Pernikahannya kandas karena pengkhianatan suaminya, tetapi kemudian seseorang datang dan menawarkan cinta yang manis pada Prilly!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherryblossom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Your Dad
Satu pertanyaan yang seketika membuat mike menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap wartawan itu dengan tatapan tidak suka.
Ia meraih salah satu mikropohe terdekat dengannya, "Saya pria lajang yang tidak beristri dan Prilly saat ini juga wanita yang tidak bersuami. Saya menghadiri pernikahan sahabat karib saya yang tidak lain adalah saudara laki-laki Prilly. Apakah salah jika kami datang bersama? Kami bahkan sudah mengenal sejak kecil."
Mike mengucapkan kata-kata itu dan melanjautkan langkah kakinya memasuki pintu hotel menuju ballroom, sesampainya di hotel mereka menuju kamar presiden suite room yang di siapkan untuk keluarga dan pengantin. Prilly akan mengganti gaunnya, Mike menyerahkan William pada pengasuhnya.
Mike membantu Prilly mengenakan kalung yang ia desain sendiri. Mike tidak henti-hentinya memandangi kekasihnya yang teramat sangat terlihat cantik hari ini. Ingin rasanya ia menyeret Prilly ke altar pernikahan.
"Kau cantik sekali dan kurasa kau bisa berhenti bekarja dari Brown's Company, menjadi designer perhiasan lebih cocok untukmu," kata Mike lembut di telinga Prilly.
"Aku akan berhenti ketika aku merasa lelah, Mike," di iringi desahan halus karena bibir Mike mengecup lehernya.
"Apa kau tau, aku semakin tak sabar menjadikanmu pengantinku?" bisik Mike sambil mengabsen setiap inchi leher Prilly dengan kecupan-kecupan manis.
"Kapan kau melamarku?" tanya Prilly
dangan nada antusias.
"Apakah kau ingin hari ini aku melamarmu?"
"Dua bulan lagi, William ulang tahun. Kau siapkanlah lamaran yang romantis untukku," pinta Prilly dengan suara yang hangat.
Mereka mengambil beberapa buah foto berdua kemudian bertiga bersama William. Mike juga mengambil beberapa foto Prilly sendirian. Ia sengaja menonjolkan pada perhiasan yang di kenakan Prilly. Ia yakin, Prilly bisa melampaui, Sandra, mommynya. Bakat alami Prilly nampak sangat terlihat dalam perhiasan yang ia rancang. Mike menjadikan foto mereka bertiga menjadi wallpaper ponselnya.
Mereka bertiga keluar dan menuju ballroom tempat pesta pernikahan berlangsung. Di depan ballroom mereka bertemu dengan pria bermata dingin dan kaku yang menatap dengan tatapan tidak suka pada Mike. Prilly bisa saja dengan angkuh melewati pria itu jika saja William tak ada bersamanya saat ini. Maka mau tidak mau ia harus bersikap manis pada pria itu di depan William.
"Willy, say hay pada Daddymu. Kau rindu pada Daddymu bukan?" kata Prilly seraya menekuk kedua kakinya di depan Willy menyejajarkan tubuhnya dengan Williiam.
Manik mata hazel William menatap Prilly. Kemudian berpindah pada Mike dan baru menatap Alexander dengan tatapan asing.
"He is your dad," kata Mike lembut.
William hanya mengerjap erjapkan matanya dengan bingung. Alexander mengangguk dan menekuk kakinya juga dan hendak meraih pria kecil itu, namun William justru membalik badannya dan menerjang kaki panjang Mike. Memeluknya seolah-olah takut melihat wajah pria yang mengaku sebagai ayahnya.
Mike tidak bisa berbuat apa-apa, ia mengangkat pria kecil itu dan memeluknya dengan tulus seolah William adalah putranya. William menyembunyikan wajahnya di punggung Mike. Prilly bangkit dari dan menenangkan William dengan usapan di punggungnya. Prilly tidak bisa memaksa William untuk menerima ayahnya yang memang tidak pernah ada di sampingnya sejak ia ada sejak berada dalam perut Prilly.
