NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 #PEFORMA MEMATIKAN

​Studio ATEEA, Siang Hari

​Sekar memasuki studio dengan aura yang berbeda. Setelah mendapatkan kembali kepercayaan diri dan memancing Alex di lobi, ia siap menyerang menggunakan senjata utamanya, profesionalisme yang sempurna. Tekadnya kini lebih keras dari beton. Alex sudah melihat sisi lemahnya. Sekarang, Alex harus melihat kehebatannya yang tak tertandingi, tanpa memberinya alasan untuk mengkritik.

​Hari itu, suasana di studio terasa sangat intens. Sekar, kini dalam balutan busana fiktif rancangan desainer ternama, yang menonjolkan siluet geometris dan tajam, berdiri di depan latar belakang set yang minimalis. Ia menggunakan semua emosi yang ia rasakan terhadap Alex. Frustrasi, kekaguman tersembunyi, dan kebencian—untuk menciptakan power yang luar biasa.

​"Baik, Skye. Kita mulai shot ini. Tunjukkan penguasaan. Kau adalah CEO yang memimpin. Kau adalah Ascension!" teriak Andra, Direktur Seni, memberikan instruksi.

​Sekar bergerak. Setiap pose adalah perhitungan yang matang, setiap ekspresi wajah adalah pertunjukan emosi yang terkontrol. Ia tidak hanya berpose; ia mendikte kamera. Performa Sekar hari itu jauh melampaui standar model A-list. Itu adalah luapan emosi yang diarahkan pada satu titik, satu orang.

​Alex duduk di kursinya, menonton dengan tatapan kaku. Ia mencari celah kesalahan teknis, angle yang salah, ekspresi yang tidak konsisten. Namun, ia tidak bisa menemukannya. Sekar bergerak dengan presisi yang brutal. Ia telah mencapai standar keunggulan yang ia tetapkan, bahkan melampauinya.

​Setelah serangkaian shot yang luar biasa, Andra berteriak kegirangan. "Sempurna! Itu dia! Freeze! Tidak ada yang perlu diulang!"

​Andra bertepuk tangan dan berlari ke arah Alex. "Mas Alex, bagaimana menurutmu? Aku yakin kita sudah mendapatkan gambar utama kampanye!"

​Alex hanya mengangguk pelan. "Lanjutkan ke set berikutnya. Pastikan pencahayaannya lebih lembut, Andra. Tapi... ya, itu bagus."

​Hanya itu yang keluar dari mulutnya "itu bagus." Itu adalah pujian yang sangat besar dari Alex, sebuah penanda kekalahan kecilnya.

​Saat Sekar berjalan melewati Alex untuk mengganti pakaian, ia memberikan senyum tipis, senyum yang mengatakan, Aku menang. Kau tidak bisa membantahnya.

​Alex membalas senyum itu dengan anggukan singkat, menyembunyikan kekalahan kecilnya di balik ketenangan palsu. Ia harus segera pergi. Atmosfer di studio terlalu sarat dengan kekuatan dan kehadiran Sekar.

​✨✨✨✨✨

​Dua hari kemudian, Alex sudah kembali ke kantor setelah menyelesaikan beberapa meeting penting. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Sekar yang sempurna di studio. Ia sedang mencoba mengalihkan fokusnya pada laporan keuangan ketika ponselnya berdering lagi.

​Alex menatap nama itu. Ia tahu Miranda bukan tipe yang mudah menyerah, terutama jika ibunya ikut campur. Alex menarik napas dalam, memutuskan untuk mengakhiri drama ini secepat mungkin.

​"Ya, Miranda," kata Alex, nadanya lebih final.

​"Alex! Kau tidak membalas pesanku," suara Miranda terdengar sedikit tidak sabar. "Aku sudah menunggu. Mamaku sudah menjadwalkan makan malam kecil di restoran 'Elitaire' malam ini. Dia bilang ini penting untuk jaringan bisnis."

​"Miranda, aku sudah bilang, aku hanya bisa bertemu sebagai teman, dan aku yang menentukan tempat dan waktunya," balas Alex tegas.

​"Aku tahu! Dan aku menghargai itu. Tapi malam ini, Alex. Kumohon. Hanya makan malam ringan," desak Miranda. "Ini juga untuk menenangkan Mamaku. Dia khawatir kau terlalu stres sendirian."

​Alex mengusap pelipisnya. Ia tahu jika ibunya terlibat, penolakan akan menjadi masalah keluarga. Selain itu, ia memang membutuhkan alasan yang sah untuk berada jauh dari kantor dan menjauh dari risiko bertemu Sekar.

​"Baiklah. Aku akan datang ke 'Elitaire'. Tapi aku hanya bisa bertahan satu jam, dan hanya untuk tujuan profesional dan sosial," putus Alex, membuat keputusan yang dingin dan strategis.

​"Sempurna, Alex! Sampai nanti!" seru Miranda, terdengar sangat gembira.

