani tugas sekretaris dan merangkap menjadi istri CEO tidak semudah yang ia bayangkan. Belum lagi Lisa harus mengurus dua ponakan kembar sang suami yang super istimewa. Sungguh, semua itu hanyalah gosip yang mengarah pada dusta belaka. Karena menjadi istri seorang CEO dikehidupan nyata tak seindah kisah komik ataupun novel.
(Jangan lupa pipis dulu sebelum baca, biar ngakak Anda aman terkendali.)
cover by : @Milda_designn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anarita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Bibir
Mobil melaju dengan kecepatan normal. Tidak ada perbincangan apapun di antara Lisa dan Farhan semenjak masuk ke dalam mobil. Sementara Rico, pria terpaksa lajang itu memilih asik mengemudi. Menyibak jalanan dan sudah memasuki kawasan kota Depok.
Mengerjap-ngerjap. Lisa terbangun saat Farhan menepuk lengannya—pelan. Gadis itu mengedarkan pandanganya ke luar jendela mobil. Ternyata mereka sudah sampai di daerah masjid Kubah Mas. Tempat ibadah umat Islam dengan gaya desain aestetik. Di mana ada kubah besar yang dilapisi emas asli—membuat masjid itu bercahaya saat ditatap dari sisi jalan. Indah sekali, apalagi jika dilihat pada malam hari. Masjid itu merupakan salah satu bangunan kebanggan penduduk kota Depok.
"Tuan, saya memiliki teman SMP bernama Dela Malik. Dia tinggal tak jauh dari masjid Kubah Mas. Bolehkah saya mampir ke rumahnya sebentar."
Sengaja Lisa memancing Farhan agar mahluk itu bersuara. Jujur saja, Farhan selalu irit ngomong seolah bicaranya dipotong pulsa.
"Silahkan, kamu mau turun di mana?"
Jawaban Farhan membuat Lisa terkejut. Wajah berubah sumringah berseri-seri.
"Benarkah?" Gadis itu menatap Farhan dengan antusias. Rasanya seperti mendapat angin segar. Akhinya ia dapat terlepas dari situasi mencekam dan dihimpit duo jomlo gila.
"Ya, kau boleh main ke rumah temanmu. Tapi kupastikan rumahnya roboh setelah kau kunjungi."
"Buahaha ...." Rico yang sedang mengemudi di depan langsung tergelak. Ia tersenyum geli sambil melirik Lisa yang bibirnya maju lima centi. Farhan dilawan, begitulah ejekan dari tatap Rico lewat kaca penumpang.
"Menyebalkan, itu namanya Tuan sedang mengajakku terbang-terbang ke awan, lalu menjatuhkannya di atas lumpur lapindo," sungut Lisa nyinyir.
"Aku bisa langsung menjatuhkanmu ke lumpur lapindo tanpa harus terbang dulu. Apa kau mau?" tanya Farhan dengan gaya arogan.
"Ehemm!" Rico berdeham keras. Setengah mati ia memberi tahu ini-itu pada bossnya. Tetap saja Farhan kembali pada gaya semula. Arogan dan menakutkan. Lalu, untuk apa wejangan yang diberikan Rico pada bossnya jika masuk ke telinga kanan dan keluar melalui kuping kiri? Farhan sungguh harus dipecat dari status gendernya.
Sementara Lisa, wajah sebalnya sangat kentara. Gadis itu tidak mau melihat wajah Farhan. Lebih memilih menatap kaca mobil yang memburam karena terkena debu jalanan.
"Anda marah pada saya, Tuan? Karena saya tidak menerima tawaran Anda untuk menikah?" Lisa bertanya penasaran, namun wajahnya tidak mau melihat ke arah Farhan.
"Apakah begitu cara bicara pada orang tua?" balas Farhan tidak terima. Padahal, dia sendiri sering berbicara pada Lisa tanpa melihat wajah. Tapi bukan Farhan namanya kalau tidak merasa paling benar. Bahkan adik angkatnya Reyno yang sudah mengklaim dirinya selalu benar, tetap kalah jika sudah berdebat dengan seorang Farhan. Maka dari itu ia pantas disebut dengan panggilan kakak Kesatria. Pemimpin untuk sejuta umat—termasuk para adik yang selalu bertekut lutut.
Mendengkus kesal, Lisa melengos ke arah Farhan. Mendekat dengan gaya sarkastik hingga wajah mereka tanpa jarak.
Farhan menelah saliva gugup, ia dapat melihat dengan jelas bibir tipis Lisa yang menggoda. Merah, basah, sangat menarik untuk dinikmati tentunya. Jantung Farhan bertalu-talu. Mata bulat Lisa telah mengunci seluruh pandangannya.
Bagaimana dengan Rico? Sepertinya kedua pasangan yang belum menetas itu menganggap Rico tak kasat mata. Buktinya keduanya saling memandang seakan waktu berhenti dan dunia milik berdua.