"Kau harus sering menemuinya, Dude. Agar ia tidak melupakan bahwa kaulah ayahnya," kata-kata Mike seperti pisau yang menghujam jantung Alexander. Mike dan Prilly melangkahkan kakinya meninggalkan Alexander yang terpaku. Istrinya menceraikannya, sekarang anak kandungnya tidak mengenalnya bahkan menolaknya.
Lelucon macam apa ini? Apa ini karma yang ia buat sendiri. Tidak ada yang lebih sakit selain tidak diakui oleh anak kandung sendiri.
Hari mulai beranjak malam, Lin Lin dan Anthony masih berkeliling menyapa tamu-tamu mereka. Bahkan Lin Lin mengganti sepatunya dengan faltshoes, Anne dan Adelia yang menjadi bridesmaid mereka sudah kelelahan dan sudah berpamitan untuk istirahat di kamar yang telah di sediakan untuk mereka. Beberapa orang tamu undangan dari satu persatu telah meninggalkan ballroom.
David yang masih setia mengobrol dengan Prilly, Mike duduk bersama xi Nuan, adik Lin Lin yang datang dari Shanghai. Ia tidak tau harus berbicara dengan siapa karena ia tidak mengenal siapapun di ruangan itu selain mertua kakaknya, Prilly dan Mike. Mike mengawasi Prilly dari jarak beberapa meter. Matanya melirik Prilly dengan tatapan cemburu karena. Prilly nampak begitu akrab dengan David.
Mike membisikkan sesuatu di telinga Nuan Nuan kemudian Mike bergegas meninggalkan tempat itu. Nuan Nuan perlahan mendekati Prilly dan membisikkan sesuatu pada Prilly.
“David aku harus kembali ke kamarku. Putraku menangis dan mencariku.” Prilly dengan sopan berpamitan pada David. “Nuan Nuan, ini Tuan David komisaris di perusahaanku. Tolong kau temani dia ya. Oh iya, David, dia ini Nuan Nuan, adik Lin Lin. Dia datang dari Shanghai,” lanjut Prilly memperkenalkan mereka berdua. Mereka berjabat tangan dan mulai saling mengobrol. Sementara Prilly meninggalkan mereka bergegas menuju kamar hotel.
Ketika membuka pintu kamar, ia mendapati William yang tertidur. Sementara Mike masih mengenakan sepatunya dan setelan pakaiannya sambil memeluk pria kecil itu. Prilly menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Mike yang baru kali ini menampakkan kecemburuannya.
Prilly naik ke sisi ranjang yang kosong dan meniup telinga Mike dengan lembut, “Tuan pencemburu, apa kau pura-pura tidur?” bisiknya.
“Kau terlihat sangat dekat dengan komisaris di perusahaanmu. Kau bahkan tidak memperkenalkanku,” jawab Mike tanpa membuka matanya.
“Sejak kapan, kau jadi pria tua pencemburu?” goda Prilly. “Apa kau tidak yakin pada cintaku padamu? Apa kau merasa kurang tampan?” Prilly berbicara pelan agar tidak membangunkan William.
“Kau terlalu cantik. Aku takut orang lain mengambilmu dariku.” Mike membuka matanya dan meraih telapak tangan Prilly.
“Kau terlalu memujiku, calon suamiku.”
“Calon istriku.” Mike mengecup punggung tangan Prilly berkali-kali. “Sekali kau kudapatkan, aku takkan melepaskanmu seumur hidupku.”
Sementara di ballroom, Anthony masih minum beberapa wine bersama-sama temannya. Sedangkan Lin Lin yang sudah tak kuat menahan lelah, memilih meninggalkan Anthony dan menuju kamar pengantinnya. Setelah mandi, Lin Lin memandang wajahnya yang berwarna merah merona di cermin. Lalu pandangannya turun ke lehernya, satu set perhiasan yang di hadiahkan Prilly, cantik sekali sangat cocok dengan lehernya.
Sederhana namun tetap berkesan elegan. Bahkan semua yang di pilihkan Prilly untuknya sangat cocok dengan seleranya. Gaun tidur berwarna navy yang ia kenakan malam ini juga pilihan Prilly. Hampir lima puluh persen persiapan pernikahannya adalah pilihan Prilly. Kembali ia mengucapkan syukur, karena memiliki adik ipar seperti Prilly.