​Alex menutup telepon. Ia merasakan sedikit kelegaan karena telah menanggapi panggilan itu, tetapi rasa dingin yang tidak enak menyelimutinya. Pertemuan ini terasa seperti tugas, bukan kesempatan.

​~~~

​Malam harinya, Alex tiba di restoran elit 'Elitaire' yang terletak di kawasan pusat bisnis. Ia mengenakan setelan formal yang elegan. Ia memilih tempat ini karena formalitasnya dapat memberinya kontrol dan jarak emosional.

​Miranda sudah menunggunya di meja. Ia terlihat cantik dan anggun dalam balutan gaun malam fiktif. Ketika melihat Alex, wajah Miranda langsung berseri-seri.

​"Alex! Kau datang. Aku senang sekali," sapa Miranda, bangkit untuk memberinya pelukan singkat.

​Alex membalas pelukan itu dengan kaku, segera menarik diri. "Tentu saja. Aku tidak pernah membatalkan janji, Miranda. Duduklah."

​Mereka duduk, dan Alex langsung ke intinya. "Aku datang untuk memenuhi janji sosial kita. Aku ingin memastikan Mama kita tahu bahwa kita baik-baik saja."

​"Aku tahu, Alex. Tapi setidaknya, bisakah kau menikmati malam ini?" Miranda tersenyum manis. Mereka mulai mengobrol tentang bisnis keluarga dan acara sosial. Miranda adalah teman bicara yang baik, stabil, dan prediktif. Namun, bagi Alex, suasana ini terasa membosankan dan terlalu mudah, setelah dua bulan terbiasa dengan energi dan ketegangan yang mematikan dari Sekar.

​"Kau tahu, Alex, mama berharap banyak pada kita," kata Miranda sambil menyesap minumannya. "Mereka bilang kita adalah pasangan yang ideal. Aku tahu kau fokus pada ATEEA, tapi... aku bisa menjadi sandaran yang kau butuhkan. Aku tidak akan menuntut ambisi yang ekstrem darimu."

​Alex mendengarkan dengan sabar. Kata-kata Miranda terasa seperti balm yang dingin menenangkan, tetapi tidak menyembuhkan. Miranda menawarkan stabilitas yang Alex rindukan, tetapi tanpa gairah atau tantangan yang kini secara tidak sadar dicari Alex.

​"Miranda, aku sudah bilang, aku tidak mencari hubungan asmara," ujar Alex. "Aku menghargai tawaranmu, tapi aku tidak ingin memimpin siapa pun. Perasaanku... belum siap."

​Miranda menghela napas. "Baik. Tapi, bisakah kau menemaniku ke acara Gala amal yang diselenggarakan oleh yayasan ibuku bulan depan? Hanya sebagai pasangan profesional. Agar para investor dan ibumu senang."

​Alex menimbang-nimbang. Menghadiri acara Gala bersama Miranda akan menjadi perisai sempurna dari intrik emosional Sekar dan desakan ibunya.

​"Baiklah," putus Alex. "Aku akan menemanimu ke acara Gala itu."

​Saat mereka berbicara, pintu restoran terbuka, dan Alex membeku.

​Sekar (Skye) melangkah masuk.

​Sekar tidak sendiri. Ia ditemani oleh seorang pria tampan, fashion designer ternama yang baru-baru ini bekerja sama dengan agensinya Rino Santoso. Sekar terlihat santai dan tertawa renyah, mengenakan gaun malam yang sederhana namun memukau, membiarkan rambutnya disanggul tinggi.

​Alex merasakan denyutan tajam di perutnya. Perasaan yang sama seperti saat ia melihat Sekar kesakitan, namun kali ini bercampur dengan cemburu dan rasa terkejut.

​Miranda melihat perubahan ekspresi Alex dan mengikuti pandangannya. "Siapa itu? Model ATEEA, kan? Skye? Dia cantik sekali."

​"Ya, dia aset perusahaanku," jawab Alex datar, mencoba mengendalikan nada suaranya.

​Sekar dan Rian memilih meja yang tidak jauh dari Alex dan Miranda. Sekar tidak melihat Alex. Atau setidaknya, Alex berharap ia tidak melihatnya.

​"Aku dengar dia sangat sulit diajak berkencan," celetuk Miranda. "Sangat tertutup. Kau mengenalnya dengan baik, Alex?"

​"Kami hanya profesional," potong Alex. Ia tahu ia berbohong.

​Saat Alex melihat Sekar tertawa lepas bersama pria lain, ia merasakan dorongan aneh. Dorongan untuk membatalkan kontrak ATEEA, memeluk wanita itu, dan membawanya pulang. Ia merasakan energi yang ia temukan di studio tadi, kini diarahkan ke pria lain.

​Alex tahu, bertemu Miranda adalah keputusan yang tepat untuk stabilitasnya, tetapi melihat Sekar dengan pria lain memberinya kesadaran pahit. Ia tidak bisa melepaskannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!