"Apa saya harus bicara dengan Anda seperti ini?" ucap Lisa dengan nada mengejek. Gadis itu masih menatap Farhan lekat-lekat. Begitu dekat hingga embusan napas hangat Farhan menerpa pori-pori wajahnya.
"Apa kau sedang berusaha mengodaku!" tandas Farhan tak mau kalah. Matanya juga tak beralih, membalas Lisa dengan tatapan yang sama garangnya.
"Menggoda?" Lisa tersenyum smirk dengan mata yang memicing sinis. "Sejak kapan Anda bisa tergoda oleh lawan jenis.
Ejekkan Lisa membuat darah Farhan mendidih. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya geram sebelum tangannya berani mencengkeram pinggang Lisa. "Jangan salahkan aku, kau yang memulai, gadis kecil!"
Awwww. Rico menjerit tragis dalam hati. Rasanya ia ingin membanting setir, menabrakkan mobil yang ia kemudikan ke arah trotoar. Farhan dan Lisa sungguh tidak menghargai jiwa jomblo Rico yang meronta. Berani sekali mereka beradu bibir seolah mereka sedang mengadu pertarungan ayam jago di tontonan umum. Untungnya Rico masih sayang nyawa. Kalau tidak ia sudah melakukan aksi mengajak bunuh diri karena kegeramannya.
"Sakit," Lisa mengelap bibirnya dengan ibu jari. Ada noda darah di sana. "Apa Anda manusia serigala?" Kenapa menggigit bibir orang sembarangan."
Dia bukan serigala, tapi manusia tidak yang tidak memiliki peri ke-jomloan! gerutu Rico dalam hati.
Farhan menyeringai puas. Lantas berkata, "Kau duluan yang menggodaku. Jangan salahkan jika aku tergoda," ejekknya dengan bangga.
Tergoda kepalamu, kau bukan menciumku. Tapi menyiksaku dengan perbuatan mesummu, Tuan. Lisa melengos kembali. Menutup luka bibirnya dengan sehelai tissu.
"Bagaimana apa kau suka?" tanya Farhan dengan gaya menggoda.
"Suka?"
Oh astaga, Farhan pikir dia pemain profesional yang handal. Jangan mimpi, mana ada perempuan yang suka diperlakukan seperti itu? Ciuman Farhan tidak ada indah-indahnya. Rasanya hambar dan menimbulkan bekas luka. Jangan pernah sebut itu ciuman. Karena Farhan hanya menempelkan gigi dan menekannya dengan kuat-kuat pada permukaan benda lunak merah muda milik Lisa.
Lisa menjawab dengan bibir sewot. "Suka sekali, Tuan. Sampai aku tidak ingin merasakan lagi untuk selamanya!"
"Miaoowng!"
Seekor kucing yang melompat tiba-tiba membuat Rico menginjak rem mobil dadakan. Semua yang ada di dalam mobil terkejut. Dah Lisa dan Farhan menabrak jok depan sampai keduanya mengaduh.
"Ada apa?" tanya Farhan.
"Sepertinya ada kucing melompat, Tuan. Tapi tidak sampai tertabrak, dia kabur ke sisi jalan sana." Rico membuka kaca mobil. Mencari sosok kucing yang tiba-tiba datang menghilang.
"Coba kau turun, takutnya kucing itu mati di kolong mobil," perintah Farhan.
"Baik, Tuan."
Rico turun dari pintu mobil. Mengecek ke kolong mobil seperti apa yang diperintahkan tuannya. Ia juga mengedarkan pandangannya. Namun kucing itu hilang. Membuat Rico merinding horor dengan kejadian itu.
Sementara Lisa, gadis itu ketakutan karena salah bicara. Ia seperti dikutuk seekor kucing saat bibirnya tak sengaja menyerapah tadi.
Bagaimana ini? Apa aku telah salah bicara? Kenapa tiba-tiba ada kucing saat aku bicara seperti itu.
Akhirnya, Rico menjalankan mobilnya kembali tanpa peduli nasib si kucing misterius itu. Hanya Lisa yang sibuk menerka-nerka. Apa maksud kedatangan kucing misterius itu? Kenapa bisa tepat sekali saat ia sedang mengucapkan kalimat itu.
Astaga? Jangan sampai aku merindukan ciuman ganas itu. Kucing, tolong jangan kutuk aku," batin Lisa ketakutan.
***
Makasih banyak yang udah vote ya, sampe naik 29. Semoga makin banyak yang dukung. Amin. Aku terharu, secarakan ini kan cerita recehan. Mungkin kalian bosen liat aku up mulu.
sgt,,,menghibur...
ketampanan seperti apa Saketek yg mencolok 🤣🤣🤣🤣🤣
lopeeeeeee... 😘🥰😍💞
""buanglah mantan pada tempatnya """"
🤭🤭🤭🤭