Terdengar pintu kamar yang terbuka dan Anthony muncul di pintu kamar dengan wajah tampak lelah. Ia memeluk dan menciumi gadis yang sekarang telah menjadi istrinya, namun ia mendorong tubuh Anthony yang berbau alcohol. Ia tidak ingin suaminya melakukan malam pertama dengan keadaan setengah mabuk.
“Sayang, kau mandilah dulu. Aku tidak mau di cium orang mabuk,” keluh Linlin. Anthony tidak bisa menolak, ia tidak ingin melewatkan malam pertamanya. Sehingga ia mandi dengan bersemangat dan hanya beberapa menit di dalam kamar mandi, Anthony segera keluar. Ia sudah tak sabar untuk mencicipi istrinya.
Ia keluar hanya mengenakan handuk yang melilit di tubuhnya, Anthony menghampiri istrinya yang duduk di ranjang dan menciumi pipi putihnya.
“Apa kau lapar, Sayang? Kau harus makan dulu sebelum kita berolahraga,” tanya Anthony dengan lembut.
Linlin memukul pelan dada pria yang kini telah resmi menjadi suaminya itu karena malu, Anthony mengangkat gagang telpon untuk menelpon restoran. Ia hanya memilih menu yang dapat di sajikan dengan cepat, ia tidak ingin terlalu lama menunggu karena makan malam yang sesungguhnya sudah tersaji di atas ranjangnya. Tiga puluh menit kemudian, pelayan datang mengantarkan makanan yang dipesanmya. Setelah pelayan pergi, ia dengan tidak sabar menubruk tubuh Lin Lin, ia sudah melupakan makanan yang ia pesan untuk istrinya. Anthony mel*umat dengan kasar bibir istrinya, Linlin membalas ciuman Anthony dengan malu-malu. Ini sudah beberapa kali mereka berciuman, namun Linlin masih belum bisa menyesuaikan diri.
“Kau seksi sekali malam ini, Sayang. Apa kau mau menggodaku dengan baju sialanmu ini?” tanya Anthony sambil menurunkan sehelai tali gaun tidur di pundak Linlin. Ia mengelus kulit Lin Lin yang kini terbuka. Ia juga menarik tali gaun tidur di pundak Linlin yang satunya sehingga gaun satin itu meluncur bebas dan menampakkan dua gundukan putih di dada Linlin yang tidak mengenakan bra.
“Kau benar-benar menggodaku,” kata Anthony sambil mer*emas gundukan kenyal yang lembut itu. Ia mencium leher Linlin kemudian merambat ke bibir dan mendorong dengan lembut tubuh Lin Lin ke atas bantal.
Setelah pergumulan panjang, Anthony tersenyum bahagia melihat cairan merah bercampur cairan dari tubuhnya yang tumpah di seprei putih hotel. Ternyata membuka segel perawan lebih melelahkan ketimbang bekerja seharian depan dokumen, batin Anthony.
“Terima kasih, istriku, i love you,” bisik Anthony sambil mengecup kening istrinya.
“Love you too, Hubby.” Pipi Linlin merona merah, ia sangat bahagia namun masih malu.
“Kenapa kau malu? Aku suamimu sekarang.” Anthony menutupi tubuh telanjang mereka dengan selimut dan memeluk gadis yang baru saja ia ubah menjadi wanita.
Ia membelai rambut hitam istrinya, kemudian dia bangkit dan mengambil piyamanya. Mengenakannya kemudian mengambil makanan di meja yang telah dingin dan mulai menyuapi istrinya. Ia tidak ingin istrinya pinsan karena melayaninya malam ini. Anthony baru melakukan dengan dua puluh lima persen tenaga yang dimilikinya. Ia akan menggempur istrinya tanpa ampun, spai dia sampai puas.
“Kau harus makan dan mengisi tenagamu untuk pertarungan selanjutnya. Kau akan mendesah sampai minta ampun malam ini,” goda Anthony.
Linlin memukul lengan Anthony pelan, ia makan dengan lahap karena memang benar-benar lapar.